Selasa, 29 Mei 2012

Vinaya pitaka




A. pengertian vinaya
Vinaya (Etimologis) berarti aturan, tata tertib.
Vinaya diartikan melenyapkan, menghapus, memusnahkan, mehilangkan segala tingkah laku yg menghalangi kemajuan dalam jalan pelaksanaan Dhamma atau sesuatu yg membimbing ke luar (dari dukkha).
Menurut Y.A Bhadantacariya Buddhagosa Thera dalam Samantapasadika mengartikan istilah Vinaya dalam tiga artian : yg pertama, disebut vinaya karena mempunyai arti yg bermacam-macam yaitu; patimokkhuddesa lima macam, Äpatti tujuh kelompok, Matikä atau Vibhaéga, dan arti khususnya adalah Anupaññati atau suatu ketetapan tambahan yg dpt memperketat atau justru memperingan suatu tata tertib yg telah ditetapkan sebelumnya. Dan yg ketiga Vinaya dianggap sbg suatu sarana untuk melatih serta mengendalikan tindakan dan ucapan karena dpt mencegah serta menghalangi perbuatan jahat atau keteledoran yg keluar melalui tindakan dan ucapan.
 Adapun hal yg menyebabkan SB menetapkan Vinaya adalah:
a. Untuk tegaknya Sangha, karena tanpa Vinaya Sangha tidak akan bertahan lama.
b. Untuk kebahagiaan Sangha , hal ini dimaksudkan agar Bhikkhu mempunyai sedikit rintangan dan hidup damai.
c. Untuk pengendalian diri orang-orang yg tidak teguh yg dpt menimbulkan persoalan dalam Sangha.
d. Untuk kebahagiaan Bhikkhu-bhikhhu yg berkelakuan baik, karena pelaksanaan sila yg murni menyebabkan kebahagiaan sekarang ini.
e. Untuk perlindungan diri dari Asava (kekotoran batin) dalam kehidupan ini, karena banyak kesukaran yg dpt dihindarkan dg tingkah laku moral yg baik.
f. Untuk perlindungan diri dari Asava (kekotoran batin) dalam kehidupan yg akan datang, karena asava tidak akan timbul pada orang yg melaksanakan sila yg baik.
g. Untuk kebahagiaan mereka yg belum mengenal Dhamma, karena orang yg belum mengenal Dhamma akan berbahagia dg tingkah laku para bhikkhu yg baik.
h. Untuk meningkatkan mereka yg sudah berbahagia, hal ini dimaksudkan agar orang yg sudah mengenal Dhamma akan berbahagia melihat pelaksanaannya.
i. Untuk tegaknya Dhamma yg benar, karena Dhamma akan bertahan lama jika Vinaya dilaksanakan dg baik oleh Bhikkhu.
j. Untuk manfaat dari Vinaya, dg Vinaya dpt memberi manfaat bagi makhluk-makhluk , terbebas dari dukkha, menuju Nibbana
k. Untuk simpati dg umat berkeluarga
l. Untuk mematahkan semangat Bhikkhu yg berpikiran tidak baik
B. SEJARAH PENYUSUNAN VINAYA.
Menurut Vinaya Atthakatha (Samantapasadika), SB memberikan Vinaya dimulai setelah 20 tahun beliau mencapai penerangan sempurna. Karena pada waktu itu mulai timbul perilaku Bhikkhu-bhikkhu yg bukan hanya merugikan perkembangan spiritualnya sendiri, tetapi juga berpengaruh terhadap citra Sangha dan Agama Buddha pada umumnya. Sedangkan penyusunan Vinaya mulai dilakukan 7 hari setelah SB mencapai parinibbana yaitu pada saat dilaksanakannya Saégha Samaya :

PELAKSANAAN SANGHA SAMAYA
No Dipimpin Tempat Jml Hasil
I Mahakassapa Thera Sattapani
Rajagaha
(India) 500 Arahat Susun Vinaya (Upali)
Susun Sutta (Ananda)
Gugatan terhadap Ananda
Hukuman untuk Channa
2 Yasa dibantu RajaKalasoka Vesali, (India) 700 Arahat Terjadi suatu perpecahan karena beda pendapat ttg 10 Vinaya kecil
3 Moggaliputta (Staviravada)

Vasumitra
(Mahasangika) Pataliputta
(India)

Kashmir 1000 Arahat Susun Vinaya,Sutta dan Abhidhamma.
Penyusunan Kathavattu
Beda doktrin antara Staviravada-Mahasangika
4 Arittha
Murid Mahinda

Disponsori Raja Kaniskha Anurudapura
srilangka

Kashmir
srilangka 60.000 Arahat


500 Arahat Tipitaka dan atthakata pertama kali ditulis di daun lontar

Mengulas Vinaya, Sutta, Abdhidhama, Atthakata.
5 Disponsori raja Mindonmin Mandalay, Myanmar. 2.400 Arahat Cetak Tipitaka di 729 buah lempengan marmer
6 B. India,
Srilangka,
Kamboja,
Nepal
Thailand) Yangoon
Myanmar Kata sambutan Presiden India Rajendra Prasad & PM. Jawaharlal Nehru
Kebangkitan kembali agama Buddha.

C. VINAYA THERAVADA (PALI)
Vinaya Theravada (pali) mrp hasil daripada Sangha Samaya yg ditetapkan pada Sangha Samaya I dibawah pimpinan Y.A Mahakassapa Thera dan ulangan dari YA. Upali Thera. Bagian pertama dari Vinaya Pitaka adalah terdiri dari beberapa peraturan disiplin yg diberikan untuk mengatur para siswa SB yg diterima Sangha sbg Bhikkhu dan Bhikkhuni.
Pengelompokkan Vinaya Pitaka
Dalam Pali Vinaya (Theravada) yg bersumber dalam Vinaya Pitaka, Vinaya dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Vinaya Pitaka dibagi dalam lima buku (kitab) menurut jenis dan kategori peraturan dan pelanggaran yg ditetapkan dan terdiri dari beberapa penggolongan yaitu :
(1) Parajika Pali (Vinaya III)
Mrp buku satu dari Vinaya Pitaka yg memberikan penjelasan secara rinci tentang peraturan-peraturan disiplin penting berkenaan dg Parajika dan Sanghadisesa, serta Aniyata dan Nissagiya yg mrp pelanggaran kecil.
(2) Pacittiya Pali.
Mrp buku II dari Vinaya Pitaka yg berisikan tentang serangkaian peraturan lain bagi para bhikkhu, yaitu: Pacittiya, patidesaniya, sekhiyavatta, adhikarana samatha , serta peraturan peraturan disiplin yg sama bagi para bhikkhuni.
(3) Mahavagga Pali.
Mrp buku III yg isinya sama dg penggolongan yg pertama.
(4) Cullavagga Pali.
Mrp buku yg ke IV dari Vinaya pitaka dan isinya sama dg penggolongan yg pertama.
(5) Parivara Pali.
Parivara pali berisikan tentang pedoman dan penjelasan tentang bagaiman peraturan diberikan untuk mengatur para Bhikkhu dan urusan-urusan administrasi dalam Sangha., dan prosedur tepatnya dalam penyelesaian dan penanganan persoalan hukum yg berlaku dikalangan anggota Sangha.
2. Untuk mempermudah dalam mempelajarinya Peraturan – peraturan (Vinaya) tsb terbagi dalam beberapa kelompok menurut himpunan yg terdapat dalam Vinaya Pitaka, yaitu :
(1) Sutta Vibhanga.
Sutta Vibhanga mrp penggolongan pelanggaran yg dibagi ke dalam delapan kelompok yaitu : Parajika, Sanghadissesa, Aniyata, Pacittiya, Nissagiya Pacittiya, Pattidesaniya, Sekkhiya, dan Adikarana-samatha. Yg semuanya berjumlah 227 sila untuk Bhikkhu dan 311 sila untuk Bhikkhuni. Pada dasarnya penggolongan dalam buku ini terdiri dari dua bab yaitu Bhikkhu Sutta Vibhanga dan Bhikkhuni Sutta Vibhanga yg berisikan tentang suatu rangkaian peraturan untuk Bhikkhu dan Bhikkhuni. Dan untuk lebih jelasnya dpt kita lihat pada skema berikut ini :
Skema tentang bagian bagian dari Pattimokkha sila
No Jenis pelanggaran (Apatti) Vinaya Bhkhu Vin Bhni
1
2
3
4
5
6
7
8 Parajika
Sanghadisesa
Aniyata
Nissagiya Pacittiya
Pacittya (suddhika)
Patidesaniya
Sekkhiyavattha
Adhikarana Samatha 4
13
2
30
92
4
75
7 8
17
-
30
116
8
75
7
Jumlah 227 311

(2) Khandaka-khandaka.
Khandaka-khandaka dibagi dua yaitu:
A. Mahavagga.
1. Mahakhandaka yaitu mengenai peristiwa sesaat setelah mencapai penerangan sempurna hingga terbentuknya Sangha dan berbagai metode atau Aturan-aturan untuk memasuki Sangha.
2. Uposatha khandaka yaitu mengenai pengumuman hari-hari dan Pertemuan Uposatha serta berbagai jenis Sima.
3. Vassupanayika khandaka yaitu bagian mengenai memasuki Vassa [baik itu peraturan maupun Tempat tinggal selama musim hujan (vassa)] dan cara pelaksanaannya.
4. Pavarana khandaka yaitu bagian mengenai tata cara Upacara penutupan musim hujan (pavarana).
5. Camma khandaka yaitu bagian mengenai Aturan untuk menggunakan pakaian dan perabot hidup.
6. Bhessajja khandaka yaitu bagian mengenai pemakaian Obat-obatan dan makanan.
7. Khatina khandaka yaitu bagian mengenai peraturan yg berhubungan dg Upacara kathina dan pembagian jubah tahunan.
8. Civara khandaka yaitu bagian mengenai peraturan yg berhubungan dg pemakaian Bahan jubah, aturan tidur dan bagi bhikkhu yg sedang sakit.
9. Campoyya khandaka bagian mengenai kegiatan-kegiatan Sangha yg patut dan tidak patut serta Cara menjalankan keputusan Sangha.
10. Kosambika khandaka yaitu ttg perselisihan di Kosambi dimana juga tercantum tentang cara menyelesaikan perselisihan dalam Sangha.
B. Cullavagga
Cullavagga terdiri dari beberapa aturan yaitu :
a. Kamma khandaka bagian ini mengenai Aturan-aturan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran yg dihadapkan kpd Sangha.
b. Parivasaka khandaka mengenai Aturan untuk menangani pelanggaran yg dihadapkan kpd Sangha.
c. Samuccaya khandaka mengenai Aturan-aturan untuk menyelesaikan masalah yg timbul dalam hal ini adalah hukuman dan rehbilitasi setelah menjalani hukuman.
d. Penerimaan kembali seorang Bhikkhu.
e. Aturan-aturan untuk mendi, berpakaian dan lain-lain.
f. Tempat tinggal, perabot, penginapan-penginapan.
g. Perpecahan.
h. Perlakuan pada berbagai golongan Bhikkhu dan kewajiban para guru dan samanera.
i. Pengucilan dari Patimokkha.
j. Pentahbisan dan petunjuk pada para Bhikkhuni.
k. Sejarah Sangha Samaya pertama di Rajagaha.
l. Sejarah Sangha Samaya kedua di Vesali.
C. Parivara.
Berisi tentang penjabaran atau penjelasan dari pada Sutta vibhanga dan Khandaka-khandaka yg disertai dg latar belakang dan cerita mengenai terjadinya aturan tsb.
selain dari beberapa penggolongan peraturan Vinaya yg terdapat dalam Vinaya Pitaka diatas juga terdapat beberapa penggolongan Vinaya Patimokkha yg dikenal sbg Vinaya Paññati yg terdiri dari :
1. 8 Anusâsana : delapan peringatan, terdiri 2 kelompok bagian :
1) Empat macam Nissaya – Sumber kehidupan
Cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup seorang Bhikkhu tergantung pada apa yg disebut Nissaya – sumber kehidupan yaitu :
a. Berjalan mengumpulkan makanan di jalan-jalan (Pindäpatta).
b. Mengenakan jubah “Paçsukula” (kain-kain usang yg diambil dari kumpulan sampah/tempat-tempat penguburan.
c. Tinggal dibawah pohon.
d. Menyembuhkan penyakit dg obat-obatan yg direndam dalam air seni yg telah dibusukkan.
2) Empat macam Akaraniya Kicca – 4 macam pelanggaran.Berat :
a. Melakukan hubungan seks/berkelamin.
b. Mencuri harta milik orang lain.
c. Membunuh makhluk-makhluk hidup.
d. Menyombongkan diri bahwa telah mencapai tingkat-tingkat perkembangan batun yg lebih tinggi daripada manusia biasa, yg sebenarnya belum dicapainya.
2. Tujuh Apatti (pelanggaran) dan 1 Adhikarana Samatha.
Ditinjau dari akibatnya, Apatti terbagi atas dua macam yaitu
1. Atekiccha (incurable) yg mrp pelanggaran yg tidak dpt diaperbaiki lagi dan menyebabkan seorang Bhikkhu terkalahlkan , harus keluar dari kebhikkhuan (lepas jubah) dan tidak dpt ditahbiskan menjadi Bhikkhu lagi sepanjang sisa hidupnya ; mrp pelanggaran berat (Garukapatti) yg terdiri atas parajika 4.
2. Satekiccha (curable) yg mencakup pelanggaran yg dpt diperbaiki dan mencakup :
a. Pelanggaran sedang (Majjhimapatti)
Mrp pelanggaran Saéghadisesa 13 yg untuk pembersihannya Bhikkhu yg bersangkutan harus mengakui kesalahannya dihadapan Saégha (20 Bhikkhu) dan harus melakukan Manatta (mawas diri selama enam malam penuh di tempat tersendiri) untuk kemudian direhabilitasi oleh Saégha dg minimal 20 Bhikkhu.
b. Pelanggaran ringan (Lahukapatti).
  Mrp pelanggaran ringan yg untuk membersihkannya Bhikkhu yg bersangkutan harus mengakui kesalahannya dihadapan seorang Bhikkhu atau lebih, dan mempunyai kategori berbeda-beda dari yg lebih berat sampai yg paling ringan : Thullacaya, Pacittiya, Patidesaniya, Dukkha dan Dubabasit
Terdapat 2 jenis Vinaya yaitu :
1. Vinaya untuk umat berkeluarga (Gihi Vinaya) ;Pancasila sila-Sigalovada Sutta.
  Sila untuk umat berkeluarga bersifat moral semata-mata yang digolongkan dalam Pakati-sila.
2. Vinaya untuk para rohaniawan (patimokkha-sila)
  Sila untuk bhikkhuselain bersifat moral jugaberlaku sila yg khusus untuk cara hidupnya yg digolongkan dalam Pannati-sila
Kukkuccayanta Bhikkhu : Bhikkhu yg dg seksama/teliti tidak mau menerima sesuatu kecuali telah diperkenankan SB.
Appiccha Bhikkhu : Bhikkhu dg sedikit keinginan yg merasa malu akan kelalaian dan tingkah laku bhikkhu lain yg tidak benar.
Sila-sila yg terdapat dalam Sutta : Sigalovada Sutta, Maha Mangala Sutta, Parabhava Sutta dan Vagghapajja Sutta.
UPASAMPADA : Penahbisan untuk menjadi seorang bhikkhu/bhikkhuni, yg terdiri dari :
1. EHI BHIKKHU UPASAMPADA
Penerimaan menjadi bhikkhu yg dilakukan SB sendiri dg menyatakan :”Ehi Bhikkhu, svakkhato dhammo cara brahmacariyam samma dukkhassa antakiriyaya” artinya “Marilah bhikkhu, Dhamma telah diajarkan dg sempurna, jalanilah cara hidup suci untuk mengakhiri semua dukkha”. (Vinaya Pitaka I,12). Cara ini pertama kali dilakukan kpd 5 orang pertapa (assaji, Mahanama, Vapa, badhiya, dan Kondanna)
2. TISARANAGAMANA UPASAMPADA
Penerimaan menjadi bhikkhu dg pernyataan berlindung kpd Sang Triratna oleh calon bhikkhu. Cara ini pertama kali dilakukan kpd 60 siswa arya SB.
3. NATTI-CATUTTHAKAMMA UPASAMPADA
Penerimaan bhikkhu yg dilakukan oleh Sangha (min 5 bhikkhu) di Sima (Suatu tempat dg batas yg telah ditentukan). Cara ini ditetapkan SB setelah agama Buddha telah berkembang dan banyak orang ingin menjadi anggota Sangha.
Terdapat 4 syarat yg harus dipenuhi untuk pelaksanaan Upasampada :
1. Vatthu-sampati (Kesempurnaan materi atau calon) :Manusia, berusia min 20 th, tidak cacat tubuh,tidak dikenai kriminal,tidak melanggar parajika (ketika menjadi bhikkhu sebelumnya)
2. Parisa-sampati (Kesempurnaan Sangha) : Jumlah bhikkhu min 5 orang sesuai dg jumlah yg ditetapkan Sangha dan terdapat bhikkhu sbg upajjhaya.
3. Sima-sampati (Kesempurnaan Sima) :Sima adalah lokasi yg mempunyai batas tertentu yg ditetapkan oleh vinaya. Upasampada dilakukan dalam Sima. Bhikkhu yg tidak terlihat berada dg jarak 1 hasta dari bhikkhu lain.
4. Kammavaca-sampati (Kesempurnaan Pernyataan) :Kesempurnaan pengusulan (Natti), pengumuman (Anusavana). Seorang calon bhikkhu diusulkan oleh upajjhaya dan diumumkan bahwa calon tsb diterima menjadi bhikkhu tanpa ada yg keberatan.
Peraturan yg menonjol untuk para Bhikkhuni/bhikshuni adalah : Delapan Garudharma (peraturan keras) dan Parajika 8 (delapan). Untuk peraturan Bhikshuni Mahayana terdapat dalam Bhiksuni Sanghika-Vinaya Pratimoksha Sutra yg diterjemahkan oleh Fa Hsien pada tahun 418 M. Untuk Vinaya Bhikkhuni (Theravada) terdapat dalam kitab Vinaya Pitaka bagian Cullavagga X.
Delapan (8) persyaratan keras (Garudhamma) menjadi seorang bhikkhuni :
1. Meskipun telah ditahbiskan selama 100 tahun, ia harus menghormati seorang bhikkhu yg baru saja ditahbiskan.
2. Tidak boleh bervasa di tempat yg tak ada bhikkhu.
3. Setiap ½ bulan harus memohon nasehat dan teguran.
4. Setelah bervasa harus meminta teguran dan peringatan ttg apa yg dilihat, didengar dan dicurigai (mengenai dirinya).
5. Bagi yg melanggar vinaya menjalani hukuman (Manatta) selama ½ bulan di Sangha bhikkhu/i.
6. Setelah menjalankan masa percobaan selama 2 tahun, harus mohon ditahbiskan jadi seorang bhikkhuni.
7. Tidak boleh memarahi bikkhu.
8. Tidak boleh memberi peringatan kpd seorang bhikkhu
10 Vinaya kecil antara lain :
1. Tidak menerima emas/perak (uang).
2. Tidak makan bial tidak diundang/dipersilahkan.
3. Tidak makan pada sore hari sampai keesokan paginya.
4. Tidak menyimpan garam dan mencampur dalam makanan.
5. Tidak minum selewat waktu yg ditentukan
6. Tidak minum yg dimuaikan.
7. Tidak melakukan Uposatha-kamma.
8. Tidak ber-Uposatha-kamma yg terpisah dlm vihara besar.
9. Tidak menggunakan Nisida (kain untuk bernamskara) yg lebar
10. Tidak mengikuti pendiksa dlm upacara tradisi kuno apapun.
D. Vinaya Mahayana (Sanskerta).
Kitab-kitab Vinaya dalam Ajaran Mahayana pada umumnya bersumber pada Catuh Vinaya, yaitu :
a. Sarvastivada Vinaya (She Thung Lii) yg diterjemahkan kedalam bahasa Tionghoa antara tahun 404 - 406 M oleh Punnyatara dan terdiri dari 61 Chuan.
b. Dharmagupta Vinaya (She Fen Lii) yg diterjemahkan ke dalam Bahasa Tionghoa pada tahun 405 M oleh Buddjhayasas dan terdiri dari 60 Chuan.
c. Mahasangika Vinaya (Ta Seng Ce Lii ) diterjemahkan kedalam Bahasa Tionghoa pada tahun 405 M oleh Buddhabandra, kitab ini terdiri dari 40 Chuan.
d. Mahisasaka Vinaya (Wu Pu Lii) diterjemahkan ke dalam Bahasa Tionghoa oleh Buddhajiva pada tahun 423 M. kitab ini terdiri dari 30 Chuan.
Kitab Brahmajala sutra terdiri dari 58 pasal yg meliputi :
1. Garukapatti (kesalahan besar). Terdiri dari 10 pasal.
2. Lahukapatti (kesalahan ringan), terdiri dari 48 pasal.
Pratimoksa sila
Peraturan sila Bhikshu Bhikshuni
1. Parajika.
2. Saéghavasesa.
3. Aniyata.
4. Naihsargika-prayascittika.
5. Prayascitta
6. Pratidesaniya.
7. Siksakaraniya
8. Adhykarana-samadha 4
13
2
30
90
4
100
7 8
17
-
30
178
8
100
7
Jumlah 250 348

E. PERBEDAAN VINAYA THERAVADA DG MAHAYANA.
Jenis Apatti (pelanggaran) Bhikkhu Bhikshu Bhikkhuni Bhikshuni
Parajika
Saéghadisesa/Saéghavasesa
Aniyata
Nissagiya P/Naihsargika
Pacittiya/Prayascitta
Patidesaniya/Pratidesaniya
Sekhiyavatta/Siksakaraniya
Adhikarana S/Adhykarana S 4
13
2
30
92
4
75
7 4
13
2
30
90
4
100
7 8
17
-
30
166
8
75
7 8
17
-
30
178
8
100
7
Jumlah 227 250 311 348
Bila dilihat dari beberapa uraian diatas tentang Vinaya baik itu Theravada maupun Mahayana bisa kita temukan beberapa perbedaan antara Vinaya Teravada (Pali) dg Vinaya Mahayana (Sanskerta) yaitu :
Terdapat juga perbedaan persepsi yg mendasar yaitu :

MASALAH THERAVADA MAHAYANA
Bahasa
Ajaran Buddha


Aturan makan










Pembebasan Magadha (Pali)
Buddha sekarang (Sakyamuni)

Boleh makan daging (3 syarat daging bersih ; Tikoti parisuddhi Mamsa (Jivaka Sutta) :
1. Dia tidak melihat
2. Dia tidak mendengar
3. Dia tidak meduga daging tsb disediakan untuknya.
Makan sebelum tengah hari
Para arahat mencapai Nibbana. Sanskerta
Buddha lampau, sekarang dan mendatang.
Tidak makan daging, (sayuranis-vegetarian) dalam Bodhisatva-sila (Mahasihananda Sutta).





Bodhisatva melaksanakan 10 paramita sebelum mencapai Nibbana.

ABHISAMACARA : Peraturan latihan (Sikhapada) yg membawa kpd perilaku luhur,mrp prasyarat untuk pencapaian batin yg tinggi atau kebiasaan tingkah laku yg baik.

BUDDHAPANNATI : Peraturan untuk mencegah kelakuan yg salah dan memperingatkan para bhikkhu akan pelanggaran yg mungkin dilakukan.
Seorang bhikkhu harus mematuhi Bhikkhu-sila yaitu 4 kesucian moral bhikkhu (Caturparisuddhi Sila/Cataro Silakhanda) :
1. Patimokkhasamvara-sila : Moralitas yg terdiri atas menahan diri berkenaan dg tata tertib bhikkhu (227 sila Patimokkha).
2. Indriyasamvara-sila : Moralitas yg terdiri atas menahan diri dalam indera.
3. Ajivaparisuddhi-sila : Moralitas yg terdiri atas kesucian penghidupan.
4. Paccaya-sannissita-sila : Moralitas yg terdiri atas 4 macam kebutuhan pokok bhikkhu.
Menurut SB ada 4 jenis bhikkhu di dunia ini (Cunda Sutta, Sutta Nipata) :
1. Maggajina : Penakluk jalan (Sang Buddha)
2. Maggadesaka : Guru dari jalan.
3. Maggajiva : Yang hidup pada jalan.
4. Maggadusaka : Yang mengotori jalan.

