Sabtu, 19 Mei 2012

Sekte-sekte Mahayana


Sekte-sekte Mahayana
Sekte-sekte Mahayana
Aliran Mahayana terdiri dari 9 sekte yaitu: Yogacara/Vijnanavada, Tri-sastra, Avatamsaka, Tien Tai, Tantra, Dhyana, Sukhavati, Nichiren dan Vinaya. (Sumber ini dikutip dari karya Prof. Junjiro Takakusu "The Essentials of Buddhist Philosophy") Berikut ini pembahasan secara garis besar mengenai ke sembilan sekte tersebut.

1. Sekte Yogacara/Vijnanavada (Wei She Cung/Hosso)

Sekte ini dipelopori oleh Arya Asanga (abad V Masehi) yang menyusun karya Yogacarabhumi Sastra (Yu Cia She Ti Luen) dan Mahayana Samparigraha Sastra (She Ta Chen Luen). Terjemahan ke bahasa Mandarin dilakukan oleh Buddhasanta, Paramartha dan Suan Chang. Isi dari sastra-sastra tersebut menerangkan: vijnana-citta, sad-paramita, sila, samadhi, prajna, dasabhumi dan tri-kaya.

Sekte Yogacara juga berpedoman pada Sandhi Nirmocana Sutra, Dasabhumi ka sastra, Vijnapti Matrada Sidhi karya Dharmapala terjemahan Suan Chang. Pada masa sekarng sekte ini hanya dipelajari di perguruan tinggi Buddhis dan hanya terbatas pada kaum intelektual saja.

2. Sekte Tri-sastra (San Luen Cung/San Ron Syu)

Sekte ini di India disebut Madhyamika atau Sunyatavada. Di India, sekte ini dipelopori oleh Nagarjuna dan Arya Deva (antara abad I dan II Masehi) kemudian disusul oleh Buddhapalita, Bhavaviveka dan Chandrakirti. Di Tiongkok sekte ini dipelopori oleh Kumarajiva (abad V).

Aliran ini berpedoman pada tiga buah sastra yaitu:
a. Madyamika Karika (Cung Luen) karya Nagarjuna
b. Dvadasa-dvara (Se Er Men Luen) karya Nagarjuna
c. Sata Sastra (Pai Luen) karya Arya Deva

Sekte ini menekankan Sunyata. Pengertian terhadap Sunyata adalah sebagai suatu kebenaran yang absolut. Di samping itu sunya adalah pengertian mengenai tidak adanya inti yang kekal karena semuanya berkontradiksi. Sekte ini begitu menitikberatkan pada metode analisa dan perenungan sehingga amat sukar untuk dicerna oleh pengertian awam. Pada masa sekarang sekte ini hanya dipelajari di perguruan tinggi Buddhis dan terbatas pada kaum intelektual saja.

3. Sekte Avatamsaka (Hua Yen Cung/Kegon Syu)

Secara harafiah nama sekte ini berarti "lingkaran bunga". Sekte ini bersumber pada Avatamsaka Sutra (Hua Yen Cing), sebuah sutra besar Mahayana. Sutra ini sulit dimengerti sehingga secara legendaris dikisahkan setelah Pertapa Gautama mencapai Samyaksambodhi, beliau menerangkan isi sutra tersebut, namun sayangnya tidak ada manusia yang dapat memahami isi sutra tersebut.

Dikisahkan pula bahwa sutra tersebut dititipkan kepada istana Dewa Naga. Setelah lebih dari 500 tahun Sang Buddha parinirvana, Nagarjuna berhasil mendapatkan kembali sutra tersebut. Sebagian besar naskah asli dalam bahasa Sansekertanya telah hilang. Penterjemahan sutra tersebut ke dalam bahasa Mandarin dilakukan oleh Buddhabadra, Siksananda dan Prajna. Di Tiongkok sekte ini dipelopori oleh Bhiksu Sien Sou (Tu Sun) yang hidup antara tahun 577-640 Masehi.