AGARIYA VINAYA (Vinaya untuk para perumah tangga=Gharavasa), terdiri dari :
1. Varitta Sila (aspek negatif): Menjauhkan pikiran dari obyek yg bukan kebaikan. Misal :Pancasila dan Atthangika Uposatha (Athangikasila).
2. Caritta Sila (aspek positif): Memusatkan seluruh pikiran pada kebaikan, agar dpt semaksimal mungkin dpt melakukan kewajiban bermoral.
Misal :Vagghapajja Sutta, mangala Sutta, Sigalovada Sutta dan Parabhava Sutta.

ANAGARIYA VINAYA (Vinaya untuk para bhikkhu=pabbajita), terdiri dari Adhibrahmacariyaka-sila (Patimokha) dan Abhisamacarika-sila.

Ada 4 cara penghormatan yg diperkenankan oleh SB :
1. Vandana : Berlutut
2. Utthana : Berdiri menyambut
3. Anjali : Merangkapkan kedua telapak tangan untuk menghormat.
4. .Samicikamma: Cara untuk kerendahan hati.

PANNATI dan APATTI
Peraturan yg dibuat oleh Sb disebut PANNATI
Pelanggaran terhdp peraturan latihan hingga seseorang dpt hukuman disebut APATTI.
Ada 6 akar yg langsung menimbulkan Apatti yaitu :
1. Jasmani: Bhikkhu minum alkohol, meskipun ia tak mengetahui.
2. Ucapan: Membaca doa bersama-sama umat awam.
3. Jasmani-pikiran: Bhikkhu mencuri.
4. Ucapan-pikiran: Bhikkhu menyuruh orang lain mencuri.
5. Ucapan-Jasmani: Bhikkhu menghina orang.
6. Ucapan-Jasmani-pikiran: Bhikkhu mencuri, juga menyuruh orang lain untuk mencuri.

Ada 6 kondisi yang menimbulkan appati, yaitu :
1. Alajjhita : melakukan tanpa malu
2. ananata : dilekukan tanpa diketahui
3. kukkuca-pakataka : melakukan dg ragu-ragu, tetapi dilakukan dengan berulang kali
4. dilakukan karena merasa boleh, padahal tidak boleh
5. dilakukan dengan pikiran boleh, padahal tidak boleh
6. dilakukan dalam keadaan bingung atau linglung, misalnya : madu boleh disimpan untuk selama 7 hari, tetapi lupa kapanmulai disimpannya.

Ditinjau dari berat ringan akibat pelangaran, maka appati ada 3 tingkat :
1. Kesalahan berat (garukapatti)
Seorang bikkhu yang melakukan kesalahan ini menyebabkan gugur kebhikkhuannya walaupun tidak diketahui oleh orang lain. (parajika)
2. Kesalahan ringan (majjhimapatti)
seorang bhiikhu yang melakukan kesalahan ini hanya dapat diselesaikan oleh sangha dalam sanghakamma yang terdiri dari paling kurang 20 orang bhikkhu. Sanghadisesa termasuk dalam kesalahan ini.
3. Kesalahan ringan (lahukapatti)
kesalahan yang hanya dapat diselesaikan dengan pengakuan di hadapan bhikkhu lain dengan tekad akan lebih berhati-hati. Thulaccaya, pacittiya, patidesaniya, dhukkhata dan duchasita termasuk dalam kesalahan ini.

Apatti-apatti lainnya adalah :
1. Lokavajja (pelanggaran peraturan ilmiah), perbuatan yang dipandang salah, yang dilakukan oleh gharavasa atau pabbajjita yang timbul dari akusalacitta, misal mencuri, membunuh dll.
2. Pannati-vajja (pelanggaran peraturan yang dirumuskan), perbuatan salah yang berlaku bagi Bhikkhu. Walapun perbuatan serupa yang dilakukan oleh gharavasa, namun mereka tidak dipandang melakukan kesalahan. Misal : seorang bhikkhu tidur di atas kasur kapas. Bagi gharvasa hal tsb bukan trmasuk apatti, tetapi bagi bhiikhu perbuatan itu merupakan apatti.

Pola ttg tingkah laku yg harus dilaksanakan oleh para bhikkhu sesuai dg waktu, tempat, pekerjaan dan orang/pribadi disusun dlm kelompok vinaya yang disebut VATTA (Tugas).
Seorang bhikkhu yg telah melaksanakan sepenuhnya latihan Vatta disebut Acarasampano.
Seorang bhikkhu yg telah sempurna dalam tingkah laku disebut Vatta-sampano.
Seorang bhikkhu yg telah sempurna dalam moral disebut Sila-sampano.
Ada 3 kelompok tugas (Vatta) pokok dari para bhikkhu :
1. Kiccavatta : Tugas-tugas yg harus dilakukan
2. Cariyavatta : Tingkah laku yg harus dilakukan.
3. Vidhivatta : Pelaksanaan segala sesuatu yg harus dilakukan.

1. Kiccavatta (Tugas yg harus dilakukan) yaitu :
a. Seorang Saddhiviharikaharus merawat upajjhaya-nya dg segala cara selama ia hidup bersamanya.
b. Upajjhaya harus bermurah hati kpd saddhiviharika selama tergantung padanya.
c. Berprilaku patut sebagi seorang tamu
d. Penghuni menyambut tamu secara layak dan baik
e. Bhikkhu yg pergi untuk tinggal di tempat lain harus berprilaku baik
f. Bhikkhu yg mengumpulkan makanan harus bersikap sesuai dg tradisi.
g. Bhikkhu yg menyantap makanan berprilaku layak dan sesuai tradisi.

TUGAS SADDHIVIHARIKA-UPAJJHAYA
Saddhiviharika kpd upajjhaya Upajjhaya kpd saddhiviharika
1. Merawat upajjhaya-nya
2. Menerima instruksi/pesan
3. Mencegah penyimpangan pada upajjhayanya yg akan atau telah terjadi.
4. Berusaha agar upajjhayanya ceria
5. Menghormatinya
6. Jika akan berpergian ijin dulu
7. Jika upajjhaya sakit, dg sabar merawatnya. 1. Mendidik saddhiviharika
2. Membantu kebutuhannya
3. Melindungi terhdp penyimpangan yg akan atau telah terjadi.
4. Memandang saddhiviharika sbg anaknya sendiri.



2. Cariyavatta (Tingkah laku yg harus dilakukan) :
a. Para bhikkhu dilarang menginjak kain putih yg digelar ditempat mereka diundang.
b. Jika bhikkhu yg tidak mempertimbangkan baik-baik sebelumnya, maka ia tidak boleh duduk di atas asana.
c. Dilarang duduk di atas asana panjang dg seorang wanita.
d. Jika bhikkhu yunior maka, maka bhikkhu senior tidak boleh menyuruh mereka pergi atau pindah.
e. Jika istirahat, harus menutup pintu
f. Dilarang melempar kotoran, air kencing, sampah keluar tembok atau melalui pagar.
g. Dilarang pergi melihat tari-tarian, menyanyi dan main musik.

3. Vidhivatta (Pelaksanaan segala sesuatu yg harus dilakukan) :
a. Cara mengenakan jubah
b. Mangkok disimpan dibawah tempat tidur atau bangku.
c. Berjalan satu persatu sesuai dg peringkat vasa.
d. Jika bhikkhu akan melakkan vinayakamma, ia harus memakai uttarasanga menutupi bahu kiri, lalu berjongkok dan menghormat.

DHUTANGA (Praktek keras untuk meraih kesucian), ada 13 jenis :
A. Mengenai jubah
1. Pamsukulikanga: Memakai jubah terbuat dari kain bekas,
2. Tacivarikanga: Memakai 3 jubah (Sanghati;luar 2 lapis, Utarasangha;jubah 1 lapis, Antaravasaka;sarung)
B. Mengenai makanan
3. Pindapatikanga: pergi mencari makanan sedekah
4. Sapadanacarikanga: Menerima sedekah makanan dari satu sisi jalan
5. Ekasanikanga: makan sekali duduk saja
6. Pattapindikanga: makan nasi sedekah
7. Kalupacchabatikanga: Menolak makanan yg diberikan belakangan.
C. Mengenai tempat Tinggal
8. Aranikanga: Tinggal didalam satu hutan
9. Rukamulikanga: Tinggal dibawah sebatang pohon
10. Abokasikanga: Tinggal disuatu tempat terbuka
11. Sosanikanga: Tinggal disuatu tanah kuburan
12. Yatasantatikanga: Tinggal ditempat apapun yg disediakan.
D. Mengenai usaha-usaha
13. Nesajikanga: Duduk (tidak duduk bersandar)

Dhutanga menurut Visudhi magga memiliki penafsiran :
a. Mereka melaksanakan oleh petapa yang membawa pada kesucian
b. Mereka adalah pengetahuan ttg penyucian yg merupakan bagian amalan utk melepaskan kilesa.
c. Mereka merupakan jalan menuju lepasnya kilesa SB mengijinkan para bhikkhu untuk melaksanakan dhutanga dilihat dari segi kesederhanaan, jika merasakan ada manfaatnya tanpa meninggalkan prinsip jalan tengah.

NAVAKA : Bhikkhu yg telah ditahbiskan kurang dari 5 vassa dan harus mpy pembimbing seorang upajjhaya dan hidup bersamanya.

UPAJJHAYA : Seorang guru/instruktur atau seorang yg merawat -melatih.

SADDHIVIHARIKA : Seorang bhikkhu yg tergantung pada upajjhaya (“Seorang yg hidup dengan”).

UPOSATHA secara harafiah berarti :”Memasuki untuk tinggal”, dalam agama Buddha digunakan untuk nama pelaksanaan suatu bentuk latihan keagamaan yg keras yg berhubungan dg puasa dan dilaksanakan pada hari bulan purnama dan rembulan gelap, juga pada pertengahan bulan terang dan bulan gelap dan pertengahan bulan gelap dan terang (tgl 1, 8, 5, 23).

Pada hari Uposatha yg harus dilakukan adalah :
1. Membacakan patimokha-sila
2. memberitahukan kesucian sila
3. Membentuk adhitthana (pengambilan keputusan)

Faktor-faktor yg dapat melaksanakan Sangha Uposatha adalah :
1. Hari itu adalah hari ke-14 penanggalan bulan
2. Jumlah bhikkhu yg hadir minimal 4 orang bhikkhu
3. Mereka bukan sabhagapattia (bhikkhu yg mpy kesalahan sama), karena bila semuanya sabhagapatti kesalahan para bhikkhu tidak dapat dibersihkan.
4. Tidak terdapat orang yg didiskualifikasi, yaitu orang yg tidak menjalani Upasampada atau bhikkhu yg gugur kebhikkhuannya/yg dikucilkan oleh Sangha.

PAVARANA : Memberikan suatu kesempatan bagi semua bhikkhu untuk saling mengingatkan diantara mereka.
Ada 4 cara menyusun natti (pernyataan) membuat pavarana :
1. Ekavacikka-natti : Bhikkhu ingin pavarana sekali, mengumumkan Sangha pavarana sekali dan tiap bhikkhu harus pavarana 1 kali.
2. Dvevacikka-natti : Bhikkhu ingin pavarana 2 kali, mengumumkan Sangha pavarana 2 kali dan tiap bhikkhu harus pavarana 2 kali.
3. Tevacika-natti : Bhikkhu ingin pavarana 3 kali, mengumumkan Sangha pavarana 3 kali dan tiap bhikkhu harus pavarana 3 kali.
4. Sannanavassika-natti : Bhikkhu dg vassa sama untuk berpavarana bersama-sama.
Jumlah minimal bhikkhu agar dapat melakukan Pavarana adalah 5 orang yg bervassa bersama selama 3 bulan tanpa putus.

VASA : Peraturan bagi para bhikkhu yg harus berdiam diri di suatu tempat selama musim hujan.
Upacara untuk memasuki vassa adalah : Seorang bhikkkhu harus memantapkan pikiran (Adhittana) dg tekad akan tinggal di sana selama 3 bulan.
Seorang bhikkhu diperkenankan pergi untuk sesuatu yg sangat penting, tapi ia harus kembali dalam waktu 7 hari disebut SATTAHA-KARANIYA.

SANGHAKAMMA : Kegiatan Sangha yg timbul karena kegiatan para bhikkhu yg memerlukan persetujuan Sangha atau perlu diketahui Sangha, berkenaan dg pelaksanaan Upasampada, Uposatha, Pavarana dan Kathina terdapat 4 jenis yaitu :
1. Apalokana-kamma (Menyampaikan informasi kpd sangha ttg 5 hal) :
a. Mengusir samanera yg melecehkan Sang Buddha
b. Menerima kembali ke pesamuan samanera tsb sth perbaiki sikap (osarana).
c. Ijin mencukur rambut calon bhikkhu yg dikerjakan sendiri oleh bhikkhu.
d. Mengumumkan pengucilan bhikkhu yg keras kepala.
e. Memperkenankan bhikkhu tsb tidak beranjali kpd bhikkhu yg berlaku tidak baik dalam aspek seksual terhadap bhikkhuni.
2. Natti-kamma (Usulan tanpa pengumuman)
3. Nattidutiya-kamma (2 pengumuman) ; usul dan pengumuman.
4. Natticatutha-kamma (Mengemukakan usul dan pengumuman usul sampai 3 kali.

SIMA : Suatu tempat untuk melaksanakan kegiatan Sangha yg memiliki batas tertentu yg jelas terlihat, terdiri dari 2 jenis :
1. Baddha-sima : Sima yg batasnya ditentukan oleh Sangha sendiri (sima tetap).
2. Abaddha-sima : Sima yg batasnya ditentukan oleh pemerintah (sima tak tetap).

PETUGAS-PETUGAS SANGHA
Syarat untuk menjadi petugas Sangha adalah : “Tidak dikuasai oleh hawa napsu, kebencian, kebodohan dan ketakutan” (Empat Agati)
Petugas yg diijinkan oleh Sang Buddha adalah :
1. Petugas penerima kain (Civarapatiggahaka)
2. Petugas penyimpan kain (Civaranidahaka)
3. Petugas mendistribusikan kain (Civarabhayaka)
4. Petugas mendistribusikan makanan (Bhatudesaka)
5. Petugas yg membagikan tempat tinggal bhikkhu (Senasanagahapaka)
6. Petugas yg mengatur orang bekerja untuk vihara (Aramikapesaka)
7. Petugas yg bertanggungjawab atas gudang milik sangha (Bhandagarika)

ADHIKARANA-SAMATHA : Peraturan ttg proses hukum untuk penyelesaian masalah Sangha atau perselisihan antara bhikkhu ttg dhamma & vinaya, tuduhan, penyimpangan dan melanggar vinaya, terdiri dari :
1. Vivadadhi-karana : ttg apa yg dhamma-bukan dhamma, vinaya-bukan vinaya, apa yg dikatakan SB-yg tidak dikatakan SB, pelanggaran-bukan pelanggaran.
2. Anuvadadhi-karana : ttg tuduhan & perselisihan akibat praktek, pandangan, cara penghidupan.
3. Apattadi-karana : ttg pelanggaran peratusan vinaya
4. Kiccadi-karana : ttg pertemuan formal atau keputusan yg dibuat Sangha

Ada 7 Metode penyelesaian (Ksamakamma) Adhikarana-Samatha, yaitu :
1. Samukka Vinaya : Penyelesaian dihadapan Sangha, Dhamma & benda.
2. Sati Vinaya : Pembacaan pengumuman resmi sbg seorang arahat
3. Amulha Vinaya : Pembacaan pengumuman resmi bagi seorang yg sakit jiwa.
4. Patinata-karana : Pengakuan jujur yg telah dilakukan
5. Yebhuyyasika-kamma : Keputusan dibuat sesuai suara terbanya (voting)
6. Tassapapuyasika-kamma :Pemberian hukuman bagi orang yg salah
7. Tinavataraka-kamma : Pelaksanaan perdamaian antara dua belah pihak yg berselisih tanpa menyelisiki perselisihan yg terjadi.

Hubungan Vinaya dg Dhamma :
Vinaya : Melenyapkan, memusnahkan dan menghilangkan segala perilaku yg menghalangi kemajuan dlm pelaksanaan Dhamma atau sesuatu yg membimbing keluar dari Samsara.
Dhamma dan Vinaya mrp 2 hal yg tak dpt dipisahkan. Dhamma tanpa vinaya mrp ajaran yg tidak menunjukkan awal atau permulaan untuk dilaksanakan, sedangkan Vinaya tanpa Dhamma mrp formalisme kosong yg sedikit manfaat.

Ada 4 kriteria Bhikkhu yg tidak dpt melakukan Apatti (Pelanggaran terhdp peraturan dan mendapatkan hukuman) :
1. Gila (Tidak meiliki kesadaran dan pengendalian pikiran)
2. Menderita kesakitan yg amat sangat.
3. Pertama kali melakukan kamma buruk yg menyebabkan SB memberikan peraturan

Perbedaan Ovada Patimoka dan Anna Patimokha :
Ovada Patimokha : Nasehat dlm bentuk syair yg disampaikan SB pada bulan Magga yg isinya tertuang di Dhammapada XIV (Buddha Vagga) : 183-185.
Anna Patimokkha : peraturan dalam bhikkhu vibhanga yg terdiri dari 227 sila dalam 8 kelompok yaitu 4 parajika, 13 sanghadisesa, 2 aniyata, 30 nissagiya pacittiya, 92 pacittiya, 4 patidesaniya, 75 sekhiya, 8 adhikarana samatha.

Pengertian Sanghadisesa dan cara penyelesaiannya
Sanghadisesa : nama untuk sikkhapada yg jika dilanggar menyebabkan apatti. Sikkhapada ini berjumlah 13 pasal bila dilanggar maka sangha berfungsi sebagai penentuan dan memerintahkan Bhikkhu yang bersalah menjalankan penebusan kesalahan (manatta) dan masa percobaan (parivasa) setelah itu sangha memberi sanksi. Maka jika sanghadisesa dilanggar penyelesaiannya ada dua cara :
a. Melakukan pengakuan didepan Bhikkhu sekurang-kurangnya 20 Bhikkhu
b. Melakukan manatta selama 6 hari/enam malam

Pengertian Aniyata dan aturan
Aniyata : sikkhapada yang kurang jelas dan sulit utk dipahami, krn peraturan ini belum pasti dan masih membutuhkan penyelidikan lagi utk menentukan terhdp apa pelanggaran yg dilakukan apakah tergolong pelanggaran parajika/sanghadisesa. 2 pasal aniyata :
a. Seorang Bhikkhu bersama seorang wanita berada dalam ruangan tertutup dan seorang upasaka yang taat dengan kata-katanya dipercaya melihat mereka berdua dan mengatakan bahwa ia melakukan pelanggaran.
b. Seorang Bhikkhu bersama seorang wanita berada ditempat terbuka ttp tidak terlihat dan seorang upasaka yg taat dg kata-katanya dipercaya melihat mereka berdua dan mengatakan ia melakukan pelanggaran.

Pengertian Upatthakiriya dan 3 kelompok menurut vinaya abhisamacara :
Upatthakiriya : perilaku yang tidak baik yang bukan merupakan laku seorang samana.
3 kelompok upatthakiriya :
a. Anacara : permainan dan tingkah laku salah
b. Papasamacara : tingkah laku yg hina dan rendah
c. Anesana : mata pencaharian yang tidak layak

Cara utk menjadi umat Buddha garavasa
Untuk menjadi umat buddha garavasa seseorang harus scr sadar menyatakan berlindung pada Tiratana (Tisaranagamana). Pernyataan Tisaranagamana utk menjadi garavasa dpt dilakukan dgn 2 cara :
a. Mengucapakan Tisarana sendiri tanpa disaksikan orang lain sewaktu mengucapkan Tisaranagamana.
b. Mengucapakan Tisarana dengan minta seseorang Bhikhu/sangha sbg saksi sewaktu mengucapkan Tisaranagamana.

Perbedaan Anagariya Vinaya dan Agaviya Vinaya :
Anagariya Vinaya : vinaya yang dilaksanakan oleh pabbajita baik bhikkhu/bhikkhuni maupun samanera/samaneri. Bertujuan utk meningkatkan dan memantapkan kehidupan spiritual guna melenyapkan ikatan-ikatan duniawi shg terbebas dari samsara.
Agariya Vinaya : vinaya yang dilaksanakan oleh umat buddha garavasa. Bertujuan utk membawa kebahagiaan duniawi, usia panjang, keindahan, kebahagiaan dan kekuatan.

Hubungan antara Dhamma dengan Vinaya
Dhamma dan vinaya merupakan 2 hal yang tidak dpt dipisahkan, krn Dhamma tanpa vinaya akan merupakan ajaran yang tidak menunjukkan awal utk dilaksanakan dan sebaliknya Vinaya tanpa Dhamma akan merupakan formalitas kosong yaitu disiplin yg hanya menghasilakan sedikit kemajuan.

Pengertian Appiccha bhikkhu :
Apphiccha Bhikkhu : Bhikkhu dg sedikit keinginan, yang merasa malu akan kelalaian dan tingkah laku Bhikkhu lain yang tidak benar.

Cara SB merubah peraturan yang tidak sesuai lagi dg keadaan
Bila ada peraturan yang tidak sesuai dengan keadaan, SB tidak menggantinya ttp menyempurnakannya dg melakukan penambahan. Peraturan semula disebut mula pannat, sedangkan peraturan tambahan disebut ANU PANNATI.

Perbedaan Loka-Vajja dan Pannati-Vajja :
Loka-Vajja : Perbuatan yg dipandang, baik yg dilakukan oleh bhikkhu maupun umat awam. Kesalahan ini timbul dari Akusla Citta, misalnya mencuri, membunuh dll.
Pannati-vajja : Pelanggaran peraturan yg dirumuskan untuk latihan sila bhikkhu. Peraturan ini bila dilanggar oleh umat awam bukan mrp Apati, tapi bila dilanggar oleh bhikkhu mrp apatti, misalnya : seorang bhikkhu tidur dikasur kapas. Bagi umat awam bukan pelanggaran tapi bagi bhikkhu mrp pelanggaran.