Sekte ini sampai sekarang mungkin hanya di Jepang yang masih aktif, sedangkan di negara-negara Timur lainnya umumnya hanya dipelajari di perguruan tinggi Buddhis saja. Di Jepang sekte ini berpusat di Vihara Todaiji di Nara.

4. Sekte Tien Tai (Tien Tai Cung/Tendai Syu)

Sekte ini terbentuk di Tiongkok dengan mengambil nama sebuah gunung di provinsi Ce Ciang yaitu Gunung Tien Tai (yang berarti "panggung surgawi"). Di Gunung Tien Tai ini secara resmi Bhiksu Ce Khai (531-597) yang disebut juga Ce Yi atau Che ce mendirikan sekte ini. Sebelum beliau telah ada dua orang bhiksu intelektual lainnya yang meratakan jalan dan merintis berdirinya aliran ini yaitu Bhiksu Hui Wen (510-557) dan Bhiksu Hui She (514-577).

Sekte ini berpedoman pada Saddharma Pundarika Sutra (Miao Fa Lien Hua Cing), Amitartha Sutra (Wu Liang I Cing) dan Nirvana Sutra (Nie Phan Cing). Di samping itu ada tiga tafsiran sutra dan karya sastra yang disusun oleh Hui Wen, Hui She dan Ce Khai yaitu:
a. Fa Hua Wen Ci (Words and phrases of the lotus)
b. Fa Hua Suen I (Profound meaning of the lotus)
c. Mo Ho Ce Kuan Fa Men (Mahayana method of cessation and comtemplation)

Sekte Tien Tai memiliki suatu pandangan filosofis yang disebut konsep 3.000 alam (Tri-sahasra Dharmadhatu). Konsep ini menitikberatkan hubungan erat antar makhluk-makhluk hidup serta hubungan dengan alam semesta sehingga timbul perkataan "yi nien san chien" (ichinen sanzen) yaitu pikiran sekejab meliputi segala hal ikhwal seluruh alam semesta.

Sekte Tien Tai dianut oleh berjuta-juta umat di Asia Timur. Di Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam, sekte ini terus berkembang dan dapat dikatakan suatu sekte aliran Mahayana yang cukup aktif.

5. Sekte Tantra (Mi Cung/Cen Yen Cung/ Shingon Syu)

Ada dua macam Tantra Buddhis yaitu Tantra Timur dan Tantra Tibet. Tantra Timur terbagi dua yaitu Tantra yang ada pada sekte Tien Tai dan Tantra pada sekte Cen Yen yang kemudian dibawa ke Jepang dengan nama Shingon Syu. Yang dimaksud dengan Tantra Tibet adalah tantra yang diterapkan di Tibet, Mongolia, Bhutan, Nepal,dll.

Tantra Timur berkembang di Tiongkok pada abad VII ketika tiga orang Guru Besar Tantra datang dari India. Mereka adalah:
a. Subhakarasinha (San Wu Wei 637-735 M). Pada tahun 716 M beliau tiba di Chang An setelah belajar di Nalanda. Pada tahun 725 M beliau bersama I Cing menterjemahkan sutra tantra yang terkenal yaitu Maha-Vairocana Sutra (Ta Re Ru Lai Cing).
b. Vajrabodhi (Cin Kang Che 663-723 M). Beliau juga pernah belajar di Nalanda dan pada tahun 720 M menterjemahkan Vajrasekhara (Cin Kang Ting Cing) ke bahasa Mandarin.
c. Amoghavajra (Pu Khung 705-774 M). Beliau adalah siswa Vajrabodhi dan pada tahun 746 M tiba di Chang An.

Pada tahun 747 M Guru Padma Sambhava (Lien Hua Seng Ta She) tiba di Tibet. Dikisahkan bahwa beliau berhasil menundukkan roh-roh halus dari agama pribumi Tibet yang disebut Bon-pa sehingga terbentuklah perpaduan yang harmonis dengan Buddhisme.