Kondisi meraih kekayaan-kebahagiaan dlm kehidupan sekarang dan akan datang :
1. Memiliki ketekunan, keseksamaan, sahabat yg baik, dan hidup yg selaras dg penghasilan (Kehidupan sekarang).
2. Memiliki keyakinan, kesusilaan, kedermawanan dan kebijaksanaan (Kehidupan yg akan datang).
EMPAT sebab AGOCARA (Tempat dimana bhikkhu tidak boleh didatangi dan berada disana) :
1. Kemunduran dlm sila (Silavipatti)
2. Kemunduran dlm tingkah laku (Acaravipatti)
3. Kemunduran dlm pandangan (Ditthivipatti)
4. Kemunduran dlm mata pencaharian (Ajivavipatti)

Didalam Vinaya ditetapkan adanya 7 (tujuh) Apatti (pelanggaran) dg 1 (satu) Adhikarana yg terdiri dari 7 (tujuh) peraturan untuk menyelesaikan masalah dan pelanggaran yg terjadi dalam Sangha.Ke-7 Apatti tsb adalah :
A. PARAJIKA 4
1. Seorang Bhikkhu yg melakukan hubungan seks.
2. Seorang Bhikkhu yg telah mengambil sesuatu yg belum diberikan oleh pemiliknya
3. Seorang Bhikkhu yg secara sengaja atau menganjurka kpd seseorang untuk membunuh baik itu orang lain atau diri sendiri
4. Seorang Bhikkhu yg menyombongkan Uttarimanusadhamma (tingkatan pengembangan bathin yg lebih tinggi daripada tingkat manusia biasa) yg sebenarnya belum dicapainya.
B. SANGHADISESA 13
1. Seorang bhikkhu yg dg sengaja mengeluarkan air mani
2. Seorang Bhikkhu yg dg penuh nafsu menyentuh tubuh atau memegang tangan, rambut, atau menyentuh anggota tubuh seorang wanita
3. Seorang bhikkhu yg dg penuh nafsu , mengucapkan kata-kata yg merayu dan tidak sopan terhadap seorang wanita
4. Seorang Bhikkhu yg dg pikiran penuh nafsu, berbicara dihadapan seorang wanita dg maksud untuk menggoda dan mengajaknya untuk berhubungan seks
5. Seorang Bhikkhu yg menjadi perantara perjodohan bagi seorang laki-laki dg seorang perempuan
C. ANIYATA 2
1. Seorang Bhikkhu yg duduk bersama seorang wanita berdua saja di tempat yg tertutup. Kemudian seorang umat biasa yg dipercaya melihat dan mengatakan bahwa Bhikkhu tsb telah melakukan Parajika, Sanghadisesa dan pacittiya serta Bhikkhu tsb, maka Bhikkhu tsb harus diperiksa sesuai dg kata umat tsb
2. Seorang Bhikkhu yg duduk bersama seorang wanita berdua saja di tempat yg terpencil. Kemudian seorang umat biasa yg dipercaya melihat dan mengatakan bahwa Bhikkhu tsb telah melakukan Parajika, Sanghadisesa dan pacittiya serta Bhikkhu tsb, maka Bhikkhu tsb harus diperiksa sesuai dg kata-kata umat tsb, maka ia telah melakukan pelanggaran Aniyata.
Ket : Pelanggaran Aniyata mrp pelanggaran yg belum pasti; apakah itu termasuk Parajika, Sanghadisesa, dan Pacittiya. Sehingga masih memerlukan pemeriksaan yg lebih intensif untuk membuktikannya melalui Sanghakamma.
D. NISSAGGIYA-PACITTIYA 30
Peraturan Nissagiya Pacittiya 30 digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok yg masing-masing kelompok terdiri dari 10 (sepuluh) peraturan (sila) menurut kategori yg bersangkutan yaitu :
a. Civara /jubah (Civara Vagga)
1. Seorang Bhikkhu hanya boleh menyimpan jubah ekstra paling lama 10 hari. Jika ia menyimpannya lebih dari 10 hari.
2. Apabila seorang Bhikkhu terpisah dari civaranya meskipun hanya satu malam tanpa persetujuan Sangha.
b. Sutra (Kosiya Vagga).
1. Apabila seorang Bhikkhu menerima permadani (Nisidana/ Santhata) yg terbuat dari Wool yg dicampur dg Sutra
2. Apabila seorang Bhikkhu menerima permadani (Nisidana/ Santhata) yg terbuat dari Wol yg kesemuanya berwarna hitam.
c. Mangkuk (Patta Vagga)
1. Seorang Bhikkhu hanya dpt menyimpan mangkuk ekstra paling lama sepuluh hari, bila lebih.
2. Apabila seorang Bhikkhu mengganti mangkuknya yg kurang dari lima tambalan dg mangkuk yg baru dan kurang dari sepuluh jari.
Ket : Pada dasarnya penetapan peraturan atau pelanggaran Nissagiya Pacittiya adalah diberikan untuk mengikis habis keserakahan dan mrp pelanggaran yg ringan dibandingkan Parajika Apatti dan Sanghadisesa Apatti. Untuk penyelesaiannya, Bagi pelanggar harus mengakui nya dihadapan seorang, sekelompok, atau seluruh Bhikkhu Sangha dan barang penyebab pelanggaran tsb harus disita, terkecuali untuk nomor 4.2.8, 4.2.9 dan 4.2.8 harus diakui didepan sidang Saégha.

E. PACITTIYA (SUDDHIKA) 92
1. Kelompok pertama mengenai perkataan yg tidak benar (Musavadavagga). Kelompok atau bagian ini terdiri dari sepuluh peraturan (vinaya/sila) misalnya tentang berbohong (1), berbicara kasar (2), dll.
2. Kelompok kedua mengenai tumbuh-tumbuhan (Bhutagavagga). Kelompok kedua terdiri dari sepuluh peraturan (vinaya/sila) yg seluruhnya berhubungan dg tumbuhan (1), perabotan (4,5 dan 8) dan tempat tinggal (6,7 dan 9). Misal: tentang perusakan tanaman (1), penyebab kerusakan perabot milik sangha (4 & 5)
Ket : peraturan Pacittiya (Suddhika) mrp peraturan yg ringan dan jika terjadi pelanggaran, maka si pelanggar harus mengakuinya didepan seorang Bhikkhu.
F. PATIDESANIYA 4
1. Apabila seorang Bhikkhu menerima secara langsung dg tangannya sendiri makanan yg diberikan oleh seorang Bhikkhuni yg tidak mempunyai huungan kekeluargaan dengannya, maka ia telah melakukan pelanggaran peraturan Patidesaniya.
2. Apabila sekelompok Bhikkhu sedang makan makanan disuatu tempat dimana mereka diundang, kemudian seorang Bhikkhuni muncul dan memerintahkan mereka untuk memindahkan makanan ketempa lain, maka ia harus memerintahkan Bhikkhuni tsb untuk menghentikan tindakan tsb, bila mereka tak melakukannya, maka ia telah melanggar peraturan Patidesaniya.
3. Apabila seorang Bhikkhu yg tidak sakit dan juga tidak diundang menerima makanan dari satu keluarga yg dianggap oleh Sangha sbg SEKHA (telah mencapai tingkat kesucian tertentu/Ariya), tapi masih dibawah latihan dan makan makanan yg diberikan, maka, ia telah melakukan melanggar peraturan Patidesaniya.
4. Apabila seorang Bhikkhu tinggal disuatu hutan lebat dan ia tidak sakit serta ia tidak menerima makanan dengantangannya sendiri dari seorang Dayaka dan memakannya tanpa memberitahukan bahwa ia akan datang, selain itu dayaka tsb tidak mengetahui terlebih dahulu keadaan tempatnya, maka ia telah melakukan pelanggaran peraturan Patidesaniya.
Ket : Peraturan Patidesaniya mrp bagian dari peraturan Vinaya yg berhubungan dg perilaku Bhikkhu dalam menerima dan memakan dana makanan yg diberikan kepadanya. Bagi Bhikkhu yg melanggar peraturan ini ketika mengakui pelanggarannya, harus menggunakan rumusan khusus yg menyatakan sifat kesalahannya.
G. SEKHIYAVATTA 75
Sekhiyavatta mrp peraturan latihan yg harus dilaksanakan oleh para Bhikkhu maupun Samanera untuk melatih diri. Sekkhiyavatta terdiri dari empat kelompok yg masing-masing kelompok memuat tentang berbagai peraturan yg saling berhubungan.
1. Kelompok pertama mengenai sikap dan tingkah laku sehari-hari (Saruppakaraniya 26). Misal : mengenai pemakaian jubah (1,2,3,4), pengendalian diri waktu berada ditempat umum.
2. Kelompok kedua mengenai peraturan makan makanan (Bhojanapatisamyutta karaniya 30). Peraturan ini memuat tentang bagaimana cara kita dalam menghadapi makanan. Misalnya : bagaimana kita berpindapatta/menerima makanan (1,2,3,4,), bagaimana cara kita makan yg baik (5-28), dan bagaimana sikap seorang samana setelah selesai makan (29-30).
3. Kelompok ketiga mengenai cara mengajar Dhamma (Dhammadesanapatisamyutta karaniya 16). Bagian ini mencakup bagaimana sikap seorang Samana yg baik dalam latihan untuk mengajarkan Dhamma kpd orang lain. Misalnya : tidak akan mengajar Dhamma kpd orang sehat yg memegang pisau, tongkat, payung, dan lain sebagainya.
4. Kelompok keempat mengenai Aneka peraturan (Pakinnaka karaniya-3) bagian ini berkenaan dg cara yg tidak pantas dalam membuang hajat (baik air kecil maupun air besar) dan meludah.
Ketujuh peraturan tsb diatas meliputi 220 Sila ditambah dg 7 Adhikarana Samatha, sehingga semua berjumlah 227 peraturan.

H. ADHIKARANA SAMATHA 7
Adhikarana Samatha adalah sidang Sangha yg harus dihadiri sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang Bhikkhu, untuk mengadil, memutuskan kesalahan/pelanggaran yg telah dilakukan oleh seorang Bhikkhu atau dg pengumuman resmi oleh Sangha serta untuk menyelasaikan berbagai masalah yg terjadi didalam tubuh Sangha. Adapun kasus tsb tercakup dalam empat jenis kasus yaitu :
1) Vivadadhikarana yaitu perselisihan tentang apa yg Dhamma, apa yg bukan Dhamma, apa yg Vinaya, apa yg bukan Vinaya;apa yg dikatakan SB; apa yg tidak dikatakan oleh SB, serta apa yg mrp pelenggaran dan apa yg bukan pelanggaran.
2) Anuvadadhikarana yaitu mengenai tuduhan dan perselisihan yg diakibatkan sehubungan dg keluhuran, praktek, pandangan dan cara hidup seorang Bhikkhu.
3) Apattadikarana yaitu ttg pelanggaran terhadap peraturan apapun.
4) Kiccadhikarana yaitu mengenai pertemuan formal atau keputusan yg dibuat oleh Sangha.
Sedangkan metode penyelesaiannya (Adhikarana Samatha) terdiri dari 7 (tujuh) metode atau cara yaitu :
1. Sammukkha Vinaya : Penyelesaian Adhikarana tsb dilakukan dihadapan Sangha, seseorang, dihadapan benda yg bersangkutan, dan dihadapan Dhamma.
2. Sati Vinaya: Pembacaan pengumuman resmi oleh Sangha bahwa seseorang yg telah mencapai Arahat, adalah orang yg penuh kesadaran, agar tak seorangpun menuduhnya telah melakukan Apatti.
3. Amulha Vinaya: Pembacaan pengumuman secara resmi oleh Sangha bagi seorang Bhikkhu yg telah sembuh dari sakit jiwa agar tidak seorangpun menuduhnya melakukan Apatti yg mungkin ia lakukan ketika ia masih sakit jiwa.
4. Patinnata Karana: Penyelesaian suatu Apatti sesuai dg pengakuan yg diberikanoleh si tertuduh yg mengakui secara jujur apa yg telah dilakukannya.
5. Yebhuyyasika Kamma: Keputusan dibuat sesuai suara terbanyak (Voting).
6. Tassapapuiyasika Kamma: Pemberian hukuman kpd orang yg melakukan kesalahan.
7. Tinnavattharaka Kamma: Pelaksanaan perdamaian antara dua pihak yg saling berselisih tanpa dilakukan penyelidikan tentang perselisihan yg terjadi.
Jadi, secara ringkas seorang Bhikkhu harus mematuhi Bhikkhu-sila yaitu empat macam kesucian moral Seorang Bhikkhu (Cattu Parisudhi Sila) yg terdiri dari :
1. Patimokkhasamvara sila : moralitas yg terdiri dari menahan diri berkenaan dg tata tertib Bhikkhu yg berjumlah 227 sila Patimokkha.
2. Indriyasamvara sila : moralitas yg terdiri atas menahan diri dalam indriya.
3. Ajiva-parisuddhi-sila : moralitas yg terdiri atas kesucian penghidupan.
4. Paccaya-sannisita-sila : moralitas yg berkenaan dg empat macam kebutuhan pokok Bhikkhu

Dari hal tsb SB juga mengatakan bahwa ada 4 jenis Bhikkhu didunia ini (Cunda Sutta, Sutta Nipata) yaitu :
a) Maggajina : Penakluk jalan = yaitu SB.
b) Maggadesaka : Guru dari Sang Jalan.
c) Maggajiva : yg hidup pada jalan.
d) Maggadusaka : yg mengotori jalan (orang yg berpura-pura menjadi Bhikkhu yg menyalahtafsirkan ajaran dan berbuat bertentangan dg jalan.









Blog Entry
Aug 6, '08 4:57 AM
for everyone
STRATEGI PEMBELAJARAN

Hakikat Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang akan dihadapinya.
Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari
a. rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
b. analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan
c. jenis materi pelajaran yang akan dikomunikasikan.
A. Kozma dalam Gafur (1989)
Secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
B. Gerlach dan Ely (1980)
Menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan mated pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud
meliputi sifat, lingkup dan urutan .kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar.
Hubungan antara strategi, tujuan dan metode pembelajaran
Strategi pembelajaran yang akan dipilih dan digunakan oleh guru bertitik tolak dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan di awal. Agar diperoleh tahapan kegiatan pembelajaran yang berdaya dan berhasil guna, maka guru harus mampu menentukan strategi pembelajaran apa yang akan digunakan. Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah suatu rencana untuk mencapai tujuan.
Perbedaan antara Strategi, Metode dan Teknik
Istilah strategi, metode atau teknik sering digunakan secara bergantian, walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki perbe-daan satu dengan yang lain.
Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik adalah jalan atau alat atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai (Geriach dan Ely, 1980).
Metode Pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tetapi di dalam pelaksanaan sesungguhnya, metode dan teknik memiliki perbedaan. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural yaitu berisi tahapan-tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif.
Komponen strategi pembelajaran
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting.
2. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah urutan, ruang lingkup danjenis materi.
a) Urutan penyampaian
b) Ruang lingkup materi yang disampaikan
c) Materi yang akan disampaikan
Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara jenis materi yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu) dan sikap (berisi pendapat ide, saran atau tanggapan) (Kemp, 1977). Merril (1977, h.37) membedakan isi pelajaran menjadi 4 jenis yaitu fakta, konsep, prosedur dan prinsip.
3. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, h 108). Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu:
a. Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan,
  sikap atau keterampiian tertentu.
b. Umpan Balik
Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka , guru memberikan umpan batik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
4. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui
(a) apakah tujan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan
(b) apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
5. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata :
a. hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai
b. Peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang
  bervariasi tersebut.
Kriteria pemelihan strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu:
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
2. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti
  (dihubungkan dengan dunia kerja).
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik.
Gerlach dan Ely (1990, him 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang akan digambarkan melalui bagan berikut ini: pemilihan strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik.
1. Efisiensi
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
2. Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapajauh tujuan pembe¬lajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif.
3. Keterlibatan Peserta Didik
Pada dasamya keteriibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori.
Pendekatan Inovatif dalam Strategi Pembelajaran
Dalam pembelajaran modern sekarang ini yang lebih dipentingkan adalah bagaimana mengaktifkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran secara mandiri, yaitu melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada penemuan (discovery) dan pencarian (inquiry).
Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan ini memiliki dampak positif sebagaimana yang dikemukakan oleh Jerome Bruner dalam Hasibuan dan Moejiono (1993) yang mengemukakan bahwa pencarian (inquiry) mengandung makna sebagai berikut:
1.Dapat membangkitkan potensi intelektual siswa karena seseorang hanya dapat belajar dan mengembangkan pikirannya jika ia menggunakan potensi intelektuainya untuk berpikir.
2. Peserta didik yang semula memperoleh extrinsic reward dalam keberhasilan belajar (seperti mendapat nilai baik dari pengajar), dalam pendekatan inkuiri ini dapat memperoleh intrinsic reward. Diyakini bahwa jika seorang peserta didik berhasil mengadakan kegiatan mencari sendiri (mengadakan penelitian), maka is akan memperoleh kepuasan untuk dirinya sendiri.
3. Peserta didik dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau informasi) dari penemuan (discovery),
  artinya bahwa cara untuk mempelajari teknik penemuan ialah dengan jalan memberikan kesempatan kepada
  peserta didik untuk mengadakan penelitian sendiri.
4. Dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada diri peserta didik.
Cara belajar siswa aktif (cbsa)
Tujuannya adalah memperoleh hasil belajar yang berbentuk perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotori (Raka Joni, dalam Tachir, 1988, hal 37-38)
Berikut akan dijelaskan ciri/kadar Cara Belajar Siswa Aktif, dalam proses belajar dan sebagai hasil belajar.
CBSA sebagai proses belajar:
1. Siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya bahkan dalam membuat kesimpulan.
2. Adanya interaksi aktif secara instruktur dengan siswa.
3. Adanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil kerjanya sendiri.
4. Adanya pemanfaatan sumber belajar secara optimal.
CBSA sebagai hasil belajar :
1. Siswa dapat mentransfer kemampuannya kembali (kognitif, afektif clan psikomotorik ).
2. Adanya tindak lanjut berupa keinginan mencari bahan yang telah clan akan dipelajan.
3. Tercapainya tujuan belajar minimal 80%.
Prinsip-prinsip cbsa
1.Mendesain pengajaran yang dapat membuat siswa aktif sepenuhnya dalam proses belajar.
2.Membebaskan siswa dari ketergantungan yang berlebihan pada guru. Hal ini akan berakibat sebagai berikut:
a. Siswa akan terbiasa belajar teratur walaupun tidak ada ulangan/ujian.
b. Siswa mahir/memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada.
c. Siswa terbiasa melakukan sendiri kegiatan belajar baik di laboratorium, bengkel dan lam-lain.
d. Siswa mengerti bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar.
3. Menilai hasil belajar dengan cara berikut, yaitu bahwa setiap hasil pengajaran sarat dengan berbagai macam kegiatan belajar, maka prestasi murid yang tergambar pada kegiatan belajar itu perlu diadakan penilaian dengan ujian lisan, ujian tertulis, tes buku terbuka, tes yang dikerjakan dirumah dan lain-lainnya.
Prinsip-Prinsip Belajar Dalam CBSA
1. Stimulus belajar
  Stimulus hendaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan oleh guru kepada siswa.
2. Perhatian dan motivasi
  Stimulus belajar yang diberikan oleh guru bukan berarti perhatian dan motivasi dari siswa tidak diperlukan lagi.
3. Respon yang dipelajari
  Respon siswa terhadap stimulus guru dapat berupa perhatian, proses internal terhadap informasi, ataupun tihdakan nyata dalam bentuk partisipasi dan minat siswa saat mengikuti kegiatan belajar.
4. Penguatan
  Setiap tingkah laku yang diikuti perasaan kepuasan terhadap kebutuhan siswa cenderung untuk diulang kembali. Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Dari luar seperti nilai, ganjaran, hadiah dan lain-lain dari dalam diri bisa terjadi apabila respon yang dilakukan oleh siswa betul-betui memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
5. Pemakaian dan pemindahan
  Dalam penyimpanan informasi (yang jumlahnya tidak terbatas) penting sekali dilakukan pengaturan dalam penempatan informasi sehingga dapat digunakan apabila diperlukan kembali. Pengingatan kembali atau informasi yang telah diperoleh cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasti serupa.
Prinsip-prinsip CBSA dalam Dimensi Program Pembelajaran
Prinsip-prinsip yang perlu ada pada dimensi program pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Penentuan tujuan dan isi pelajaran
  Prinsip ini menuntut agar dalam mengembangkan program pembelajaran hendaknya dilakukan penyesuaian antara tujuan dari isi pembelajaran dengan karakteristik siswa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan, minat dan kemampuan siswa.
2. Pengembangan konsep dan aktivitas siswa.
Prinsip ini mempersyaratkan agar program mampu menyajikan alternatif kegiatan yang mengarah pada pengembangan konsep aktifitas belajar siswa.
3. Pemilihan dan penggunaan berbagai metode clan media
Prinsip ini menuntut agar guru mampu memilih dan sekaligus mampu menggunakan berbagai strategi dan metode belajar-mengajar, sehingga dapat menciptakan kondisi belajar yang dapat membelajarkan siswa secara aktifdan penuh makna.
4. Penentuan metode dan media
Prinsip ini mempersyaratkan agar dalam program pembelajaran diberikan altematif metode dan media yang dapat dipilih secara luwes, maksudnya pengembangan program hendaknya mampu memilih metode atau media sebagai alternatif memilih kesetaraan.
Prinsip CBSA Pada Dimensi Situasi Belajar Mengajar
1. Komunikasi yang bersahabat antara guru dan siswa.
2. Kegairahan dan kegembiraan dalam belajar.
Berikut ini akan diuraikan salah satu pendekatan yang berciri khas CBSA, yaitu pendekatan keterampilan proses, pengembangan keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber pada kemampuan peserta didik.
Banyak keaktifan siswa yang sangat sulit untuk diamati, seperti kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah baru adalah merupakan keaktifan siswa yang tidak dapat diamati sebagai suatu bentuk keaktifan. Mungkin siswa-yang bersangkutan hanya diam bahkan kelihatannya mengantuk padahal dia sedang me.ngarahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah. Guru baru dapat mengamatinya apabila siswa itu telah bertindak.
Dengan perkataan lain, keaktifan dalam rangka CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dipersyaratka keterlibatan langsung berbagai bentuk keaktifan fisik.
Pendekatan Keterampilan Proses
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana kelas sedemikian rupa agar terjadi interaksi belajar-mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. CBSA akan berjalan sebagaimana diharapkan apabila dalam prakteknya CBSA mampu mengembangkan keterampilan memproses perolehan.
Jadi apabila keterampilan proses dikaitkan dengan CBSA, maka akan tampak keduanya mempunyai ciri sebagai berikut;
• menekankan pentingnya keberartian belajar untuk mencapai hasil belajar yang memadai;
• menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam proses belajar.
• tenekankan bahwa belajar adalah proses dua arah yang menekankan hasil belajar secara tuntas.
Mengapa keterampilan proses diperlukan?
Dalam proses belajar-mengajar, pengembangan konsep harus dipadukan dengan pengem¬bangan nilai dalam diri anak didik. Tujuannya adalah menghasilkan manusia yang ahli sekaligus manusiawi. Artinya, lulusan yang diharapkan mempunyai pengetahuan yang luas, manusiawi dan keduanya menyatu dalam pribadi yang serasi, selaras dan seimbang.
Kemampuan Dasar yang Perlu Dikembangkan
a. Mengamati (observasi)
Siswa diajak belajar mengenal fenomena alam yang ada di sekitar kita dengan seksama menggunakan alat indera.
b. Menghitung
Kemampuan dasar menghitung perlu dikembangkan sedini mungkin pada siswa, yaitu melalui pelajaran matematika.
c. Mengukur.
Keterampilan dasar mengukur berfungsi sebagai pembanding melalui hal-hal yang berkaitan dengan-konsep luas, cepat, tinggi-rendah, volume, berat dan panjang.
d. Mengklasifikasi.
Kemampuan mengklasifikasi adalah kemampuan atau keterampilan menggolong-golongkan sesuatu menurut ciri-ciri khusus, tujuan atau kepentingan tertentu, dan kemudian mengelompokkannya ke dalam bentuk, zat dan fungsinya. agaimana mengklasifikasikanjenis burung.
e. Menarik hubungan antara ruang dan waktu.
Hubungan ruang dan waktu adalah mencocokkan benda-benda sesuai dengan fungsinya, menggambarkan arah dan jarak, dan membuat urut-urutan kejadian dari suatu gerakan benda.
f. Merumuskan hipotesis
Merumuskan hipotesis merupakan keterampilan membuat perkiraan (prediksi) berdasarkan alasan logis atas suatu kejadian (fenomena) atau pengamatan.
g. Merencanakan penelitian atau melakukan eksperimen .
Merencanakan penelitian atau melakukan eksperimen adalah menguji atau mengetes gagasan-gagasan melalui penyelidikan praktis dalam rangka menguji hipotesis.
i. Mengendalikan variabel
Dalam setiap penelitian sering dijumpai faktor-faktor yang berpengaruh yang selalu harus dikontrol.
j. Menafsirkan data
Keterampilan menafsirkan atau menginterpretasikan data sangat penting dalam merumuskan manfaat selanjutnya.
k. Membuat kesimpulan sementara (inferensi)
Inferensi adalah keterampilan untuk memberikari kata sepakat yang sifatnya sementara. Kesimpulan dibuat berdasarkan informasi yang diperoleh dan berlaku sampai batas waktu tertentu.
l. Membuat prediksi (prakiraan)
Keterampilan ini dibutuhkan untuk menggunakan hasil belajar ke dalam situasi yang baru. Keterampilan ini dapat juga digunakan untuk memecahkan masalah dan menjelaskan suatu informasi atau peristiwa baru.
m. Menerapkan (aplikasi) .. .
Keterampilan ini adalah kemampuan untuk mengimplementasikan hasil belajar kedalam situasi yang baru.
n. Mengkomunikasikan
Menkomunikasikan adalah cara untuk menyampaikan hasil penemuan pada orang lain. Cara mengkomunikasikan tersebut dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Sebagai kesimpulan, diyakini bahwa berbagai strategi pembelajaran yang digunakan oleh pengajar pada dasarnya diarahkan agar terjadi proses belajar mandiri dalam diri siswa. Narnun perlu diingat bahwa pendekatan yang baik belum tentu menghasilkan pembelajaran yang baik pula. Karena itu faktor pengajar sebagai manager dari suatu kegiatan pembelajaran di kelas sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran tersebut.
MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN
I.Pendekatan Pembelajaran Pemrosesan Informasi
Ada beberapa model yang termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Model Berpikir Induktif, tokohnya adalah Hilda Taba;
2. Model Inquiry Training, tokohnya adalah Richard Suchman;
3. Model Scientific Inquiry, tokohnya adalah Joseph J. Schwab;
4. Model Perolehan Konsep, tokohnya adalah Jerome Brunner;
5.Model Pertumbuhan Kognitif tokohnya adalah Piaget, Freud, Irving Siel dan Kohlberg;
6. Model Advance Organizer, tokohnya adalah David Ausubel dan
7. Model Memory, tokohnya antara lain Harry Lorayne dan Jerry Lucas.
A. MODEL PEMBELAJARAN PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) ORIENTASI MODEL
Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karya Jerome Brunner, Jacqueline Goodnow dan George Austin. Brunner, Goodnow dan Austin yakin bahwa lingkungan sekitar manusia beragam, dan sebagai manusia kita hams mampu membedakan, mengkategorikan dan menamakan semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan, mengelompokkan dan menama-kan sesuatu inilah yang menyebabkan munculnya sebuah konsep.
Pendekatan pembelajaran perolehan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tertentu. Pendekatan pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari anak-anak sampai orang dewasa. Untuk taman kanak-kanak, tentunya, pendekatan ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep yang sederhana. Misalnya konsep binatang, tumbuhan, dan lain-lain. Pendekatan ini, lebih tepat digunakan ketika penekanan pembelajaran lebih dititikberatkan pada mengenalkan konsep baru, melatih kemampuan berpikir induktif dan melatih berpikir analisis.
a. Prosedur Pembelajaran
Suatu konsep diperoleh melalui tiga tahap yaitu:
• Pertama adalah tahap kategorisasi, yaitu upaya mengkategorikan sesuatu yang sama atau tidak sesuai dengan konsep yang diperoleh.
• Masuk ketahap selanjutnya, setelah kategori yang tidak sesuai disingkirkan, dan kategori-kategori yang sesuai digabungkan sehingga membentuk suatu konsep (concept formation). Setelah itu, suatu konsep tertentu baru dapat disimpulkan.
• Tahap terakhir inilah yang dimaksud dengan perolehan konsep.
Melalui model ini, perolehan konsep didasarkan pada kondisi reseptif siswa dan sifatnya lebih langsung. Artinya guru lebih banyak memimpin.
Model ini terdiri dari tiga tahapan mengajar.
Pertama, guru menyajikan data kepada siswa.
Tahap kedua, siswa menguji perolehan konsep mereka.
Tahap ketiga, mengajak siswa untuk menganalisis/mendiskusikan strategi sampai mereka dapat memperoleh konsep tersebut.
b. Aplikasi
Model pembelajaran ini sangat sesuai digunakan untuk pembelajaran yang menekankan pada perolehan suatu konsep baru atau untuk mengajar cara berpikir induktif kepada siswa. Model ini juga relevan diterapkan untuk semua umur dan semua tingkatan kelas. Bagi anak-anak, konsep dan contohnya harus lebih sederhana dibandingkan untuk anak tingkatan kelas yang lebih tinggi. Terakhir, model ini juga dapat merupakan alat evaluasi yang efektif bagi guru untuk mengukur apakah ide-ide atau konsep-konsep penting yang baru saja diajarkan telah dikuasai oleh siswa atau tidak.
B. MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF
A. Orientasi Model
Model pembelajaran ini merupakan karya besar Hilda Taba. Suatu strategi mengajar yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi.
Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir dapat diajarkan;.
2. Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data. Artinya, dalam seting kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu. Dalam seting tersebut, mana siswa belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu sistem konsep, yaitu (a) saling menghubung-hubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta membuat kesimpulan berdasarkan hubungan-hubungan tersebut, (b) menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka membangun hipotesis, dan (c) memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena tertentu. Guru, dalam hat ini, dapat membantu proses internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut;
3.Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful). Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini memerlukan strategi mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut.