Adapun sekte yang terdapat pada Tantra Tibet adalah:
a. Sekte Nyingma-pa, biasanya disebut pengikut jubah dan topi merah. Sekte ini didirikan oleh Guru Padma Sambhava dan Santarakshita pada tahun 749 M.
b. Sekte Kahdam-pa, dipelopori oleh Atisa pada tahun 1035 M
c. Sekte Gelug-pa, biasanya disebut juga Lama yang bertopi dan berjubah kuning. Sekte ini adalah sekte pembaharuan yang dipelopori oleh Tsong-ka-pa pada abad XV.
d. Sekte Kargyu-pa, didirikan pada abad XI oleh Lama Marpa. Tokoh lain dari sekte ini yang terkenal adalah Milarepa.
e. Sekte Sakya-pa, didirikan oleh Lama Kon-dkon-meho'oggyal-po pada tahun 1072 M.

6. Sekte Dhyana (Chan Cung/Zen)

Sekte ini lebih dikenal dengan sebutan Buddhisme Zen. Secara harafiah Zen adalah perubahan bunyi dari kata Chan yang berasal dari bahasa Sansekerta Dhyana yang dapat diartikan "meditasi".

Dapat dikatakan sekte Zen lahir dan tumbuh besar di Tiongkok ketika seorang bhiksu India yang bernama Bodhidharma (Tat Mo Co Su) datang ke Tiongkok pada tahun 520 M. Silsilah Bodhidharma dapat kita lihat sebagai berikut:
Sakyamuni Budha-Maha Kasyapa-Ananda-Sanavasa-Upagupta-Dhritaka-Micchaka-Buddhanandi-Buddhamitra-Bhiksu Parsva-Punyayasas-Asvaghosha-Bhiksu Kapimala-Nagarjuna-Kanadeva-Arya Rahulata-Samghanandi-Samghayasas-Kumarata-Jayata-Vasubandhu-Manura-Hakkenayasas-Bhiksu Simha-Vasasita-Punyamitra-Prajnatara-Bodhidharma.

Setelah kedatangan Bodhidharma ke Tiongkok juga dikenal sebutan enam Patriarch sebagai berikut:
a. Patriarch I : Bodhidharma
b. Patriarch II : Hui Khe
c. Patriarch III : Shen Chie
d. Patriarch IV : Tao Sin
e. Patriarch V : Hung Jen
f. Patriarch VI : Hui Neng

Sub-sekte dari Buddhisme Zen yang masih aktif hingga saat ini adalah:
a. Sub-sekte Lin Chi (Rinzai), diperkenalkan oleh Master Lin Chi kira-kira pada tahun 850 M.
b. Sub-sekte Chau Tung (Soto), diperkenalkan oleh Master Tung San Liang Cie (807-869 M0 dan Chau San (840-901 M).
c. Sub-sekte Huang Po (Obaku), dikembangkan oleh Master Huang Po kira-kira tahun 850 M.

Beberapa sutra yang dapat dikatakan sumber bagi Zen Buddhisme adalah:
a. Lankavatara Sutra (diterjemahkan ke bahasa Mandarin oleh Buddhabadra)
b. Vajrachedika Prajnaparamita Sutra (diterjemahkan ke bahasa Mandarin oleh Kumarajiva)
c. Sutra Altar Patriarch VI
d. Vimalakirti Nirdesa Sutra (diterjemahkan ke bahasa Mandarin oleh Kumarajiva)
e. Surangama Sutra (diterjemahkan ke bahasa Mandarin oleh Siksananda)

7. Sekte Sukhavati (Cing Thu Cung/Jodo Syu)

Sekte Sukhavati adalah sebuah sekte yang menitikberatkan pada puja bakti terhadap Amitabha Buddha. Beliau berdiam di sebuah alam yang bernama Sukhavati (bumi yang penuh dengan kebahagiaan) dan 'berada' di sebelah barat dari loka dunia ini.