B. Prosedur Pembelajaran
Postulat yang diajukan Taba di atas menyatakan bahwa keterampilan berpikir harus diajarkan dengan menggunakan strategi khusus. Menurutnya, berpikir induktif melibatkan tiga tahapan dan karenanya ia mengembangkan tiga strategi cara mengajarkannya. Strategi pertama adalah pembentukan konsep (concept formation) sebagai strategi dasar, kediia, interpretasi data (data interpretation) dan ketiga adalah penerapan prinsip (application of principles).
v Strategi 1: Pembentukan Konsep
Tahapan pertama ini terdiri dari tiga langkah yaitu
1. mengidentifikasi data yang relevan dengan permasalahan,
2. mengelompokkan data atas dasar kesamaan karakteristik dan
3. membuat kategori serta memben label, pada kelompok-kelompok data yang memiliki kesamaan karakteristik.
v Strategi 2: Interpretasi Data
Strategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan konsep), cara ini dapat , dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.
v Strategi 3: Penerapan Prinsip
Strategi 3 merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah siswa dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data, selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam suatu situasi permasalahan yang berbeda.. Atau siswa diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena baru.
C. Aplikasi
Model pembelajaran. ini ditujukan untuk membangun mental kognitif. Karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Namun demikian, strategi ini .sangat membutuhkan banyak informasi yang harus digali oleh siswa. Kelebihan. lain dari model ini, walaupun sangat sesuai untuk “social study” tapi juga dapat digunakan untuk semua mata pelajaran, seperti sains, bahasa dan lain-lain. Satu hal lagi yang tak kalah penting, model ini juga secara tidak langsung dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
C. MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
A. Orientasi Model
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Suchman untuk mendukung teori yang mendasari model pembelajaran ini:
1. Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya;
2. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya tersebut;
3. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa;
4. Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentatif dan belajar menghargai penjelasan atau solusi altematif.
B. Prosedur Pembelajaran
Tujuan utama dari model ini adalah membuat siswa menjalani suatu proses tentang bagaimana pengetahuan diciptakan. Untuk mencapai tujuan ini, siswa dihadapkan pada sesuatu (masalah) yang misterius, belum diketahui, tetapi menarik. Namun, perlu diingat bahwa masalah, tersebut harus didasarkan pada suatu gagasan yang memang dapat ditemukan (discoverable ideas), bukan mengada-ada.
C. Aplikasi
Awalnya model pembelajaran ini digunakan untuk mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan alam, tapi dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Model ini sangat penting untuk mengem-bangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah, seperti
1.keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian data termasuk merumuskan dan menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena,
2. kemandirian belajar,
3.keterampilan mengekspresikan
  secara verbal,
4. kemampuan berpikir logis, dan
5. kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif.

II Pendekatan Pembelajaran Individu
A. MODEL PEMBELAJARAN PENGAJARAN TIDAK LANGSUNG (NON-DIREC¬TIVE
TEACHING)
A. Orientasi Model
Sebelumnya perlu disampaikan disini bahwa yang dimaksud dengan non-direktif adalah TANPA MENGGURUI. Model pengajaran non-direktif merupakan hasil karya Carl Roger dan tokoh lain pengembang konseling non-direktif.
Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator. Karena itu guru hendaknya mempunyai hubungan pribadi yang positif dengan siswanya, yaitu sebagai pembimbing bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam menjalankan perannya ini, guru membantu siswa menggali ide/gagasan tentang kehidupannya, lingkungan sekolahnya dan hubungannya dengan orang-orang lain.
B. Prosedur Pembelajaran
Teknik utama dalam mengaplikasikan model pembelajaran pengajaran tidak langsung adalah apa yang diistilahkan oleh Roger sebagai Non-directive Interview atau wawancara tanpa menggurui, yaitu wawancara tatap muka antara guru dan siswa. Selama wawancara, guru berperan sebagai kolaborator dalam proses penggalian jati diri dan pemecahan masalah siswa. Inilah yang dimaksud dengan tanpa menggurui non-directive.
Kunci utama keberhasilan dalam menerapkan model ini adalah kemitraan antara guru dan siswa. Menurut Rogers, iklim wawancara yang dilakukan oleh guru harus memenuhi empat syarat yaitu:
(1) guru harus mampu menunjukkan kehangatan dan tanggap atas masalah yang dihadapi siswa dan memperlakukannya sebagaimana layaknya manusia,
(2) guru harus mampu membuat siswa dapat mengekspresikan perasaanya tanpa tekanan dengan cara tidak memberikan penilaian (mencap salah atau mencap buruk),
(3) siswa harus bebas mengekspresikan secara simbolis perasaanya, dan
(4) proses konseling (wawancara)
  harus bebas dari tekanan;
Secara umum, sebagaimana halnya model pembelajaran lain, model pembelajaran ini juga memiliki tahapan-tahapan.
C. Aplikasi
Model Pembelajaran Pengajaran Tidak Langsung (tanpa menggurui) bisa digunakan untuk berbagai situasi masalah, baik masalah pribadi, sosial dan akademik. Dalam masalah pribadi, siswa menggali perasaannya tentang dirinya. Dalam masalah sosial, ia menggali perasaannya tentang hubungannya dengan orang lain dan menggali bagaimana perasaan tentang dirinya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Dalam masalah akademik, ia menggali perasaannya tentang kompetensi dan minatnya. Dari semua kasus di atas, esensi atau muatan wawancara hams bersifat personal, bukan eksternal. Artinya harus datang dari perasaan, pengalaman, pemahaman dan solusi yang dipilihnya sendiri. Inilah inti dari istilah Tidak Menggurui (Non-Directive) yang dimaksud oleh Rogers.

B. MODEL PEMBELAJARAN PELATIHAN KESADARAN (AWARENESS TRAINING)
A. Orientasi Model
Model ini mempakan suatu model pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia. Model ini dikembangkan oleh Milliam Schutz. la menekankan pentingnya pelatihan interpersonal sebagai sarana peningkatan kesadaran pribadi (pemahaman diri individu).
Mengapa demikian? Karena ia percaya bahwa ada empat tipe perkembangan yang dibutuhkan untuk merealisasikan potensi individu secara utuh, yaitu:
(1) fungsi tubuh,
(2) fungsi personal, termasuk di dalamnya akuisisi pengetahuan dan pengalaman, kemampuan berpikir logis dan kreatif dan integrasi intelektual,
(3) perkembangan interpersonal dan
(4) hubungan individu dengan institusi-institusi sosial, organisasi sosial dan budaya masyarakat.
B. Prosedur Pembelajaran
Kunci utama prosedur pembelajaran model ini didasarkan atas teori encounter. Teori ini menjelaskan metode untuk meningkatkan kesadaran hubungan antar-manusia yang didasarkan atas keterbukaan, kejujuran, kesadaran diri, tanggung jawab, perhatian terhadap perasaan diri sendiri atau orang lain, dan berorientasi pada kondisi saat ini.
C. Aplikasi
Sampai saat ini, masih sangat sedikit sekolah atau guru yang menerapkan model ini. Permainan-permainan sederhana dapat dilakukan untuk keperiuan ini. Model ini juga dapat dilakukan sebagai selingan yang tidak memakan waktu terlalu banyak. Dalam pelaksanaan diskusi, keterbukaan dan kejujuran menjadi sangat penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ini dapat meningkatkan perkembangan emosi.

C. MODEL PEMBELAJARAN PERTEMUAN KELAS
A. Orientasi Model
Model ini diciptakan berdasarkan terapi realitas yang dipelopori oleh William Glasser. Glasser percaya bahwa permasalahan manusia kebanyakan disebabkan oleh kegagalan memfungsikan diri dalam lingkungan sosialnya (kegagalan fungsi sosial). Ia percaya bahwa setiap manusia mempunyai dua kebutuhan dasar yaitu cinta dan harga diri.
B. Prosedur Pembelajaran
Model pertemuan (diskusi) kelas terdiri atas enam tahap, yaitu (1) menciptakan ikiim (suasana) yang kondusif, (2) menyampaikan permasalahan diskusi, (3) membuat penilaian pribadi, (4) mengidentifikasi alternatif tindakan solusi, (5) membuat komitmen, dan (6) merencanakan tindak lanjut tindakan.
C. Strategi Pembelajaran
Guru membuat komitmen bersama untuk melaksanakan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut. Bila perlu membuat aturan bersama berikut sanksi bag yang melanggarnya. Pada pertemuan berikutnya, setelah langkah-langkah yang disepakat dilaksanakan guru mengevaluasi efektivitas pelaksanan tersebut.
D. Aplikasi
Model pertemuan kelas ini dapat dilakukan maksimal tiga kali dalam sehari. Tapi, biasanya sekali sehari sudah cukup tergantung dari permasalahan yang dihadapi.

III. Model Pendekatan Pembelajaran Sosial

A. MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN
A. Orientasi Model
Model ini dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua adalah bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan perasaannya dan bahkan lepaskan. Ketiga adalah bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Model int dipelopori oleh George Shaftel.
Dalam kehidupan nyata, setiap orang mempunyai cara yang unik dalam cara berhubungan dengan orang lain. Masing-masing orang dalam kehidupannya memainkan sesuatu yang dinamakan peran. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami diri sendiri dan orang lain (masyarakat) sangatlah penting bagi kita untuk menyadari peran dan bagaimana peran tersebut dilakukan. Untuk kebutuhan ini, kita hams mampu menempatkan diri kita dalam posisi atau situasi orang lain dan mengalami/mendalami sebanyak mungkin pikiran dan perasaan orang lain tersebut. Kemampuan ini adalah kunci bagi setiap individu untuk dapat memahami dirinya dan orang lain yang pada akhimya dapat berhubungan dengan orang lain (masyarakat).
Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dalam dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk
1. menggali perasaannya,
2. memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengamh terhadap sikap, nilai dan persepsinya,
3. mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan
4. mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.
Dengan demikian, pada siswa terjun ke masyarakat kelak ia dapat menempatkan diri dalam suatu situasi di mana begitu banyak peran terjadi. Seperti dalam Hngkungan keluarga, bertetangga, Ungkungan kerja dan lain-lain.
B. Prosedur Pembelajaran
Keberhasilan model pembelajaran melalui bermain peran tergantung pada kualitas permainan peran (enacment) yang diikuti dengan analisis terhadapnya. Di samping itu, tergantung pada persepsi siswa tentang peran yang dimainkan terhadap situasi nyata (real-life situation).
Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah yaitu, (1) pemanasan (warming up), (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat (observer), (4) menata panggung (5) me-mainkan peran (manggung), (6) diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peran ulang (manggung ulang), (8) diskusi dan evaluasi kedua, dan (9) berbagai pengalaman dan kesimpulan.
C. Aplikasi
Melalui permainan perari, siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenal perasaan dirinya sendiri dan perasaan orang lain, mereka memperoleh cara berperilaku barn untuk mengatasi situasi masalah seperti dalam permainan perannya dan dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.

B. MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI SOSIAL
A. Orientasi Model
Simulasi telah diterapkan dalam pendidikan saja lebih dari tiga puluh tahun. Pelopomya di antaranya adalah Sarene Boocock dan Harold Guetzkow, walau model simulasi bukan berasal dari disiplin ilmu pendidikan. Tapi merupakan penerapan dari prinsip cybernetic, suatu cabang dari psikologi cybernetic adalah suatu studi perbandingan antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan sistem elektromekanik, seperti komputer. Jadi, berdasarkan teori sibernetika, ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik. Menganggap siswa (pembelajar) sebagai suatu sistem yang apat mengendalikan umpan balik sendiri (self regulated feedback). Sistem kendali umpan balik ini, baik pada manusia atau mesin (seperti komputer) mempunyai tiga fangsi, (1) menghasilkan gerakan/tindakan sistem terhadap target yang diinginkan (untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan), (2) membandingkan dampak dari tindakannya tersebut apakah sesuai atau tidak dengan jalur/rencana yang seharusnya (mendeteksi kesalahan), dan (3) memanfaatkan kesalahan (error) untuk mengarahkan kembali ke arah/jalur yang seharusnya.
B. Prosedur Pembelajaran
Proses simulasi tergantung pada peran guru/fasilitator. Ada empat prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/guru.
1. Pertama adalah penjelasan.
Untuk melakukan simulasi pemain harus benar-benar memahami aturan main.
Oleh karena itu, guru/fasilitator hendaknya memberikan penjelasan dengan sejelas-jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-konsekuensinya.
2.Kedua adalah mengawasi (refereeing).
Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur main tertentu. Oleh karena itu guru/fasilitator harus mengawas jalannyasimulasi sehingga berjalan sebagaimana seharusnya.
3. Ketiga adalah melatih (coaching).
Dalam simulasi, pemain/peserta akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu guru/fasilitator harus memberikan saran, petunjuk atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang, sama. Dan keempat adalah diskusi.
C. Aplikasi
Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan dan lain-lain. Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan model-model lain. Model ini agak rumit, ergantung pada pengembangan simulasi yang tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang, (sistem analis, programer dan lain-lain), perusahaan komersial, guru atau kelompok guru dan lain-lain. Dewasa ini, dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi, seperti komputer dan multimedia, telah banyak permainan simulasi dihasilkan untuk berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai topik dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran)

D. MODEL PEMBELAJARAN TELAAH YURISPRUDENSI (JURISPRUDENTIAL INQUIRY)
A. Orientasi Model
Model pembelajaran yang dipelopori oleh Donald Oliver dan James P. Shaver ini didasarkan atas pemahaman masyarakat di mana setiap orang berbeda pandangan dan prioritas satu sama lain, di mana nilai-nilai sosialnya saling berkonfrontasi satu sama lain. Memecahkan masalah kompleks dan kontroversial di dalam konteks aturan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan bernegosiasi tentang keberbedaan tersebut.
B. Prosedur Pembelajaran
Biasanya, kunci utama keberhasilan model ini adalah melalui Metode Dialog Sokrates (debat konfrontatif). Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi enam langkah yaitu, (1) orientasi terhadap kasus (2) mengidentifikasi isu (3) pengambilan posisi (sikap), (4) menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil (5) memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), dan (6) menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi.
C. Aplikasi.
Model ini diracang untuk siswa SLTP ke atas. Bagi siswa yang kelasnya lebih rendah harus dimodifikasi sedemikian mpa sehingga memungkinkan terjadi perdebatan kritis yang seru. Perdebatan kritis pada awalnya sangat menakutkan bagi siswa, terutama bagi mereka yang pendiam. Untuk mengatasi hal ini, guru sebaiknya tidak melakukan perdebatan dengan dirinya. Sebaiknya siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan saling berargumentasi mempertahankan sikap masing-masing terhadap isu-isu sosial yang sedang dibahas.

PROSEDUR PEMBELAJARAN

A. HAKIKAT PROSEDUR PEMBELAJARAN
Seperti telah diketahui bahwa strategi pembelajaran adalah suatu pola umum yang dapat menggambarkan kegiatan guru dan peserta didik di dalam pembelajaran. Pengertian strategi dalam hal ini menunjukkan pada karakteristik abstrak dari serangkaian kegiatan mengajar dan peserta didik didalam peristiwa pembelajaran sedangkan serangkaian kegiatan pengajar dan peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktual tertentu dinamakan prosedur pembe¬lajaran.
Dalam suatu kegiatan pembelajaran seorang guru, dapat saja memilih satu atau beberapa model pembelajaran yang paling sesuai dan efektif dalam mencapai tujuan. Tentunya harus diarahkan pada penciptaan sistem lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat berperan aktifsepanjang proses pembelajaran berlangsung.
Contoh berikut adalah prosedur pembelajaran dengan menggunakan prinsip CBSA. Sebagai proses pembelajaran, CBSA adalah penyediaan kondisi untuk pembelajaran peserta didik, sebagai berikut;
1. Pengaturan pengajar dan peserta didik
Pengaturan pengajar dapat dibedakan berdasarkan pemberian proses pembelajaran apakah diberikan oleh satu orang guru atau tim pengajar. Sedangkan, pengaturan hubungan antara pengajar dan peserta didik dapat dibedakan berdasarkan hubungan, tatap muka atau dengan perantaraan media; pembelajaran diberikan secara pembelajaran klasikal (kelompok besar), kelompok kecil (5-7 orang) atau pembelajaran individual.
2. Struktur peristiwa saat proses pembelajaran berlangsung
Strukturnya dapat bersifat tertntup, dalam anti segala sesuatu telah ditentukan sebelumnya secara relatif ketat, atau dapat juga bersifat terbuka, dalam arti tujuan pembelajaran, materi, serta prosedur yang akan ditempuh untuk mencapainya ditentukan, pada proses pembelajaran yang berlangsung.
3. Perencanaan guru dan peserta didik dalam mengolah pesan
Dapat bersifat ekspositorik artinya guru yang menyampaikan pesan dalam keadaan “telah siap” atau telah diolah secara tuntas oleh guru sebelum disampaikan. Atau dapat pula bersifat heuristik di mana peserta didik harus mengolah pesan-pesan yang akan dipelajarinya. Terdapat dua strategi di dalam strategi heuristik yang belakangan ini sering dikemukakan beberapa ahli, yaitu penemuan (discovery) dan mencari (inquiry).
4. Proses Pengolahan Pesan
Terdapat 2 cara dalam proses pengolahan pesan yang pertama bersifat deduktif di mana peristiwa pembelajaran yang bertolak dari umum untuk dilihat keberlakuannya dan berakibat pada yang khusus. Dan yang kedua, bersifat induktif, yang ditandai oleh proses berpikir yang bergerak dari khusus ke umum.
5. Tujuan Belajar
Gagne dalam Hasibuan dan Moedjiono (1993) mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem !ingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai.

Terdapat 5 (lima) macam kemampuan individu yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan berbagai macam kondisi belajar untuk pencapaian kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut yaitu:
a. Kemampuan Intelektual
b. Strategi Kognitif
c. Informasi Verbal’
d. Keterampilan Motorik,
e. Sikap dan Nilai
Guru yang efektif adalah mereka yang mampu membimbing peserta didiknya dengan berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk menilai efektivitas mengajar ada dua tolok ukur, yaitu tercapainya tujuan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik yang tinggi.
Untuk mencapai tingkat efektivitas mengajar yang tinggi setiap pengajar harus menguasai benar semua prosedur pembelajaran yang secara langsung akan mempengaruhi proses pembelajaran itu sendiri.
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diketahui dan kemudian diterapkan sebelum prosedur pembelajaran tatap muka berlangsung, yaitu:
1. Keterlibatan peserta didik secara langsung
2. Individualisme
3. Pemindahan dalam belajar (transfer of learning)
4. Keseluruhan/kesatuan
5. Bimbingan
6. Respon-respon baru
7. Kondisi lingkungan belajar
8. Generalisasi dan diskriminasi
9. Kualitas penanipilan
10. Prinsip persiapan dalam belajar
B. PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN PROSEDUR PEMBELAJARAN
Prosedur pembelajaran adalah langkah yang menggambarkan urutan-urutan pengajaran mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan valuasi. Untuk keberhasilan pengajaran guru harus memahami semua langkah yang harus ditempuhnya sebaik mungkin. Secara garis besar langkah-langkah itu terdiri dari:
1. Perencanaan program pembelajaran meliputi perumusan tujuan, materi pelajaran, kegiatan belajar mengajar, media sumber belajar, dan sumber evaluasi.
2. Persiapan pembelajaran sebelum dimulainya pelajaran, meliputi kegiatan membaca kembali satuan pelajaran yang telah dibuatnya, mengecek semua alat dan media yang digunakan.
3. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan dalam membuka pelajaran, kegiatan inti dalam menyajikan bahan pelajaran dan menutup pelajaran.
4. Kegiatan memberikan penilaian meliputi kegiatan mempersiapkan tes, melaksanakannya dan terakhir mengolah hasil tes untuk memperoleh angka atau nilai yang akan dikonversikan ke dalam skala nilai yang berlaku.
C. ORGANISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
Sehubungan dengan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan maka terdapat beberapa aspek yang perlu diorganisasikan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakannya, sebagai berikut.
1. Tujuan yang ingin dicapai
2. Cakupan dan Urutan
3. Prosedur penyampaian materi
Prosedur dalam penyampaian materi pelajaran:
- Preporasi
- Appersepsi
- Presentasi
- Resitasi
4. Metode Mengajar
Menurut Kemp (1988) terdapat 3 pola yang merupakan metode dasar, yaitu:
a. Ekspositori
Berupa penjelasan, penguraian atau penggambaran sesuatu hal. Dalam ekspositori terkandung pengertian satu arah, yaitu dari guru ke peserta dan guru secara aktif menyajikan pelajaran, sedangkan peserta cenderung pasif mendengarkan atau memper-hatikan saja.
b. Belajar Mandiri
Peserta diharapkan dapat mempelajari sendiri bahan yang telah disusun menurut program pembelajaran yang telah disiapkan, dengan menggunakan bahan ajar berupa modul.
c. Interaksi Guru - Peserta
Pada pola ini guru dan peserta didik bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian berdiskusi dan menyusun laporan. Dalam interaksi ini memungkinkan adanya saling belajar satu dengan lainnya. Pola ini sangat cocok diterapkan pada proses pembelajaran orang dewasa (androgogi).
5. Media atau alat peraga
6. Sumber Belajar
7. Evaluasi Proses Pembelajaran
D. URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Gagne dan Briggs dalam Wiryawan dan Noorhadi (1990) mengemukakan urutan kegiatan pembelajaran tersebut
a.Mengarahkan perhatian peserta .
b.Memberitahukan tujuan yang akan dicapai
c.Menimbulkan ingatan tentang kemampuan atau pengetahuan yang dipersyaratkan yang telah dipelajari.
d.Menyampaikan materi peiajaran yang dijadikan rangsangan
e.Memberikan petunjuk atau tuntutan dalam kegiatan belajar
f. Memancing penampilan peserta
g. Memberikan Umpan Balik (feed back)
h. Menilai penampilan atau hasil belajar
i. Mentransfer hasil belajar
E. KOMPONEN PROSEDUR PEMBELAJARAN
Dari urutan kegiatan pembelajaran tersebut di atas, pada dasarnya terdapat 3 (tiga) komponen yang lazim dilaksanakan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, yaitu komponen pendahuluan, komponen penyajian/inti, dan komponen penutup.
1. Komponen Pendahuluan
Adalah kegiatan pembelajaran yang berupa kegiatan menumbuhkan motivasi, menginfor-masikan dan menyadarkan akan tujuan belajar dan kegiatan untuk mengarahkan perhatian peserta didik.
2. Komponen Penyajian/Inti
Komponen penyajian adalah kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdiri dari kegiatan penyampaian informasi, membantu menggali informasi dari ingatan, dan mendampingi peserta didik selama mengerjakan latihan yang diberikan. Pada komponen inilah pengajar menjelaskan/ menguraikan materi yang harus dipelajari, memberi contoh-contoh yang relevan dan memberi kesempatan untuk menampilkan kemampuan peserta didik dalam latihan.
3. Komponen Penutup
Adalah kegiatan pembelajaran secara tetap pengajar menerapkan urutan kegiatan pembelajaran berupa pemberian tes formatif, umpan batik dan kegiatan tindak lanjut (Follow Up)
Adapun, aktualisasi dari kegiatan pembelajaran pada komponen ini, sebagai berikut:
a. Tes Formatif
b. Umpan balik
c. Tindak lanjut
Selain hal tersebut di atas, keputusan dalam menentukan prosedur pembelajaran yang akan ditetapkan ditentukan pada oleh model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran..
Di bawah ini akan dijelaskan tentang 4 model yang dikemukakan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil dalam Hasibuan (1988). Diharapkan melalui sajian berikut pengajar dapat mempertimbangkan berbagai hal ketika harus memilih model yang tepat sesuai dengan tujuan dan bentuk belajar dari peserta didik.
1. Rumpun model interaksi sosial, meliputi
a. Pengajaran dengan
  Model Jurisprudensial
b. Kerja Kelompok
c. Inkuari Sosial
d. Metode Laboratorium
2. Rumpun Model pengolah Informasi, meliputi.
a. Mengajar Induktif
b. Latihan Inkuari
c. Inkuari dalam IPA
d. Pembentukan Konsep
e. Model Pengembangan / Advance Organizer
3. Rumpun Model Personal Humanistik, meliputi
a. Pengajaran non induktif
b. Pertemuan kelas
c. Latihan kesadaran
d. Model sinetik, dan
e. Model sistem konseptualOrientasi Model:
f. Berorientasi pada perkembangan individu
g. Penekanannya lebih diutamakan pada proses yang membantu individu dalam membentuk dan mengorganisasikan realita yang kompleks.
h. kehidupan emosional peserta didik sangat diperhatikan dengan demikian pembelajaran lebih bersifat membantu peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya.
i. Keberadaan peserta didik dalam kelompok akan banyak memiliki arti untuk mengenal dirinya seagai pribadi sehingga dapat menghasilkan hubungan interpersonal yang cukup tinggi.
4. Rumpun model modifikasi tingkah laku, yang berupa operan conditioning (B.F Skiner)
Model ini menekankan pemanipulasian/penguatan tingkah laku (reinforcement).
Orientasi Model
a. Adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar kepada sejumlah perilaku yang kecil-kecil dan berurutan.
b. Pembelajaran pada dasarnya adalah mengusahakan terjadinya perubahan dalam perilaku peserta didik dan perubahan perilaku tersebut haruslah dapat diamati secara jelas.
POLA BELAJAR
Pola-pola kegiatan belajar-mengajar mempakan dasar di dalam memilih strategi pembe-lajaran dan untuk diterapkan dalam prosedur pembelajaran. Dalam hal ini menurut Ely (1979) pada dasarnya ada tiga macam dasar kegiatan pembelajaran ditinjau dari segi jumlah peserta yang belajar.
1. Pengajaran untuk grup besar (large group instruction) Pola ini diikuti oleh lebih dari 30 orang
2. Pengajaran untuk grup kecil (small group instruction} Pola ini diikuti oleh 5-15 siswa.
3. Pengajaran secara individual (individuallized instruction) Pola ini diikuti oleh 1 - 3 orang.
Sementara itu Kemp (1977) juga mengemukakan adanya tiga macam pola kegiatan pembe¬lajaran, namun segi peninjauannya berbeda dengan pendapat tersebut di atas.
Tiga macam pola kegiatan belajar-mengajar menurut Kemp adalah sebagai berikut:
1. Presentasi (presentation); di sini guru menyampaikan informasi kepada peserta dengan cara ceramah (lecturing), berbicara secara informal, menulis di papan tulis, menunjukkan sesuatu dengan memakai alat bantu seperti film, radio, menunjukkan benda asli atau tiruannya dan sebagainya.
2. Studi independen (independent study); peserta bekerja sendiri misalnya dengan membaca buku, memecahkan masalah, menulis laporan menggunakan laboratorium, perpustakaan, mendengarkan radio, melihat televisi dan sebagainya.
3. Interaksi guru-peserta (teacher - student interaction). Guru dan peserta bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil, diskusi, tanya jawab, mengerjakan proyek tertentu, menulis laporan, dan sebagainya.
B. INTERAKSI EDUKATIF
Interaksi edukatif yang terjadi sepanjang proses pembelajaran dapat berlangsung dalam berbagai berituk kegiatan pembelajaran. Berikut akan dijabarkan berbagai benyuk kegiatan interaksi edukatif berdasarkan metode pembelajaran yang digunakan.
1. Pemberian informasi melalui metode ceramah
Metode ceramah ini sebuah bentuk interaksi melalui penerangan, secara lisan oleh pengajar terhadap sekelompok peserta. Dalam pelaksanaarmya guru dapat dibantu dengan menggunakan media-media pembantu untuk menjelaskan pelajaran.
2. Membuka dialog melalui tanyajawab
Sebagai bentuk interaksi edukatif metode tanya jawab dapat digunakan apabila dalam interaksi belajar mengajar, guru mempunyai maksud :
a. menciptakan terjadinya interaksi antara materi pelajaran yang sudah diperolehnya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
b. mendorong siswa untuk ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar hingga perhatian siswa tetap terpusat pada materi yang diajarkan.
Dibandingkan metode ceramah, metode tanya jawab akan mampu menghasilkan interaksi yang lebih aktif karena siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan hal-hal yang belum dimengerti sehingga nampak siswa yang sudah mengerti dan belum.
3. Mencari alternatif melalui metode diskusi
Metode interaksi melalui diskusi ini dimaksudkan, bahwa dalam pemecahan suatu masalah diperlukan macam-macam pemikiran dalam mencari jalan yang terbaik, adanya kerja ^ama dan musyawarah, dan juga diskusi menghasilkan suatu keputusan yang periu dikerjakan, maka harus dikerjakan bersama-sama pula.
4. Meningkatkan keterampilan melalui latihan
Mengadakan interaksi melalui latihan untuk meningkatkan keterampilan yang dimaksudkan, dengan latihan berkali-kali atau terus menerus terhadap apa yang dipelajari dapat diperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan yang sempurna.
5. Mengalami melalui demonstrasi dan eksperimen
Metode interaksi belajar mengajar ini, sangat efektif untuk membantu para siswa memecahkan suatu persoalan yang berkaitan dengan pertanyaan “bagaimana prosesnya?” terdiri dari unsur apa, pengamatan induktif. Dengan melaksanakan demonstrasi, siswa akan berpatisipasi aktif untuk memperhatikan proses terjadinya sesuatu. Perhatian diharapkan kepada hal yang dianggap penting hingga diperhatikan sepenuhnya oleh siswa.
6. Menguji kemahiran melalui pelaksanaan tugas
Metode pelaksanaan tugas dilakukan untuk menguji kemahiran atau kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas belajar dan kemudian mampu mempertanggungjawabkannya. Metode pelaksanaan tugas ini dilakukan dengan tujuan merangsang siswa berusaha lebih baik, maupun berinisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri melalui kegiatan kokurikuler maupun kokulikuler. Keberhasilan metode ini dipengaruhi oleh:
1) jelas tidaknya aspek-aspek yang dipelajari siswa.
2) apakah tugas yang diberikan didasarkan atas perbedaan individual atau tidak, sebabnya tugas yang diberikan secara umum akan menyulitkan siswa dalam penyesuaian.
7. Memperluas wawasan melalui karyawisata
Dengan bimbingan guru, siswa mengunjungi tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. Interaksi belajar-mengajar ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada siswa mengamati kenyataan yang secara langsung sehingga dapat menghayati pengalaman-pengalaman barn dengan mencoba ikut serta dalam suatu kegiatan.
8. Memupuk kegotongroyongan melalui kerja kelompok
Mengadakan interaksi edukatif melalui kerja kelompok ini untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang dilakukan secara gotong royong, kelompok di sini dipandang sebagai satu kesatuan sendiri, dan siswa yang menjadi anggota kelompok tersebut diikat oleh aturan-aturan kelompok yang sudah disepakati bersama.
Koumunikasi Antar Pribadi
Tujuan kegiatan ini adalah agar pesan yang disampaikan guru dapat diterima dan dipahami siswa. Dalam bentuk interaksi edukatif, tujuan interaksi antarpribadi adalah agar pesan yang disampaikan dapat menimbulkan rangsangan terjadinya proses timbal balik antara guru dengan siswa. Upaya tersebut antara lain:
a. Interest
Interest adalah usaha yang dilakukan guru untuk menarik atau membawa perhatian siswa pada materi pelajaran yang baru.
b. TitikPusat
Titik pusat adalah kegiatan guru menguraikan materi dan diuraikan terpusat pada bahasan yang sedang dipelajari bersama. Dalam hal ini guru sering tergiring ke arah pembicaraan di luar pembicaraan pokok, karena adanya pertanyaan siswa yang tidak relevan dengan bahasan.
c. Rantai Kognitif
Rantai kognitif adalah urutan atau sistematika dalam menyampaikan bahasa pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari persiapan mengajar dan cara guru menyampaikan pelajaran. Agar rantai kognitif tersusun baik maka dapat ditempuh dengan cara mempersiapkan skema atau bagan tentang materi yang digunakan tersebut.
d. Kontak
Kontak adalah hubungan batiniah antara guru dan siswa dalam kaitannya dengan materi yang sedang dibahas bersama.
a. Komunikasi Edukatif
Seorang guru harus mempunyai kemampuan dan kepandaian dalam berkomunikasi. Adanya suatu prinsip-prinsip komunikasi dalam suatu kelas dapat dibedakan menjadi tiga kategori di antaranya adalah:
a. Sifat Individu
Mempertinggi hubungan yang baik dengan siswanya dengan membina sikap yang baik kepada semua siswa. Sikap yang baik dan kepercayaan yang kuat merupakan hal yang penting jika guru dan siswa dapat menciptakan suatu komunikasi yang baik dalam situasi belajar.
Sifat yang bijaksana dari seorang guru adalah menjadi seorang pendengar yang aktif. Siswa akan merespon kepada seorang guru di mana guru dapat mendengarkan dengan baik terhadap apa yang ingin disampaikan oleh siswa.
b. Penggunaan kepandaian berkomunikasi
Komunikasi akan lebih efektif ketika gum menggunakan contoh yang berkaitan dengan kehidupan siswanya, seperti cita-cita, pengalaman, gaya hidup.
c. Pengembangan komunikasi di antara siswa
Komunikasi kelas harus diarahkan kepada pembelajaran yang berguna. Pinnell dan Jagger (1991) memberikan penilaian pentingnya pengembangan keterampilan berbicara dan mendengar di kelas.





'
Tags: strategi

Blog Entry
Aug 6, '08 4:54 AM
for everyone
RINGKASAN SAMDHIA.
PENGERTIAN SAMADHI
Samadhi dapat diartikan sebagai :
1. Sdengan melatih pemuatan pikiran
2. Pengetahuan pemusatan pikiran
3. Hasil dari pemusatan pikiran pada suatu obyek
Samadhi adalah :
1. Kesadaran (Citta) & unsur rohani yang baik (Kusala Cetasika) terpusat dengan mapan terhadap obyek.
2. Pikiran yang terpusat atau mengkonsentrasikan terhadap kesadaran & bentuk-bentuk batin yang muncul bersamaan secara merata & secara benar pada suatu obyek tunggal atau pikiran yang baik yang terpusat pada satu obyek atau suatu cara untuk mengembangkan batin ke arah batin yang luhur & mencegah pikoiran agar tidak kacau.
3. Pemusatan pikiran pada suatu obyek
B. JENIS SAMADHI
1. Samadhi hanya satu jenis, bila dipandang sebagai pemusatan pikiran pada satu obyek.
2. Dua jenis, bila dipandang sebagai konsentrasi pendekatan (upacara Samadhi & konsentrasi tercapai (appanna samadhi).
3. Dua jenis, bila dipandang sebagai bersifat duniawi atau lokiya & yang bersifat diatas duniawi atau lokuttara.
4. Tiga jenis, bila dipandang sebagai konsentrasi lemah, sdengan & kuat.
5. Lima jenis bila dipandang dari pencapaian jhana-jhana.
ADA 2 SAMADHI :
1. Sama-Samadhi : Pemusatan pikiran pada suatu obyek yang dapat menghilangkan kekotoran batin, ketika pikiran bersatu dengan kamma baik.
2. Micca-Samadhi : Pemusatan pikiran pada suatu obyek yang dapat menimbulkan kekotoran batin, ketika pikiran bersatu dengan kamma buruk.

SUTTA TENTANG PENGEMBANGAN SILA, SAMDHI & PANNA :
1. Brahmajala Sutta : Ceto samadhi, satu bentuk pemusatan pikiran yang menjadi landasan mendapatkan kemampuan supernatural. misal : Membaca pikiran orang lain (tapi termasuk samadhi salah)
2. Samanaphala sutta : terdapat sammasamadhi tentang 4 Jhana, Nanadassana, kekuatan batin, Tevijja & kebebasan dari samsara.
3. Ambatha Sutta : tentang sila & samadhi yang disebut vijja (pengetahuan) & carana (tingkah laku yang baik) yang bertolak belakang dengan peraturan kemasyarakatan & upacara yang berubah-ubah.
4. Mahali Sutta : Pengembangan pemusatan pikiran akan menghasilkan mata dewa & telinga dewa.
5. Kassapasihananda Sutta : Meskipun seseorang melakukan semua bentuk tapa, namun jika tidak memiliki sila, samadhi & panna maka tidak dapat berhasil mencapai yang diharapkan.

CARA MENGEMBANGKAN SAMADHI
Samadhi hanya dapat dikembangkan dengan mempelajari secukupnya, menghayati & melaksanakan samadhi & harus memiliki
1. Memiliki sila
2. Menghilangkan berbagai rintangan atau palibhodha
3. Mendekati guru dengan cara yang benar (kalyanamitta)
4. Belajar dengan baik
5. Bertempat tinggal yang sesuai untuk latihan samadhi
6. Mempunyai obyek yang sesuai dengan watak masing-masing.
7. Melenyapkan rintangan-rintangan kecil
8. Menimbulkan, mempertahankan & mengembangkan nimitta* yang timbul dalam samadhi.

LIMA NIVARANA (Rintangan Batin) :
1. Kammachanda: Nafsu keinginan
2. Byapada: Kemauan jahat
3. Thina-Midha: Kemalasan & kelelahan
4. Udacca-Kukucca: Kegelisahan & kekhawatiran
5. Viccikica: Keragu-raguan

SEPULUH PALIBODHA ( Rintangan lahiriah atau luar) :
1. Tempat tinggal: (Avasa Palibodha)
2. Pembantu & orang yang bertanggungjawab : (kula Palibodha)
3. Keuntungan & duniawi : (labha Palibodha)
4. Murid & teman : (gana Palibodha)
5. Pekerjaan: (kamma Palibodha)
6. Perjalanan:(adana Palibodha)
7. Sanak keluarga: (nati Palibodha)
8. Penyakit: (abada Palibodha)
9. Pelajaran : (gatha Palibodha)
10. Kekuatan batin atau gaib: (iddhi Palibodha)

EMPAT SATTHIPATANA :
1. Kayanupassana
2. Vedananupassana
3. Cittanupassana
4. Dhammanupassana

SEPULUH VIPASSANUPAKILESA :
1. Sinar gemerlapan: Obhasa
2. Kegiuran: Piti
3. Ketenangan batin: Passadi
4. Kebahagiaan : Sukkha
5. Keyakinan yang kuat: saddha
6. Usaha terlalu giat: Pagaha
7. Ingatan tajam: Apathana
8. Pengetahuan : Nana
9. Keseimbangan batin: Upekha
10. Rasa puas : Nikanti

SEPULUH SAMYOJHANA (Belenggu)
1. Sakkayadithi: Percaya bahwa diri kekal & terpisah
2. Vicikiccha: Keragu-raguan
3. Silabataparamasa : Percaya tahyul-sembahyang dapat bebaskan derita
4. Kamaraga: Nafsu indera
5. Patigha: Rasa benci, dendam & kemauan jahat
6. Ruparaga: Nafsu ingin hidup di alam halus bermateri
7. Aruparaga: Nafsu ingin hidup di alam halus tanpa bermateri
8. mana: Kesombongan
9. Uddhacca: Kegelisahan
10. Avijja: Kegelapan batin

Sotapanna : Membasmi 1-3
Sakadagami : Membasmi 1-3, Melemahkan 4-5
Anagami : membasmi 1-5
Arahat : Membasmi 1-10

ENAM MACAM ABHINNA (Kekuatan batin yang luar biasa)
1. Iddhividhanana (Kekuatan gaib/kesaktian)
1) Adhitthana-iddhi : Mengubah diri menjadi sedikit & banyak
2) Vikubhana-iddhi : Berubah bentuk kecil, besar, menghilang.
3) Manomaya-iddhi : mencipta dengan memakai pikiran ; istana, wanita
4) Nanavipphara-iddhi : Menembus ajaran lewat pengetahuan
5) Samadhivipphara-iddhi : Menembus dinding, melawan api
2. Dibbasotanana (Telinga dewa) : Kemampuan mendengar suara dari alam lain yang jauh & dekat.
3. Cetopariyanana (Paracittavijanana) : Kemampuan membaca pikiran orang lain
4. Dibbacakkhunana/Cutupapatanana (Mata dewa) : Kemampuan melihat alam halus & muncul lenyapnya makhluk yang bertumimbal lahir sesuai dengan kammanya masing*.
5. Pubbenivasanussatinana : Kemampuan mengingat kembali tumimbal lahir yang lampau dari diri sendiri & orang lain.

TUJUH MACAM CARITA (WATAK) :
1. Raga Carita
Orang yang keras lobhanya melaksanakan sesuatu berdasarkan lobha, cenderung ke arah kecantikan & keindahan, kagum melihat suatu kebajikan walaupun kecil sekali, mudah melupakan kesalahan orang lain, cerdik, sombong, berambisi besar, memetingkan diri sendiri.
Lingkungan yang dipakai : Tidak rapi, kotor, pakaian juga yang jelek, postur meditasi sebanyak mungkin dalam sikap berjalan & berdiri.
Obyeknya : 10 asubha, & 1 kayagatasati.

2. Dosa carita
Orang yasng keras kebenciannya, melaksanakan sesuatu berdasarkan kebencian cenderung ke arah panas hati, suka marah, suka jengkel, iri hati, tidak senang melihat kesalahan walau kecil, suka bermusuhan, memandang rendah orang lain, suka memerintah & mendikte orang.
Lingkungan yang dipakai : Rapi, bersih, indah, postur meditasi sebanyak mungkin dalam sikap berbaring atau duduk..
Obyeknya : 4 kasina (nila : biru, pita : kuning, lohita : merah & odata kasina : putih), & 4 apamanna (metta, karuna, mudita, upekkha).

3. Moha carita
Orang yang bodoh (dungu), melaksanakan sesuatu berdasarkan kebodohan batin cenderung ke arah kelemahan batin suka bingung, suka ragu-ragu, suka kawatir, menggentungkan diri pada pendapat orang lain, pikirannya ruwet, malas, pendiriannya tidak tetap, kadang-kadang kukuh memegang suatu pandangan
Lingkungan yang dipakai : Terang, tidak gelap, banyak cahaya, terbuka & luas, postur meditasi berjalan.
Obyeknya : Anapanasati.