Sekte ini tidak menitikberatkan pada pelajaran atau penyelidikan sutra-sutra dan meditasi. Tetapi yang terpenting adalah mematuhi Pancasila Buddhis dan menyerahkan diri pada kekuatan Maitri-Karuna Amitabha Buddha dan Bodhisatva Mahasatva lainnya. Yang penting adalah penyerahan diri serta bertobat seraya mengulangi sebutan mulia "Namo Amitabha Buddha" (Namo Amotofo). Di samping itu pemujaan dan bakti terhadap Avalokitesvara Bodhisatva (Kuan She Yin Pu Sa) dan Mahastamaprapta Bodhisatva (Ta She Che Pu Sa) juga dilakukan.

Sering dikatakan: Dia yang menyebut "Namo Amitabha Buddha" dialah orang yang penuh dengan kasih sayang dan welas asih terhadap semua makhluk hidup. Semasa hidup dengan tekun menyebut "Namo Amitabha Buddha" serta menerapkan Pancasila Buddhis dan melaksanakan Maitri-Karuna agar nanti setelah meninggal dunia akan terlahir di alam Sukhavati. Ini jangan semata-mata diartikan setelah mati baru lahir di Sukhavati; akan tetapi pada saat masih hidup akan dapat memastikan terlahir di alam Sukhavati.

Ada tiga sutra yang dijadikan pedoman yaitu:
a. Amitabha Sutra/Sukhavati Vyuha Sutra (O Mi To Cing)
b. Maha Sukhavati Vyuha Sutra (Wu Liang Sou Cing)
c. Amitayus Dhyana Sutra (Kuan Wu Liang Sou Cing)

8. Sekte Nichiren

Sekte ini berasal dari sekte Tien Tai (Tendai) yang dipelopori oleh seorang bhiksu Jepang yang militan yaitu Nichiren Daishonin (1222-1282 M). Pokok utama dari ajaran Nichiren adalah bersumber pada Saddharma Pundarika Sutra (Hokkekyo). Dengan menyebut dan mengulang "Namu Myoho Rengekyo" sebagai sebutan mulia utama agar dapat menimbulkan keyakinan (sradha) yang kuat terhadap Hokkekyo dan menghapus karma-karma buruk sekaligus menambah karma-karma baik.

Nichiren banyak menulis karya sastra. Di antaranya untuk memperingati guru beliau yang amat sangat beliau cintai dan hormati yaitu Dozenbo, beliau menulis Ho-On-Syo (sastra tentang balas budi) di mana beliau menekankan arti bals budi terhadap orang tua, guru dan negara. Selain itu karya-karya sastra beliau yang cukup terkenal adalah Kaimokusyo (sastra tentang membuka mata) di mana beliau menekankan sifat berkorban beliau terhadap rakyat dan negara serta dunia dan Shohojisyo yang mengisahkan garis besar filsafat beliau.

9. Sekte Vinaya (Li Cung/Ritsusyu)

Sesuai dengan namanya, sekte ini menitikberatkan pada Vinaya. Di Tiongkok sekte ini dipelopori oleh Bhiksu Tao Hsu An pada periode Dinasti Tang (abad VI M). Pada sekte Vinaya terdapat apa yang disebut Catuh-Vinaya (She Fen Li) yaitu Empat Sumber Vinaya yang terdiri dari:
a. Sarvastivada Vinaya (Se Thung Li), diterjemahkan ke dalam 61 Chuan pada tahun 404-406 M oleh Punyatara
b. Dharmagupta Vinaya (She Fen Li), diterjemahkan ke dalam 60 Chuan pada tahun 405 M oleh Budhayasas
c. Mahasanghika Vinaya (Ta Seng Che Li), diterjemahkan ke dalam 40 Chuan pada tahun 405 M oleh Buddhabadra
d. Mahisasaka Vinaya (Wu Pu Li), diterjemahkan ke dalam 30 Chuan pada tahun 423 M oleh Buddhajiva

Tidak ada komentar:

Posting Komentar