4. Sadha carita
Orang yang kuat keyakinannya, melaksanakan sesuatu berdasarkan keyakinan cenderung ke arah rendah hati, dermawan, jujur, suka menemui orang-orang suci, suka mendengar dhamma, yakin pada sesuatu yang dianggap baik, mudah percaya, sangat mudah diyakinkan.
Lingkungan yang dipakai : Tidak rapi, kotor, pakaian juga yang jelek, postur meditasi sebanyak mungkin dalam sikap berjalan & berdiri.
Obyeknya : 6 anussati (Buddhanussati, dhammanussati, sangha-nussati, silanussati, caga-nussati & devatanussati)
5. Budhi carita (Nana Carita)
Orang yang bijaksana cerdas & mempunyai pengetahuan dhamma, melaksanakan sesuatu dengan hati-hati, cenderung ke arah perenungan terhadap tilakkhana & meditasi, selalu ingin tahu, belajar & meneliti untuk menambah pengetahuan, mempunyai kawan yang baik & bersedia mendengarkan omongan orang lain.
Obyeknya : Marananussati, upasamanussati, aharepatikulasanna & catudhatuvavatthana.
6. Vitakka Carita
Orang yang suka melamun, melaksanakan sesuatu dengan tergesa-gesa, cenderung ke arah kegugupan, kegagalan dalam usaha, suka berteori, pikirannya sering berkeliaran, tidak suka bekerja untuk kepentingan sosial, mudah gelisah, bergerak tanpa tujuan yang jelas.
Lingkunagn yang dipakai : Ruangannya kecil, bersih, & cukup mendapatkan cahaya, postur sama dengan raga carita.
Obyeknya : Anapanasati.
7. Sabba Carita (Campuran/Kombinasi)
Orang yang mudah marah, nafsunya besar, bodoh, pemarah, mudah percaya.
Obyeknya : 6 Kasina (Pathavi, Apo, Tejo, Vayo, Akasa, Aloka) & 4 Arupa

(Akasanancayatana, Vinnanancayatana, Akincannayatana, Nevasannanasannayatana).
30 obyek meditasi khusus untuk 6 carita, sedangkan sisanya 10 yaitu 4 mahabhuta (patavi, tejo vayo, apo kasina) aloka kasina, akasa kasina & 4 arupa dapat dijadikan obyek meditasi oleh semua orang tanpa memperhatikan caritanya.
Faktor yang mempengaruhi untuk samadhi yang berasal dari luar dinamakan sappaya dhamma, yaitu tempat tinggal, wilayah, pembicaraan, penduduk, makanan, iklim, & postur.

PERBEDAAN SAMATHA & VIPASSANA BHAVANA
A. Samatha Bhavana :
1. Tujuan : untuk mencapai ketenangan batin melalui pencapaian jhana bersifat tidak kekal, bukan kesucian, akan menimbulkan kelahitran di alam brahma, jhana akan menghasilkan abinna, ketenangan batin bukan tujuan terakhir meditasi tetapi merupakan kondisi untuk menimbulkan pandangan terang.
2. Obyek : menggunakan salah satu dari 40 mata pokok obyek yang dipilih.
3. Penghalang : 5 nivarana & 10 palibodha. Rintangan* batin tersebut tidak daapat dilenyapkan secara menyeluruh tetapi hanya mengendap, yaitu pada saat mencapai/berada dalam jhana.
4. Pelaksanaan : pikiran dipaksakan untuk terpusat terus menerus pada satu obyek yang dipilih & tidak menanggapi segala sesuatu yang timbul.
B. Vipassana Bhavana :
1. Tujuan : untuk mencapai pandangan terang melalui penembusan tilakkhana seanjutnya menimbulkan kebijaksanaan & kemudian pencapaian tingkat-tingkat kesucian. Pencapaian tingkat kesudcuian tertinggi (Arahat) merarti mencapai pembebasan sempurna tidak lahir kembali/Nibbana
2. Obyek : menggunakan obyek 4 landasan kesadaran (vedana, kaya, citta & dhamma)/nama & rupa.
3. Penghalang : 10 vipassanupakillesa dengan melaksanakan vipassana bhavana kekotoran batin tersebut dapat dibasmi & kemudian dilenyapkan sampai ke akar-akarnya.
4. pelaksanaan : kesadaran atau pikiran menyadari 4 landasan kesadaran (satipatthana) secara bergantian mana yang lebih dominan dengan obyek pokok naik turunnya perut (kayanupassana).

TERDAPAT TIGA TAHAP DALAM SAMADHI :
1. Parikamma (khanika) samadhi : konsentrasi sekedap, yaitu pikiran terpusat pada obyek meditasi tapi tidak lama, pikiran belum bisa memegang obyrek karena pikiran masih kacau, masih pindah dari satu kesenangan indera satu ke kesenangan indera lainnya.
2. Upacara samadhi : konsentrasi ke arah masuk yaitu pikiran telah terpusat pada obyek tetapi belum kuat.
3. Apana samadhi : konsentrasi yang pandai yaitu pikiran telah terpusat pada obyek dengan kuat.

ADA 3 TAHAPAN NIMITTA :
1. Parikamma nimitta, yaitu gambaran batin permulaan yaitu obyek meditasi yang dibayangkan dalam pikiran.
2. Uggaha nimitta, gambaran batin mencapai yaitu obyek meditasi telah melekat pada pikiran terlihat dengan nyata & tetap.
3. Patibhaga nimitta, gambaran batin yang dikendalikan yaitu obyek meditasi telah melekat pada pikiran terlihat dengan nyata tetap & jernih, terbebas dari gangguan, & gambaran tersebut dapat dibesarkan & dikecilkan menurut kemauannya.

ADA 5 MACAM VASI :
VASI berarti keahlian atau kemahiran atau kemampuan untuk mengolah jhana. Jika seorang telah mencapai tingkat jhana pertama kemudian ingin mencapai tingkat selanjutnya ia harus mempunyai 5 macam vasi :
1. Avajjana vasi, yaitu keahlian dalam pemikiarn untuk memasuki jhana menurut kehendaknya,
2. Samapajjana vasi : keahlian dalam memasuki jhana
3. Adithana vasi, yaitu keahlian dalam menentukan ingin berapa lama berada dalam jhana.
4. Vuthana vasi : keahlian dalam keluar dari jhana
5. Paccavekkhana vasi : keahlian dalam peninjauan terhadap jhana-jhana.

APANNA KOSALLA
Apanna Kosalla ialah (Teknik untuk menjaga nimitta mencapai jhana):
1. Kondisi pisik yang menyenangkan (posisi nyaman & kuat).
2. Menyepadankan atau menyelaraskan panca indariya
3. Terampil menjaga nimitta
4. Menggiatkan pikiran bila perlu digiatkan (saat melemah)
5. Menahan pikiran bila perlu ditahan (terpusat pada obyek)
6. Mendorong pikiran bila perlu disorong (saat menyimpang atau melenceng).
7. Mengendalikan pikiran bila perlu dikendalikan
8. Menghindari orang atau sesuatu yang tidak stabil.
9. Bergaul dengan orang yang stabil.
10.Menyelaraskan pikiran dengan keadaan.

40 MACAM OBYEK MEDITASI
1. 10 Kasina (perwujudan benda), yaitu :
a. Pathavi kasina (wujud tanah)
b. Apo kasina (wujud air)
c. Tejo kasina (wujud api)
d. Vayo kasina (wujud udara)
e. Nila kasina (wujud warna biru)
f. Pita kasina (wujud warna kuning)
g. Lohita kasina (wujud warna merah)
h. Odata kasina (wujud warna putih)
i. Aloka kasina (wujud cahaya)
j. Akasa kasina (wujud ruang terbatas)
2. 10 Asubha
a. Uddhumataka: mayat yang melembung
b. Vinilaka : mayat dengan warna muka kebiru*an
c. Vipubbaka: mayat bernanah
d. Vicchiddaka: mayat terbelah di tengah
e. Vikkhayitaka: mayat dimakan binatang
f. Vikkhittaka: mayat hancur lebur
g. Hatavikkhittaka: mayat yang busuk & hancur
h. Lohitaka : mayat yang berdarah
i. Puluvaka: mayat yang dikerumuni belatung
j. Attikha : perwujudan tengkorak
3. 10 Anussati
a. Buddhanussati, perenungan thd SB bahwa beliau telah terbebas dari lobha, dosa & moha.
b. Dhammanussati, perenunagn terhadap Sang Dhamma yang tidak terkena lobha, dosa & moha
c. Sanghnussati, perenungan terhadap sangha yang terbebas dari Lobha, dosa & moha.
d. Silanussati, perenungan terhadap sila yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Caganussati, perenungan terhadap kebajikan yang telah dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Devatanussati, perenungan terhadap para dewa
g. Marananussati, perenungan terhadap kematian yang akan dialami semua mahluk..
h. Kayagatassati, perenungan terhadap kekotoran badan jasmani.
i. Anapanassati, perenungan terhadap masuk keluarnya napas.
j. Upasamanussati, perenungan terhadap keadaan nibbana.
4. 4 Apamanna : keadaan yang tidak terbatas
a. Metta
b. Karuna
c. Mudita
d. Upekha
5. Aharepatikulasanna (perenungan makanan yang menjijikkan)
6. Catudhatuvavathana (analisa terhadap 4 unsur yang ada dalam tubuh)
7. 4 Arupa (perenunagn tanpa bentuk atau materi)
a. Akasanancayatana, obyek ruangan yang tanpa batas.
b. Vinnanancayatana, obyek kesadaran tanpa batas
c. Akincannayatana, obek kekosongan
d. Nevasannanasannayatana, obyek pencerapanpun tidak bukan pencerapan.

BODHIPAKKHIYA DHAMMA (37 Faktor Penerangan Sempurna) :
A. 4 Satipathana (landasan kesadaran)
a. Kayanupassanasatipathana
b. Vedananupassana
c. Cittanupassanasatipathana
d. Dhammanupassana
B. 4 Sammappadhana (usaha yang benar) :
1. Samvarappadhana, berusaha terus menerus agar keadaan* atau pikiran jahat atau buruk tidak muncul dalam diri seseorang
2. Pahanappadhana,usaha yang terus menerus untuk menghilangkan pikiran jahat atau buruk yang telaha muncul dalam diri seseorang.
3. Bhavanappadhana, usaha yangterus menerus untuk menimbuulkan pikiran baik dalam diri seseorang.
4. Anurakkhanappadhana, usaha yang terus menerus untuk mengembangkan serta tidak membiarkannya lenyap pikiran baik yang telah muncul.
C. 4 Iddhipada (jalan kesuksesan) :
1. Candha, kepuasan & kegembiraan di dalam mengerjakan hal-halyang sdengan dikerjakan
2. Virya, semangat dalam mengerjakan sesuatu.
3. Citta, konsentrasi pikiran yang kuat &a memperhatikan dengan sepenuh hati pada hal-hal yang sdengan dikerjakan.
4. Vimamsa, merenungkan & menyelidiki sesuatu yang dikerjakan & berusaha memperbaiki sehingga mencapai hasil yang baik
D. 5 indariia (kemampuan)
1. Saddhindariiya, kemampuan dari keyakinan
2. Viriyindariiya, kemampuan dari usaha atau semangat.
3. satindariiya, kemampuan dari kesadaran
4. samadhindariiya, kemampuan dari meditasi.
5. pannindariiya, kemampuan dari kebijaksanaan.
E. 5 Bala (kekuatan)
1. Saddhabala, kemampuan dari keyakinan
2. Viriyabala, kemampuan dari usaha atau semangat.
3. satibala, kemampuan dari kesadaran
4. samadhibala, kemampuan dari meditasi.
5. pannabala, kemampuan dari kebijaksanaan.
F. 7 Bojjhanga (faktor penerangan sejati) :
1. Sati : kesadaran, kemampuan untuk mengingat
2. Dhammavicaya : penyelidikan dhamma
3. Virya : semangat
4. Piti : kegiuran
5. Passaddhi : ketenangan batin dari hal-hal yang mengganggu perasaan
6. Samadhi : konsentrasi pikiran yang sempurna
7. Upekkha : keseimbangan batin yang tak tergoyahkan
G. 8 magga (Delapan ruas jalan utama) :
1. Samma Dithi (Pandangan benar)
2. Samma Sankappa (Pikiran benar)
3. Samma Vacca (Pembicaraan benar)
4. Samma kamanta (Perbuatan benar)
5. Samma Ajiva (Matapencaharian benar)
6. Samma Vayama (Usaha benar)
7. Samma Sati (Perhatian benar)
8. Samma Samadhi (Meditasi benar)

Vipassana Bhavana adalah suatu kerangka latihan tersendiri yang berdasarkan tujuh tahap kesucian (kesucian sila (sila), pikiran (citta), pandangan (ditthi), mengatasi keragu-raguan (kankhavitara), jalan benar/salah (maggamagga anandassana), kemajuan (patipada nanadassana), jalan suci (nanadassana)) & berhubungan dengannya membentuk seluruh isitem perkembangannya. Setiap tahap menyucikan jasmanai, hati & pikiran di dalam proses yang bertahap & membawa kpd kemajuan pandangan terang yang lebih tinggi.

JENIS PANNA
1. Panna hanya satu bila dilihat dari sifatnya yang mengetahui hakikat dari alam ini.
2. Dua jenis bila dilihat sebagai lokiya, yaitu disertai oleh asava & sebagai lokuttara, yaitu tanpa asava.
3. Tiga jenis bila dilihat dari timbulnya melalui belajar (suta maya panna), timbul melalui pikiran (cinta maya panna) & timbul melalui pengembangan batin (bhavana maya panna).

LIMA (5) DASAR PELAKSANAAN VIPASSANA BHUMI (VIPASSANA BHAVANA) :
1. Panca khandha
2. 12 ayatana
3. 18 dhatu
4. 22 indriya
5. 4 ariya sacca
6. 12 nidana
Penjelasannya :
A. LIMA KHANDHA
1. Kelompok jasmani (rupa khandha)
Bentuk rupa terdiri dari 28 unsur, yaitu mahabhuta rupa 4, & 24 upada rupa yang tumbuh & berkembang dari mahabhuta rupa. Mereka tumbuh & berkembang menjadi jasmani karena karma yang lalu, pikiran dalam kehidupan sekarang, panas (utu) & makanan (ahara), baik selagi dalam kandungan ibu & setelah dilahirkan. Mereka disebut rupa dengan pengertian bahwa mereka berubah atau hancur karena pengaruh panas & dingin.
2. Kelompok perasaan (vedana)
vedana adalah perasaan yang berupa menyenangkan, menyedihkan, yang bukan menyenangkan & bukan menyedihkan, yang timbul karena kontak indariia dengan obyek penginderaan.
3. Kelompok Pencerapan (sanna khandha)
Sanna adalah pengenalan kembali terhadap apa yang pernah kontak dengan kita melalui penginderaan, seperti terekam dalam batin kita. Pengenalan ini berkaitan dengan penginderaan melalui enam indariia.
4. Kelompok pikitran (sankhara khandha)
Sankhara khandha adalah kehendak (cetana) yang disebabkan oleh pencerapan & perasaan yang timbul secara simultan. Kehendak ini mungkin baik atau buruk.
5. Kelompok Kesadaran (Vinnana khandha)
Vinnana adalah kesadaran yang timbul karena kontak indaria dengan penginderaan. Kesadaran timbul karena kontak akan banyak sekali.

B. DUABELAS (12) AYATANA
Ayatana adalah landasan tenpat timbulnya kesadaran, 12 ayatana adalah terdiri dari enam indaria yang terdapat pada jasmani yang disebut landasan dalam(mata, telinga, hidung, lidah, kulit & pikiran) & enam objek penginderaan yang disebut landasan luar (benda yang dapat dilihat, suara, bau, rasa, sentuhan, & bentuk pikiran )

C. DELAPANBELAS (18 ) DHATTU
Delapan belas unsur tersebut adalah 12 ayatana, & ditambah kesadaran mata, telinga, hidung, lidah, badan/kullit, pikiran (mani vinnana).

D. DUAPULUH DUA (22) BAKAT PEMBAWAAN (INDARIIA)
1. Enam landasan indariiya (mata, telinga, hidung, lidah, kulit, badan, pikiran).
2. Kelamin ; keperempuan (itthi), kelaki-lakian (pum), Vitalitas (rupa jivitindariiya & nama jivitindariiya)
3. Lima jenis perasaan
a. kesengan jasmani (sukh indariiya).
b. kesakitan jasmani (dukkh indariiya
c. kegembiraan pikiran (somanass indariiya)
d. kesedihan pikiran (domanass indariiya)
e. netral (upekkh indariiya)
4. Lima bakat pembawaan batin (Panca indariiya)
1) Keyakinan
Bakat pembawaan ini adalah keyakinan yang teguh terhadap penerangan sempurna dari bhagava yang demikian: sungguh* suci, mencapai penerangan sempurna, sempurnaa pengetahuan & tingkah lakunya, berada dijalan yang benar, pengenal alam*, pelatih manusia, guru dewa & manusia.
2) Tenaga (saddha)
Semangat yang aktif yang mengerahkan pikiran untuk mengatasi segala sesuatu yang tidak baik & berusaha mencegah timbulnya sesuatu yang tidak baik dalam pikirannya.
3) Kesadaran (sati)
Perhatian yang kuat & kewaspadaan. Melakukan segala sesuatu dengan sadar. Dapat mengingat apa yang telah lama dilakukan & dengan mudah menyusun lagi didalam pikirannya.
4) Konsentrasi (samadhi)
Pemusatan pikiran sehingga tercapai jhana pertama, kedua, tiga, & keempat.
5) Kebijaksanaan (panna)
Kecerdasan akal yang tinggi & didasari oleh kesucian sila yang membawa kebahagiaan lokiya & lokuttara. Kebijaksanaan yang menembus pengertian apa yang dikatakan penderitaan secara sempurna.
5. Tiga bakat pembawaan (Lokuttara).
a. Pikiran harus tahu yang belum diketahui.
Berhubungan dengan lokuttara magga dari sotapatti yang merupakan dasar & tahap pertama pencapaian kesucian.
b. Kebijaksanaan
Kecerdasan akal yang tertinggi (anna) yang berhubungan dengan phala dari sotapatti & juga magga phala dari sakadagami & anagami & magga dari arahat.
c. Bakat pembawaan dari “seorang yang telah mengerti”.
Berhubungan dengan phala dari arahat.

E. EMPAT ARIYA SACCA
1. Dukkha, yaitu kelahiran, sakit, berpisah dari yang disayangi, bergaul dengan orang yanag tidak disukai, tidak mendapat apa yang diinginkan, keluh kesah, ratap tangis, tua & kematian.
2. Sebab dari dukkha, yaitu keinginan (tanha) yang menyebabkan orang terlahir kembali & mengalami hal* yang tidak menyenangkan itu kembali.
3. Lenyapnya dukkha, yaitu lenyapnya bilamana sebab dari dukkha itu lenyap sama sekali
4. Jalan menuju lenyapnya dukkha, yaitu jalan tengah yang berunsur delapan.

F. DUABELAS (12) NIDANA.
1. Avijja : Kegelapan batin
2. Sankhara : Bentuk-bentuk pikiran
3. Vinnana : Kesadaran
4. Nama Rupa : Batin & Jasmani
5. Salayatana : Enam landasan indera
6. Phassa : Kontak
7. Vedana : Perasaan
8. Tanha : Keinginan
9. Upadana : Kemelekatan
10. Bhava : Proses penjadian
11. Jati : Kelahiran
12. Jaramarana. : Ketuaan & kematian

NANA (Pengetahuan yang timbul dari mengalami langsung tentang hakekat suatu fenomena)
Kesucian pikiran adalah pencapaian jhana* & upacara samadhi. Dalam vipassana kesucian pikiran yang diperlukan adalah sampai upacara samadhi. Tahap* berikutnya dimulai setelah mahir dalam upacara samadhi & terampil mencegah pikiran jatuh kedalam jhana. Pada tahap ini yang menjadi samdhi nimitta adalah nama rupa.
Nama rupa didalam satipatthana untuk mendapat vipassana nana dikelompokan dalam 4 pengamatan (anuspassanaa), yaitu :
1. Kayanupassana
a. Pengamatan terhadap keluar masuknya nafas (anapanasati).
b. Empat kedudukan badan (iriyapatha)
c. Sadar & waspada (sati sampajanna)
d. Analisis jasmani menjadi 31 bagian (kayagatasati)
e. Analisis jasmani atas empat maha dhatu
f. Perenungan terhadap sembilan tahap kerusakan mayat.
2. Ve&uspassana (pengamatan terhadap perasaan)
3. Cittanuspassana (pengamatan terhadap pikiran)
4. Dhammanuspassana (pengamatan terhadap obyek pikiran).
Nana
Pengetahuan yang timbul dari mengalami langsung tentang hakekat suatu fenomena. Macam* Nana:
1. Nama-Rupa pariccheda-nana (pengetahuan mengenai perbedaan antara nama & rupa & mengetahui hakekat dari nama rupa).
2. Paccaya parigaha nana (pengetahuan lanngsung mengenai hubungan saling bergantungan antara nama rupa).
3. Sammasana nana ( pengetahuan tentang sebab untuk timbulnya nama rupa)
4. Udayabayanupassana nana (pengetahuan tentang lenyapnya nama rupa)
5. Bhanganupassana nana (pengetahuan langsung mengenai lenyapnya nama rupa, panna ini sudah cukup kuat untuk melenyapkan micchaditthi dengan atapi, sati & sampajhana)
6. Bhayatupatthana nana (pengetahuan langsung mengenai ketakutan yang berkenanan dengan hakekat nama rupa)
7. Adivana nana (pengetahuan langsung nama rupa sebagai sumber kesdihan & bahaya)
8. Nibbida nana (pengetahuan lansung mengenai keengganan yang berkenanaan dengan nama rupa)
9. muncitukamyata nana (pengetahuan lansung mengenaia tentang keinginan untuk mcp kebebasan)
10. Patisankha nana (pengetahuan langsung mengenai penglihatan jalan yang menuju nibbana)
11. Sankkharupekha nana (pengetahuan langsung mengenai keseimbangan tentang semua bentuk /sankkhara)
12. Anuloma nana (pengetahuan langsung mengenai penyesuaian dengan ariya sacca yang dicapai slth timbul sankkharupakha nana)
13. Gotrabu nana (pengetahuan langsung mengenai pereubahan dari putthujhana mjd ariya puggala, yang tlh enggan & berpaling dari duniawi & memandang nibbana sebagai tujuan yang akan dicapai)
14. Magga nana (panna yang timbul dalam batin yang disebut magga citta yang timbul dari kondisi pembantu/paccaya)
15. Phala nana (apabila magga citta timbul dalam magga nnana & mengambil nibbana sebagai obyek, maka akan melenyapkan kilesa sama sekali. Kemudian timbul phala citta & rasa damai yang halus, & amat dalam)
16. Paccavekkhana nana (timbul dari phala nana. Kemudian dari lokuttara citta timbul kmbl pd lokiya citta, kr nibbana tdk lagi mjd obyek bhavana, ol sebab itu paccavekkhana bukan lokuttara citta, ttp lokiya citta. Dalam Satta visudhi diklasifikasikan keadaan Nanadassana visudhi, kr timbul dari magga nana, phala nana)

MANFAAT PERENUNGAN TERHADAP KEMATIAN :
1. Pencerapan yang tajam terhadap ketidakkekalan sempurna.
2. Tiada keinginan hidup berulang-ulang
3. Mencela perbuatan jahat
4. Bebas dari kenafsuan berkenaan dengan kebutuhan hidup
5. Pada saat kematian terbebas dari rasa takut.

Tiga Syarat Dalam Tahap Persiapan Vipassana Bhavana :
1. Upanissaya : Ia harus berdiam dipemondokan dibawah asuhan guru.
2. Arakkha : Ia harus menjaga ketentraman sehingga berada dalam keadaan baik.
3. Upanibandha : Ia harus menjaga pikirannya supaya konsentrasi pada 4 macam perenungan.

Lima Macam Pertimbangan Tentang Adanya Kekotoran Batin (Paccavekkhana Nana) :
1. Pertimbangan tentang magga
2. Pertimbangan tentang Phala
3. Pertimbangan tentang Kilesa yang telah dilenyapkan
4. Pertimbangan tentang Kilesa yang belum dilenyapkan
5. Pertimbangan tentang Nibbana.

Sepuluh (10) Manfaat Perenungan Kayagati (Jasmani) Menurut Kayagati Sutta :
1. Sebagai penakluk kebencian
2. Sebagai penakluk rasa takut & ngeri
3. Tahan terhadap rasa dingin, panas, lapar & haus.
4. Mudah mecapai Jhana
5. Dapat memiliki macam-macam kemampuan batin fisik (Iddhividhi)
6. Memiliki telinga dewa
7. Dapat mengetahui pikiran orang lain
8. Dapatmengingat kembali kehidupan-kehidupannya pada masa lampau
9. Dapat memiliki mata dewa
10. Dengan Abhinna dapat merealisasikan dirinya sendiri, mencapai Cetovimutti & Pannavimutti dengan melepaskan asava.

Usaha Agar Keyakinan, Akal, Tenaga & Konsentrasi Menjadi Selaras Seimbang Dalam Pelaksanaan Vipassana Bhavana & Akibat Bila Tidak Teratur :
Usaha untuk supaya keyakinan & akal dengann tenaga & konsentrasi menjdi selaras & seimbang maka perlu mengatur perhatian & menempuh jalan tengah diantara kedua keadaan batin tsb. Yaitu dengann menyingkirkan kelebihan & mengisi kekuranganya. Demikian pula membuat keadaan batin sejalan dengann yang lainnya. Bila tidak diatur akan berakibat sbb:
a. Jika tenaga terlalu kuat sdengan konsentrasi tidak kuat maka akan timbul kegelisahan
b. Jika konsentrasi kuat tenaga kurang timbul kemalasan
c. Jika keyakinan besar sdengan akal tidak kuat timbul lobha
d. Jika akal kuat keyakinan tidak kuat terjadi kegelisahan

Pengertian Sattavisudhi - Bagian Nana (Pengetahuan) Akan Muncul :
Sattavisudhi : tujuh tahap pencapaian kesucian dalam pengembangan sila, samadhi & panna. Nana (pengetahuan yang timbul dari pengamatan langsung tentang hakekat fenomena) akan muncul sesudah tahap Dithi Visudhi, karena dalam tahap ini seseorang sudah mengamati nama & rupa & mulai melaksanakan Vipassana Bhavana.

Berkah Yang Diperoleh Siswa Buddha Yang Melaksanakan 4 Dasar Perhatian Dalam Kehidupan Ini Dengann Harapan :
a. Pencapaian pengetahuan tertinggi (anna dicapai pada tingkat arahat)
b. Jika masih terdapat sisa untuk tumimbal lahir ia akan mencapai anagami

MARANA : Berhentinya daya hidup (Jivitindariiya Upaccheda) dari satu kehidupan, terdiri dari :
1. Berakhirnya kehidupan secara mutlak (Samucchedamarana) yaitu kematian terakhir seorang Arahat.
2. Kematian sesaat (Khanika marana) yaitu kehancuran sementara proses nama rupa.
3. Kematian menurut pengertian umum (Samuttimarana) yaitu kematian dari sesuatu yang tidak mpy kesadaran misalnya pohon yang mati, besi, benda mati dll.

Metode Pelaksanaan Anapanasati Menurut Kitab Visuddhimagga :
1. Menghitung (Gahana)
2. Mengikuti proses dengan sadar (Anubandhana)
3. Mencatat kontak pernapasan (Phusana)
4. Menempatkan pikiran pada tanda (Thapana)
5. Merenungkan corak-corak utama (Sallakkhana)
6. Perpindahan batin dari kesadaran yang rendah kpd yang tinggi
7. Kesucian atau mengalami hasil (Parisuddhi)
8. Merenungkan pada pencapaian-pencapaian (Patissana)

Pembasmian & Penekanan Jhana terhadap Nivarana :
Jhana membasmi atau menekan Nivarana disebut Vikhambhana Pahana, yaitu mengatasi dengan jalan menekan kekotoran batin (Kilesa). Selama Jhana ada selama itu Nivarana tidak timbul, tapi bila Jhana merosot Nivarana dapat timbul. Adapun pembasmian dengan Jhana adalah :
1. Vitaka membasmi Thina-Midha Nivarana
2. Vicara membasmi Vicikiccha Nivarana
3. Piti membasmi Byapada Nivarana
4. Sukha membasmi Udhaca-Kukuca Nivarana
5. Ekagata membasmi kamachanda Nivarana

Arupa jhana & cara Mencapainya :
Arupa jhana adalah keadaan batin yang tanpa bentuk sebagai hasil dari pelaksanaan samadhi. Untuk mencapai arupajhana seseorang harus terlebih dahulu mencapai Jhana Ke-4. dengan melalui dasar 2 unsur Jhana ke-4 yaitu Upekkha & Ekagata, lalu seseorang yang ingin memasuki arupajhana harus mengambil & mengembangkan obyek arupa.
Menurut Rathavinita Sutta, pengembangan sila, samadhi & panna dalam 7 tahap kesucian (Satta-Visudhi) yaitu :
1. Kesucian Sila (Sila Visudhi)
2. Kesucian Pikiran (Citta Visudhi)
3. Kesucian Pandangan (Ditthi Visudhi)
4. Kesucian Mengatasi keragu-raguan (Kankhavitara Visudhi)
5. Kesucian Pandangan Terang terhadap jalan Benar & Salah (Maggamagga Anandassana Visudhi)
6. Kesucian Pandangan terang terhadap kemajuan (Patipada Nanadassana Visudhi)
7. Kesucian pandangan terang terhadap jalan suci (Nanadassana)
ARIYA PUGGALA : Seseorang atau individu yang agung atau mulia, terdiri dari :
A. Sotapanna (Seseorang yang telah memasuki arus Nibbana), terdiri dari :
1. Ekabiji Sotapanna : Terlahir kembali 1 kali
2. Kolamkola Sotapanna : Terlahir 2 atau 3 kali lagi.
3. Sattakhattuparana Sotapanna : Terlahir kembali 7 kali lagi.
B. Sakadagami (Ia yang kembali sekali), terdiri dari :
1. Idha Patva Idha Parinibbayi (Capai Sakadagami-phala & Arahata-phala di alam manusia di kehidupan yang sama).
2. Tattha Patva Tattha Parinibbayi (Capai Sakadagami-phala & Arahata-phala di alam Deva di kehidupan yang sama)
3. Tattha Patva Idha Parinibbayi (Capai Sakadagami-phala di alam Deva terlahir & capai Arahata-phala di alam manusia)
4. Idha Patva Tattha Nibbattitva Idha Parinibbayi (Capai Sakadagami-phala di alam manusia terlahir di alam Deva & Arahata-phala di alam manusia
C. Anagami (Tidak akan kembali lagi sebagai manusia), terdiri dari :
1. Antara-parinibbayi (Anagami capai arahat & Parinibbana dalam usia yang belum mencapai setengah usia).
2. Upahacca-parinibbayi (Anagami capai arahat & Parinibbana dalam usia yang hampir mencapai setengah usia).
3. Asankhara-parinibbayi (Anagami capai arahat & Parinibbana dengan tidak usah berusaha keras).
4. Uddhamsoto-akanitthagami (Anagami capai arahat & Parinibbana di alam kehidupan Akanittha).
G. Arahat (Seseorang yang telah capai kesempurnaan), terdiri dari :
1. Sukhasako (Memiliki pandangan terang saja, tak punya Jhana).
2. Tevijja (Memiliki 3 macam Abhinna-pengetahuan) :
a. Pubbenivasanussatinana (Kemampuan untuk mengingat tumimbal-lahir yang dahulu).
b. Dibbacakhunana (Kemampuan melihat alam halus & muncul lenyapnya makhluk yang bertumimbal lahir sesuai dengan kammanya masing-masing).
c. Asavakkhayanana (Kemampuan untuk memusnahkan kekotoran batin).
3. Chalabhinna (Memiliki 6 kekuatan batin) :
a. Pubbenivasanussatinana (Kemampuan untuk mengingat tumimbal-lahir yang dahulu).
b. Dibbacakhunana (Kemampuan melihat alam halus & muncul lenyapnya makhluk yang bertumimbal lahir sesuai dengan kammanya masing-masing).
c. Asavakkhayanana (Kemampuan untuk memusnahkan kekotoran batin).
d. Cetopariyanana (Kemampuan membaca pikiran makhluk lain)
e. Dibbasotanana (Kemampuan mendengar suara makhluk jauh & dekat di seluruh alam kehidupan).
d. Iddhividhinana (Kekuatan magis ; rubah wujud, menghilang)
4. Patisambhidapatta (Memiliki 4 macam Patisambhida) :
a. Attha (Kepandaian mengetahui akibat-akibat)
b. Dhamma (Kepandaian mengetahui sebab-sebab)
c. Niruti (Kepandaian didalam menggunakan kata-kata).
d. Patibhana (Kepandaian didalam cara penyesuaian).




Blog Entry
Aug 6, '08 4:53 AM
for everyone
  RINGKASAN MAHAYANA
1. Konsili keempat (titik perkembangan Mahayana)
Tahun 78 SM di Kashmir dipimpin oleh Vasumitra dan Asvagosa dilaksanakan atas anjuran raja Kanisha. Mrp titik awal perkembangan Mahayana, dimana dlm konsili 4 ini tidak dihadiri dari golongan staviravada yg mrp sesepuh dari theravada.

2. Kedekatan Sarvastivada dg perkembangan Mahayana.
a. Subhuti mrp tokoh penting dlm literatur Prajna Paramitha & tokoh utama dlm tradisi Sarvastivada.
b. Lalitavistara Kita yg termasuk dlm Sarvastivada, dan mrp salah satu dari sembilan kitab penting Mahayana
c. Kitab Prajnaparamitha salah satu kitab penting mahayana, pertama kali dibabarkan oleh Masjursi di Orissa pusat pengaruh penyebaran Sarvastivada.

3. Sembilan sutra terpenting dlm Mahayana :
1. Sadharma Pundarika sutra
2. Lankavatara sutra
3. Asthasahasrika ptajna paramitha sutra
4. Gadhavyuha sutra
5. Dasabhumika sutra
6. Samadhiraja sutra
7. Thatagataguyaka sutra
8. Lalitavistara sutra
9. Svarnaprabhasa sutra

4. Tiga aspek dasar Mahayana
1. Aspek penafsiran : menafsirkan ajaran-ajaran SB lebih bersifat progresif dan liberal
2. Aspek cita-cita : kemunculan Mahayana mrp suatu revolusi cita-cita keselamatan pembebasan/tujuan tertinggi dlm Buddha/.dharma
3. Aspek metodik : metode praktis untuk membimbing makluk ketujuan akhir kehidupan, penyadaran terhadap yg mutlak.

5. Ciri-ciri Mahayana
1. Mempergunakan bahsa sanserkerta
2. Lebih bersifat religi, metafisi dan filosofis
3. Pencapaian nirvana melalui pengetahuan sempurna
4. Setiap makluk memiliki sifat kebuddhaan yg berasal dari Thataghatagarbha
5. Semua manusia tergolong bodhisattva
6. Dukkha yg mrp suatu ciri dari kehidupan hanyalah bersifat maya, ilusi atau suatu konstruksi kesadaran yg absolut
7. Mengajarkan ttg yg absolut
8. Buddha historis seperti Buddha Gotama mrp proyeksi atau pancaran dari Yg Absolut.
9. Pembebasan tidak hanya tercapai dg usaha sendiri tapi juga melalui bantuan lain.
10. Bbercita-cita menjadi bodhisattva untuk membebaskan setiap makluk, daripada mecapai arahat, keselamatan pribadi.

6. Doktri Trikaya dan Hubungannya dg Dhyani Buddha, Dhyani Bodhisatva dan Manussi Buddha :
a. Dharmakaya : kebenaran yg absolut, tubuh Buddha, asal kebuddhaan.
b. Sambhogakaya : kebenaran absolut, tubuh sinar, cahaya dan kekuatan buddha.
c. Nirmanakaya : manifestasi kebenaran absolut, perwujudan dlm tubuh Sakyamuni.
Dhyani Buddha mrp perwujudan dari Dharmakaya
Dhyani Bodhisatva mrp perwujudan dari Sambhogakaya
Manussi Buddha mrp perwujudan dari Nirmanakaya.

7. Dasar munculnya Doktrin Trikaya (3 tubuh Buddha) yaitu :
a. Inti dari Dharma itu sendiri yg tidak terbayangkan
b. Kemampuan yg tidak terbatas dan tidak termanifestasi sbg tubuh.
c. Bermanifestasi, yakni kebuddhaan yg berwujud duniawi Sakyamuni dan Buddha lain.

8. 4 cara Pengungkapan Nirvana yaitu :
a. Secara Negatif
1. Amrta (tidak mati/abadi)
2. Tidak berubah, tercipta, dilahirkan, dan tidak menyebabkan
3. Tanpa akhir, tidak dpt dilenyapkan, tak kenal waktu, yg luhur
4. Bebas dari penderitaan, kesakitan dan perpindahan alam.
b. Secara Positif
1. Kedamaian, ketenangan
2. kebahagiaan abadi
3. kebijaksanaan sempurna
4. kesadaran murni, kesadaran sempurna
5. keamanan
c. Secara Paradoksa
1. Suatu keadaan dan bukan keadaan
2. Tiada tujuan yg perlu dicapai (makna mutlak)
d. Secara Simbolik
1. Rumah yg sejuk, pulau di tengah samudra, pantai seberang
2. Kota suci dan tempat perlindungan

9. Empat janji luhur Bodhisattva yaitu :
1. Menyelamatkan segenap makluk
2. melenyapkan segala keterikatan
3. mengetahui dan mengajar makluk lainnya mencapai kebenaran.
4. memimpin makluk lainnya mencapai pembebasan.

10. Sad Paramitha
1. dana(perbuatan luhur ttg beramal)
2. Sila (hidup bersusila0
3. Khsanti (kesabaran)
4. Virya (semangat)
5. Dhyana (samadi)
6. Prajna (kebijaksanaan)

11. Dasa Paramitha Hinayana
1. Dana
2. Sila
3. Nekkhama (menghindari diri dari nafsu indria)
4. Panna (Kbijaksanaan)
5. Virya
6. Khanti
7. Sacca (kebenaran)
8. Adhitana (tekad yangmantap)
9. Metta (cinta kasih
10. Upekkha (keseimbangan batin)

12. Dasa Paramitha Mahayana
1. Dana
2. Sila
3. Khsanti
4. Virya
5. Dhyana
6. Praajna
7. Upaya kausalya (metode u menerangkan dama
8. Pranidana (janji)
9. Bala (kekuatan)
10. Jhana (ketenagan batin)

13. Pengertian Bodhicitta :
Bodhicitta adalah kesadaran Buddha yg dimiliki oleh setiap makhluk. Bodhicitta mrp pondasi, sumber dari macam munculnya kebaikan, sumber dari usaha dan kebahagiaan serta sumber dari kesucian, terdiri dari :
1. Bodhi Pranidhi Citta : tingkat persiapan pencapaian kebuddhaan
2. Boddhi Prastana Citta : tingkat pelaksanaan sesungguhnya dlm menuju cita-cita.
Tiga kualitas yg menjadi ciri Bodhisatva
a. Cita-citanya yg teguh untuk membebaskan setiap makluk
b. pikirannya yg tak tergoyahkan
c. usahanya yg tak mengenal menyerah

14. Dasabhumi melalui paramita menuju Samyak Sambodhi :
1. Pramudita (kebahagiaan) ; Berdana
2. Vimala (murni bersih) ; sila
3. Prabhakari (cemerlang) ; ksanti
4. Arismati (menyala berkobar-kobar) ; Virya
5. Sudurjaya (tak terkalahkan) ; Dhyana
6. Abhimukti (menuju bodhi) ; Prajna
7. Durangama (berjalan jauh) ; Upaya Kausalya
8. Acala (teguh tak teregoncangkan) ; Pranidana
9. Sadhumati (pikiran baik) ; Bala
10. Dharmamegha (mega dhamma) ; Jhana

15. Upaya Kausalya
Upaya kausalya adalah metode dlm Mahayana untuk menerangkan dhamma SB, metode ini sifatnya praktis. Misalnya keetika penyebaran agama Buddha tersebar kedaerah-daerah lain, maka dg tanpa mengubah nilai spiritual yg terkandung ajaran, digunakan metode yg lincah dan lunak untuk membimbing umat mencapai pengertian pada Buddha Dharma.
Berbagai macam cara SB dlm meneranagkan Dhamma, seperti :
1. Sutra : Kotbah* SB dlm menerangkan dhamma
2. Gatha : Syair* pujaan/ pujian yg mengisahlan pujaan*.
3. Ittivuttaka : mengisahkan kehidupan lalu para siswa.
4. Jataka : mengisahkan kehidupan tathagata
5. Adbhuta : mengisahakn kemujizxatan SB serta bodhisattva
6. Nida : mengisahkan sebab akibat
7. Aupanya : dg perumpamaan yg mudah untuk menerangkan hal-hal yg sukar dimengerti
8. Geya : syair yg sdsiucapkan untuk menyimpulkan apa yg telah diterangkan semula serta menitik beratkan artinya
9. Upadesa : menerangkan hal-hal yg sukar dimengerti dg cara tanya jawab.

Upaya Kausalya memungkinkan dipergunakan metode yg beragam dan bervariasi, apakah dg bakti puja, pembacaan doa, upacara agama, pembakaran dupa dan pemasangan lilin serta pembacaan sutra atau medetasi dsb. Terserah kpd mereka dan kesanggupan umat masing-masing dlm melakukannya juga termasuk dlm pembabaran dhamma. Upaya kausalya mrp metode yg praktis dan sesuai dg kondisi dan situasi. Untuk maksud mengembangkan kebajikan, peningkatan spiritual maupun penyebaran dhamma itu sendiri demi mencapai cita-cita tinggi.

16. Alaya Vijnana
Alaya vijnana adalah gudang kesadaran mrp kekuatan atau energi yg berada dibelakang segala aktivitas manusia . ini mrp endapan dari berbagai benih karma lampau yg timbul dan berkembang dlm tindakan manusia berupa kegiatan mentalnya, perasaan, persepsi, kehendak dan yg berhubungan dg lima skanda, serta pikiran yg berkontak dg dunia luar.
Dari proses itu timbul kesadaran untuk menjadi suci, alaya vijnana perlu dibebaskan dari kesadaran yg dualistis, subyek-subyek, paham-paham palsu, pandangan salah, keterikatan terhadap obyek hingga mencapai kesadaran kedemiokian (tathata), kesadaran kebuddhaan yg non dualistis, tidak membedakan atau mencapai amala vijnana yakni kesaran murni, kesadaran yg bebas noda.
Pada garis besarnya terdapat delapan garis besar rangkaian kesadaran yg belum suci dan kesadaran yg telah bebas dari noda, yaitu :
1. Lima kesadaran yg berhubungan dg panca indera :
a. kesadarn visual, kegiatan yg bergantung pada mata
b. kedasaran pendengaran, tergantung pada telinga
c. kesadaran penciuman, tergantung pada hidung
d. kesadaran pengecapan, tergantung pada lidah
e. kesadaran sentuhan, tergantung pada kulit
2. Kesadaran pusat indera, yakni mano vijnana atau kesadaran pikiran pembentuk gagasan, pemikiran.
3. kesadaran pusat pikiran manosvijnana seperti berpikir, berkehendak, dan berlaku
4. kesadaran gudang ideasi, yakni citta vijnana atau alaya vijnana. Gudang kesadaran yg mrp sumber dari segenap perwujudan.
5. kesadaran bebas noda, yakni amala vijnana, kesadaran yg mampu melihat sbg mana adanya, kedemikian, tidak lagi bersifat dualitis, tidak lagi membedakan.

17. Relief dlm Candi Borobudur
1. Karmavibhangga : menggambarkan hukum karma
2. Lalitavistara : Menggambarkan kehidupan Buddha gotama dari lahir-kotbah dhamma I di benares
3. Jatakamala : Mrp kumpulan 34 cerita SB pada kelahiran lalu, sbg contoh sikap cita-cita bodhisattva yg mengorbankan diri untuk kebahagian orang banyak
4. Awadana, Yg termasuk jatakanmala berisikan perbuatan* luhur Bodhisattva
5. Gandhavyuha, mengisahkan sudana serorang putra saudagar dlm pencariannya mencapai kebenaran dan bertemu dg bodhisattva Maetriya, buddha yg akan datang serta dg Smanthabadra, dhyani Bodhisattva yg mencerminkan hidupya
6. Bhadracari , sbg penutup gandhavyuha yg menampilkan sumpah sudan untuk mengikuti dhyani Bodhisattva Samanthabadra sbg teladan hidupnya.

18. Tiga ciri timbulnya gerakan Mahayana
1. Konsepsi ttg kebuddhaan sebagi sari dari alam fenomena
2. Ide penyelamatan terhadap semua insan dari para bodhisattva sbg pengganti dari cita* untuk diri sendiri dan pencapaian kebuddhaan sbg pengganti pencapaian arahat.
3. Metafisikaa ttg sunyat,sesuatu yg absolut

19. Tiga definisi Samutthi Satya
1. secara kata* diartikan bahwa samutthi menutupi sifat sesungguhnya dari benda-benda sehingga mereka terwujud
2. hubungan yg saling berhubungan dari benda-benda, yaitu kerelatifpan mereka. Dlm hal ini dihubungkan dg alam fenomena
3. sifat umum seperti apa yg biasanya yg diterima secara umum

20. Sepuluh Garukapatti
1. Membunuh
2. mencuri
3. mengumbar diri dlm hubungan kelamin
4. penyombongan diri palsu
5. berniaga dan minuman keras
6. membuat tuduhan palsu
7. membanggakan diri sendiri
8. mengotori moral
9. kosong dari rasa hati nurani
10. menjelek-jelekan Sang Triratna

21. Dasa Kausalyakamma (Kesanggupan untuk menyingkirkan selama-lamanya) :
1. Menyingkirkan pembunuhan
2. menghindari pencurian
3. menghindari perzinahan
4. kedustaan
5. perkataan tidak benar
6. ucapan jahat
7. perkataan tidak bermanfaat
8. nafsu rendah
9. kebencian
10. pandangan salah atau sesat.

22. Panca Dhyani Buddha.
1. Vairocana : posisi ditengah dg lambang warna putih dg mudra Dharmacakra/pemutaran roda dharma.
2. Aksobya : posisi di timur dg lambang warna biru dg mudra Bhumisparsa/bumi sbg saksi.
3. Ratnasambhava : posisi di selatan dg lambang warna kuning dg mudra Vara mudra/ memberi anugrah atau dermawan.
4. Amitabha : posisi di barat dg lambang warna merah dg mudra samadhi/ meditasi.
5. Amoghasidhi : posisi ditengah dg lambang warna hijau dg mudra abhaya visvavjara/jangan takut.

23. Tiga Bodhisatva dlm Mahayana :
1. Samanthabadra Bodhisatva : berada di sebelah kiri dg menuggangi seekor gajah putih melambangkan virya dan kebahagiaan.
2. Avalokitesvara Bodhisatva : berada di tengah melambangkan maitri karuna
3. Manjusri Bodhisatva : berada di sebelah kanan melambangkan kebiojaksanaan.

24. Pengertian Bodhicitta menurut Dr. Suzuki
a. Bodhocitta adalah sesuatu yg terbebas dari segala macam determinasi (ketentuan), terlepas dari 5 skanda, 12 ayatana dan 18 dhatu. Bodhicitta bukanlah sesuatu yg partikular melainkan universal.
b. Maitri karuna adalah esensi dari bodhicitta, oleh karena itu para Bodhisatva selalu berlandaskan hal tersebut di dlm setiap karya*Nya.
c. Bodhicitta berdoiam di dlm Samata (Persamaan) diantara semua insan yg berbentuk berupa apaya (Upaya kaussalya) di dlm pengetrapan semua insan.

25. 4 kualitas dasar dari 4 Bodhisatva dalam Mahayana:
a. Avalokitesvara Bodhisatva : sbg lambang welas asih
b. Manjusri Bodhisatva : sbg lambang kebijaksanaan
c. samantabhadra Bodhisatva sbg lambang kasih dan kegiatan
d. ksitigarbha Bodhisatva sbg lambang keagungan dlm sumpah untuk menolong dan melepaskan roh* sengsara.

26. Pesamaan Konfusius dg Taoisme :
a. baik filsafat konfusius maupun filsafat Tao mendapata pengaruh inspirasi dari Ying Cing yaitu sebuah kitab filsafat kuno yg menerangkan alam semesta kemudian dikembangkan masing-masing.
b. kedua aliran filsafat tersebut menitikberatkan pentingnya arti dari etika moral dan budi pekerti bagi setiap manusia
c. dlm filsafat Konfusionisme oran gyang bersusila disebut Cun Ce atau Ku Cu dan orang yg tidak bersusila disebut orang yg picik. Dlm filsafat Taoisme orang yg baik dan bersusila disebut orang yg saleh, kedua-duanya mempunyai makna yg sama.
d. kedua aliran filsafat tersebut menekankan kelameh-lembutan untuk mengurus, mengatur, dan berhadapn dg dunia ini. Menurut pandangan filsafat konfusionisme, hanya dg kelembutan dan secara edukatif manusia dan masyarakat ini dapat diatur. Filsafat Taoisme juga menekankan kelembutan menaklukan kekerasan.
e. kedua aliran filsafat tersebut menekankan bahwa setiap manusia yg bijaksana memiliki pengertian Tien atau Tao harus berusaha memberikan contoh perbuatan yg baik bagi orang lain.

27. Perbedaan Konfusius dg Taoisme :
a. pengertian Tao di dlm konfusionisme berarti jalan yg harus diterapkan ke dlm tingkah laku dan kehidupan menusia. Pengertian Tao menurut pandangan konfusionisme adalah sesuatu yg tidak dapat telepas dari interprestasi kehidupan nyata manusia. Dlm filsafat taoisme pengertia Tao menjadi sesuatu yg absolut, sesuatu yg alamiah dans sesuatu yg metafisik.
b. Metode pemikiran konfisionisme adalah mengambil jalan tengah. Segala sesuatu diterangkan secvara realistis, sebaliknya di dlm filsafat taoisme menggunakan metode pemikiran dialetika secara ilmiah.
c. pemikiran filsafat konfusionisme lebih ditekankan kpd pelaksanaan Yu Wei yaitu suatu tindakan atau pelaksanaan yg dibuat di dlm masyarakat. Sebaliknya, pandangan filsafat Taoisme selalu ditekankan pada pelaksanaan Wu Wei.
d. Cita-cita dari kaum konfusionisme adalah kedudukan di tengah* masyarakat dan dg demikian akan diusahakan keharmobnisan hidupnya sendiri dan hidup seperti kaum pertapa dg tidak mengganggu orang lain.
e. pengertian rasa kemanusiaan, rasa solidaritas, rasa sopan santun, kebijaksanaan dan rasa dapat dipercaya di dlm filsafat konfusionisme diterangkan secara realistis sebaliknya di dlm Taoisme pengetian tersebut harus diperoleh dg cara bersatu dg alam dan dilakukan tidak dibuat-buat.

28. Perbedaan Konfusionisme dg Buddhisme :
a. kedudukan sosial serat prestise seseorang di tengah-tengah masyarakat menurut pandangan Konfusionisme sangatlah diperhatikan, menurut pandangan Buddhisme seseorang hendaknya rajin-rajin berusaha untuk membersihkan batinnya dan berusaha mencapai kesucian dg melepaskan diri dketerikatan sosial.
b. di dlm filsafat konfusionisme ditekankan hendaknya manusia bertingkah laku secara manusiawi, manusia dapat mencintai perdamaian keadilan, kebahagiaan, kesenangan tetapi manusia juga dapat marah dan tidak suka terhadap kelaliman, kecurangan dan kekurang-ajaran. Di dlm Buddhisme ditekankan bahwa hendaknya manusia mengembangkan cinta kasih dan welas asih yg tek terbatas terhadap semua mahluk.
c. di dlm filsafat konfisionisme tidak terdapat keterangan* ttg dewa* dan mahluk-mahluk lain yg terdapat di dlm filsafat buddhis. Filsafat konfusionisme membahas manusia dan dunia ini saja.

29. Persamaan Konfusius dg Buddhisme :
a. Kendatipun kedua aliran filsafat tersebut datang dari daerah kebudayaan yg sama sekali lain, kedua aliran filsafat tersebut mempunyai banyak persamaan di dlm pandangan tetika, moral, tata susila dan filsafat hidup.
b. Kedua aliran filsasfat tersebut sama-sama digolongkan pada pemikiran teistik yg impersonal, ttg pandangan ketuhanan yg bersifat tidak pribadi. Dan dlm konfusius dijadikan dsebagai pengertian yg absolut (Tien/Tian) dan dlm Buddhis sbg Sunyata atau Adi Buddha, Dharmakaya, Bhtakoti, Dharmadhatu dan Tathata.
c. kendatipun pada mulanya terdapat perselisihan dan pendapat, kedua aliran tersbut sama-sama menekankan bahwa setiap manusia harus mengolah dirinya sendiri, harus melatih batinnya sendiri dan harus memulai dari dirinya sendiri dan berusaha untuk mencapai kesempurnaan.
d. kedua aliran filsafat tersebut sama-sama menentang kekerasan, di dlm konfusius setiap menusia harus menekankan sifat myang manusiawi, sedangkan di dlm Buddhis setiap mahluk untuk dapat menjadi Buddha harus mengembangkan maitri karuna.
e. kedua aliran ini sama-sama menekankan bahwa setiap manusia dapat mencapai kesempurnaan berkat usaha yg tekun dan waktu yg lama. Di dlm konfusius dikatakan bahwa manusia bisa menjadi suci dan sempurna seperti para bijaksana jaman dahulu, dan di dlm Buddhis dikatakan bahwa setiap manusia dapat menjadi buddha, karena pada diri manusia terdapat benih kebuddaan.

30. Persamaan Taoisme dg Buddhisme
a. Sama-sama memandang dan menghargai ttg etika moral tata susila dan filsafat hidup.
b. kedua aliran ini sama-sama digolongkan dlm pemikiran yg teistik yg impersonal, yaitu pengetian Tiuha Yg maha esa yg tidak berpribadi. Dlm Tao kebenaran yg absolut dan Tuhan yg maha esa sbg Tao, sedangkan dlm Buddhis tuhan yg maha esa sbg senyata atau adi Buddha, Dharmakaya, Bhutakoti Dharmadatu dan Tathata.
c. bila di dlm Tao diajarkan untuk bertindak secara wu wai terhadap masalash sosial dan keruwetan, sedangkan dlm Buddhis dianjurkan untuk meninggalkan kehiduopoan duniawi dan menjadia pertapa Samana atau Bhikkhu, sehoingga sama-sama agar jangan terlibat kpd masalah-masalah sosial yg membingungkan dan tidak membawa kpd kebahagiaan dan pencerahan.
d. sama-sama menentang kekerasan, serta menekankan bahwa kebencian sebaiknya dibalas dg kasih sayang dan kelembutan.
e. kedua aliran ini sama-sama menekankan bahwa setiap manusia dapat mencapai kesempurnaan berkat usaha yg tekun dan waktu yg lama. Dlm Taoisme bahwa manusia dapat menjadi suci bila bergabung dg alam semesta vberdasarkan latihan yg tekun, dan di buddhis dikatakan bahwa setiap manusia dapat menjadi Buddh, karena pada diri manusia terdapat benih kebudhaan.

31. Perbedaan Taoisme dg Buddhisme
a. di dlm filsafat Taoisme kendatipun terdapat pemikiran filsafat yg tebal secara metafdisik dan mistik tidak terdapat penjabaran alam-alam kehidupan sebagaimana yg dijabarkan dlm filsafat Buddha.
b. di dlm filsafat Taoisme hasil pencapaian kesempurnaan seseorang berkat latihan dan pengolahan batin hanya dikaitkan dg pelupaan diri serta penggabungan di alam semesta. Sedangkan dlm Buddhis pencapaian pengolahan batin dijabarkan dlm tingkatan Jhana atau Dhyana Marga serta Phala.

32. Perbedaan Buddhisme di Cina dan Buddhisme Cina
a. Buddhisme di Cina adalah bentuk Buddhisme yg terkait pada tradisi India dan tidak begitu berperan dalam perkembangan filsafat Cina, oleh aliran Vijnanavada.
b. Buddhisme Cina adalah bentuk Buddhisme yg dekat dg pemikiran Cina, oleh aliran Madhyamika (Jalan Tengah)

33. Aliran-Aliran dalam Mahayana :
1. Kelompok Hinayana
a. Abhidhrama Kosa
b. Satyasiddhi
2. Kelompok Mahayana
a. Yogacara (Vijnanavada)
b. Tri-Sastra (Madhyamika)
c. Avatamsaka
d. Thien Tai
e. Tantra
f. Chan (Zen-Dhyana)
g. Sukhavati
h. Nichiren
i. Vinaya

34. Aliran Abhidharma-Kosa
Pelopor : Vasubandhu
Inti ajaran : Penyelidikan Abhidharma, Menekankan bahwa segala macam sankhara dan alam fenomena berada atau bereksistensi, bukan hanya sekedar nama, walaupun semua itu dicengkeram oleh Anitya, Dukkha dan Anatman.
Tinjauan filosofis : Sankhara dan alam fenomena berada atau bereksitensi bukan sekedar nama, walaupun sankhara dicengkeram oleh tilakkhana.
Berkembang di Tiongkok dan Jepang

35. Aliran Satyasiddhi (Aliran Nihilistik)
Berdasarkan karya Harivarman ; Sastrasiddhi Sastra
Inti ajaran : Menyangkal adanya eksistensi sankhara dan alam fenomena.
Tinjauan filosofis : kekosongan dari setiap eksitensi dan alam fenomena, aku dan dhamma adalah kosong, tanpa inti yg kekal.
Berkembang di India dan Jepang

36. Aliran Yogacara (Vijnanavada)
Pelopor : Asanga, Vasubandhu dan siswa Maitreyanatha
Inti ajaran :
1. Membabarkan ajaran ideasi semata (Vijnana-matra) yaitu segalanya adalah konstruksi mental atau kesadaran belaka.
2. Menguraikan 10 corak khusus mahayana (Kitab Mahayana-samparigraha) ;
a. Gudang kesadaran (Alaya Vijnana) f. Moralitas
b. Ideasi-semata (Vijnana-matra) g. Meditasi
c. Pencapaian wawasan ttg ideasi semata h. kebijaksanaan
d. 6 paramita i. pengetahuan tak membedakan
e. 10 dasabumi j. Trikaya
3. Menganalisa obyek-obyek mental dan fenomena

Lima kelompok Vijnanavada :
a. 8 Citta Dhamma
b. 51 cetasika Dhamma
c. 11 rupa dhamma
d. 24 citta viprayukta sankhara
e. 6 asankhata dhamma
Berkembang di Jepang oleh Dosho (628-700)

37. Aliran Madyamika (Tri-Sastra/Sunyavada)
Pelopr : Nagarjuna dan Arya Dewa (Abad I-II), Buddhapalita-Bhavaviveka, Candrakirti-Santidewa.
Aliran ini di Tiongkok dipelopori : Kumarajiva (Abad V)
Inti ajaran :
a. Menyangkal yg keliru dan menegakan yg benar.
b. Penekanan pada arti penting terhadap smavrtisatya dan paramartha-satya (Semua kebenaran umum bila dilihat secara umum adalah benar, tapi dilihat secara kebenaran akhir adalah tidak benar).
c. 8 metode untuk menyangkal secara dialetika, yaitu : Tidak dilahirkan, tidak lenyap, tidak langgeng, tidak putus, tidak sama, tidak berbeda, tidak dating dan tidak pergi.

Tri-Sastra (3 buah sastra) dalam aliran ini adalah :
1. Madhyamika Karika karya Nagarjuna
2. Dvadasa-dvara karya Nagarjuna
3. Sastra-Sastra karya Arya Deva.

Metode dialetika Nagarjuna (Prasangavakya) yaitu : Suatu argumen penyusutan sampai kemustahilan, untuk mencapai pada suatu posisi madya yg bebas dari semua nama dan ciri dilaur semua pikiran dan ucapan.
Berkembang di Tiongkok, Cina, Tibet, Korea dan Jepang

38. Aliran Avatamsaka (Lingkaran Bunga)
Pelopor : B. Sien Sou (577-640 Masehi) di Tiongkok
Inti ajaran :
1. Kesadaran manusia itu pada dirinya sendiri telah sempurna dan identik dg Buddha.
2. Buddha dan segala yg berada adalah satu dan sama
3. Segala yg terdapat dalam dunia ini saling pengaruh-mempengaruhi tergantung dan terkondisi, tapi sesungguhnya itu satu dan satu itu adalah realitas yg mutlak.
4. Penekanan pada pengertian Dharmadhatu sbg kebenaran akhir atau mutlak searti dg Tathagatagarbha (Rahim-Thatahagata) yakni apa yg membungkus atau menyembunyikan Buddha.
5. Pengertian terhadap dasabhumi
Ciri khas aliran ini : Adanya pembagian waktu dan kelompok serta penggolongan berbagai tingkatan aspek ajaran Buddha Vairocana (Avatamsaka Sutra).
Lima penggolongan ajaran SB dlm Avatamsaka.
1. Aliran Hinayana
2. Aliran Mahayana permulaan
3. Aliaran akhir Mahayana
4. Aliran Mahayana diterangkan scara serentak (tanpa kata-kata)
5. Aliran Mahayana yg diterangkan secara sempurna
Lima pembagian waktu dan penggolongan aspek ajaran Buddha dlm Avatamsaka :
a. Aliran Hinayana : : mengenai Catur agamas Sutra sertaAbhidhammakosa
b. Ajaran Mahayana permulaan yg terbagi dua bagian :
1. Yogacara/vijnanavada; adanya golongan ichantika yg tidak memliki Buddha Svabava (benih kebudhaan) sehingga tidak dapat menjadi Buddha.
2. Aliran Trisastra, yg menekankan pada penyangkalan pada semua elemen Dharma (dharma sunyata) dan menendaskan bahw asemua mahluk mempunyai benih kebuddhaan.
c. Ajaran akhir mahayana dg menekankan pada dharma tathata dan menegaskan bahwa semua insan dapat mencapai samyaksambuddha dan menjadi Buddha.
d. Ajaran mahayana yg diterangkan tanpa kata-kata, dg latihan yg teki\un tanpa banyak kata-kata serta menembus lsila, samadhi dan akhirnya mencapai prajna (termasuk aliran zen.
e. Aliran mahayana yg diterangkan dg sempurna dan harmonis, ada dua golongan ;
1. Ekayana dari Avatamsaka, ini diajarkan dg metode yg sama serta sejajar dg triyana yaitu : Hinayana, mahayana yg bertahap, dan mahayana/ajaran pelaksanaan segera mahayana.
2. Ekayana dari Avatamsaka yg berdiri sendiri, disini ajarannya lebih tinggi daripada yg lain serta adanya keharmonisan yg total dari ekayana.

Enam sifat khusus dalam Avatamsaka :
1. Universalitas , tampak dlm lima skhandha
2. kekhususan, organ-organ yg ada berdaya tidak sama
3. keserupaan organ-organ serupa dan saling berhubungan dlm satu organisme
4. keanekaragaman setiap organ memiliki hubungan tertentu dg keseluruhan
5. gabungan semua organ berkerja sama saling melengkapi
6. perbedaan, setiap organ berkedudukan khusus dan melakukan fungsinyaa yg memperbedakan.
Berkembang di Tiongkok.

39. Aliran Thien Tai (Nama Gunung Thien Tai di Tiongkok)
Pelopor : B. Ce Khai (531-597), Hui Wen dan Hui She
Berpedoman : Saddharma Pundarika Sutra, Amitartha Sutra, Nirvana, Maha Parjnaparamita Sutra, Mahayana Sradhotpada Sastra.
Inti ajaran :
1. Setiap insan dapat mencapai kebuddhaan.
2. Segala sesuatu yg bersyarat tidak kekal (Anitya)
3. Segala sesuatu yg bersyarat adalah penderitaan (Dukha)
4. Segala Dharma/semua unsur tanpa aku (Anatman)
5. Nirvana adalah ketenangan abadi atau keadaan sejati
6. Semua unsur ditandai dg 10 corak kedemikian (Tathata) ;
“Bentuk demikian, sifat, wujud, kekuatan, perilaku, sebab, syarat, hasil, pahala dan awal-akhir”.
7. Tiga kebenaran ; Kebenaran kosong, kesementaraan dan kebenaran tengah.
8. Mengemukakan 10 tingkatan alam ;
“Buddha, Bodhisatva, Pratyeka Buddha, Sravaka, Devata, Manusia, Asura, Preta, Alam Binatang dan Penghuni Neraka”.

8 metode pengajaran sebelum dan sesudah masa Saddharmapundarikka dlm Tien tai :
 - sebelum :
1. Metode menerangkan secara seketika
2. metode menerangkan secara perlahan-lahan
3. metode yg sifatnya tersembunyi
4. metode pengajaran secara mistik
- Sesudah
5. Pelajaran tripitaka
6. pelajaran persatuan
7. pelajaran yg dirincikan
8. pelajaran keharmonisan agung

Lima pembagian waktu menurut Tien Tai :
1. Periode Avatamsaka : 3-7 hari SB menerangkan dharma yg amat sulit dipahami oleh umat awam.
2. Periode agama sutra : selama 12 tahun SB menerangkan dharma yg mudah ddipahami oleh umat awam
3. periode Vaipulya sutra : selama delapan tahun SB menerangkan ajaran yg tercaantum dlm Lankavatara sutra, vimala kirti, nirdesa sutra, svarnaprabhasa sutra.
4. periode prajna paramitha sutra : selama 22 tahun SB menerangkan Mahaprajnaparamitha.
5. Periode Sadharmapundarika sutra : selama 8 tahun SB menerangkan Sadharma Pundarika sutra, tetapi sebelum Parinibbana menerangkan Mahaparinirvana sutra.
Berkembang di Asia Timur, Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam.

40. Aliran Tantra
Pelopor : Subhakarasinha, Vajarabodhi dan Amoghavajra
Inti ajaran :
3. Menekankan praktek mistik dalam usahanya mencapai persatuan dg kosmos dan melalui sarana-sarana seperti sikap tubuh, konsentrasi pada ucapan dan pikiran yg dibantu dg symbol religius lainnya.
4. Menekankan pada pengalaman pencerahan dg symbol 3 tubuh serta pentingnya kesadaran.
5. Menekankan praktik mistik dg 3 aspek ; Mudra (Sikap tubuh dg jari-berjalin), Dharani (syair-mistik)-Mantra (Sabda-mistik) dan Konsentrasi (Yoga).

Empat mandala dlm tantra
1. Maha Mandala, gambar tempat kediaman para buddha dan makluk lainnya
2. Samaya mandala : juga tempat kediaman para Buddha dan makluk lainnyaa ditambah dengan benda-benda duniawi
3. Dharma mandala: berbentuk bija aksara melambangkan para dewa dan ariya lainnya
4. karma mandala gambar dari figur-figur buatan misalnya arca.

Empat macam aliran tantra
1. Kriya Tantra, bersifat keupacaraan dan bakti, keyakinan (saddha) lebih menonjol dibandingkan prajna
2. Carya Tantra, keyakinan dan prajna seimbang
3. Yogatantra, dlm tingkat ini, proses kontenplatidf dan analitik lebih berkembang, serta tumbuhnya perasaan kesamaan.
4. Anuttarayogatantra, penyadaran mistik akan kenyataan bahwa nirwana dan samsara itu identik, yg memuncak dlm rasa kesamaan mutlak

TIga periode perkembangan Tantra Tibet :
a. Masa poermulaan
b. Masa pertengahan
c. masa permulaan gelar Dalai Lama di abad XVII hingga sekarang.
Berkembang di Tiongkok, Jepang, Tibet.

41. Aliran Chan (Zen)
Pelopor : Bodhi-dharma di Tiongkok
Inti filsafat atau ajaran :
1. Dia yg melihat Dhamma, melihat Buddha
2. Terangi hati dan lihatlah karakter diri sendiri
3. Pengertian ttg sunyata
4. Sesuatu yg diajarkan dilaur kata-kata dan disampaikan dari hati ke hati.
Sumber literature Zen antara lain :
1. Sutra Altar : ttg catatan dialog Zen dg Master Hui Neng
2. Sutra Intan : Pikiran jangan melekat pada apapun.
3. Lankavatara Sutra : pikiran, kebuddhaan, kekosongan

Arti kata ZEN : Bunyi bhs Jepang untuk mengucapkan huruf Ch’an dari bhs Tiongkok (Kanji), sedangkan Ch’an adalah perubahan bunyi dari Ch’an-An yg berasal dari kata Sansekerta yg berarti Dhyana.
Dhyana/Zen scr harafiah berarti duduk bersila dg badan tegak lurus seraya memusatkan pikiran (bermeditasi).
SATORI : Sadar dlm arti yg umum. Satori mrp intisari dari Zen yaitu pengertian yg baru terhadap kehidupan dan semua masalah duniawi.
Terbebasnya pikiran dari pandangan dualisme yg begitu terbiasa dan melekat pada pikiran.
KOAN : - Bunyi bhs Jepang untuk mengeja kata “Kung An” dari bhs Tionghoa yg secara harafiah “Kung” berarti umum dan “An” berarti masalah.
  - Mrp Kata-kata yg harus dimengerti berdasarkan penghayatan.
  - Mrp Ekspresi yg dipakai oleh kaum Zen, baik bhikhsu maupun upasaka untuk menerangkan sesuatu yg harus dihayati berdasarkan pengalaman hidupnya.
Enam Patriach dlm zen :
a. Patriach I : Bodhidharma (wft 532)
b. Patriach II : Hui Khe (487 – 593)
c. Patriach III : Sheng Chan (wft 606)
d. Patriach IV : Tao Sin (580-651)
e. Patriach V : Hung Jen (601-674)
f. Patriach VI : Hui Neng (638- 713)

Keyakinan dalam Zen Buddhisme :
Keyakinan Zen adalah pendekatan diri terhadap nilai-nilai yg absolut (TYME) yg termanifestasi di dalam Dharma, tapi bukan sesuatu yg digembar-gemborkan yg terpenting penembusan terhadap nilai-nilai hidup ini.
42. Aliran Sukhavati
Pelopor : Bodhiruci (503-535)
Berpedoman : Amitabha Sutra, maha Sukhavati Vyuha dan Amitayus Dhyana Sutra.
Inti ajaran : Menitikberatkan bhakti terhadap Amithaba Buddha yg berdiam di Sukhavati.
Dikatakan : ”Dia yg menyebut Namo amitabha Buddha dg kasih saying dan welas asih kpd semua makhluk, semasa hidupnya tekun menyebut Namo Amitabha Buddha dan menerapkan Pancasila Buddhis serta melaksanakan maitri Karuna, maka ia akan terlahir di alam Sukhavati pada kehidupan sekarang maupun mendatang.
Berkembang di Tiongkok, Jepang.

43. Aliran Nichiren
Pelopor : B. Nichiren Daishonin (1222-1282)
Berpedoman :
1. Muryogikyo (Amirtartha S) ; Dharmagathayasa.
2. Hokkekyo (Sadharmapundarika S) ; Kumarajiva
3. Nehankyo (Nirvana S) ; Than Wu Chien
4. Wimukyo (Vimalakirti Nirdesa Sura)
Inti ajaran :
1. Memandang dunia yg penuh penderitaan dg tidak bersikap pesimis-negatif melainkan dinamis- positif.
2. Mengajarkan 3 Hukum rahasia/gaib yaitu :
a. Gohonzo (Obyek sacral untuk pemujaan symbol)
b. Daimoko (Pembacaan mantra agung)
c. Kaidan (Penyembahan/pentahbisan)

44. Aliran Vinaya
Pelopor : B. Tao Hsu An (Abad VI M) pd Dinasti Tang
Inti ajaran : Menguraikan peraturan, terdiri dari 4 sumber Vinaya (Catuh-Vinaya) :
1. Sarvastivada vinaya yg diterjemahkan kedlm bahasa Thionnghoa antara tahun 404-406 M, oleh Punyatara dan terdiri atas 61 ciian.
2. Dharmagupta vinaya yg diterjemahkan kedlm bahasa Thionghoa antaraa tahun 405 M, oleh Buddhayasa dan terdiri atas 60 Ciian
3. Mahasanghika vinaya yg diterjemahkan kedlm bahasa thionghoa antara tahun 405 M, oleh Buddhabhadra dan terdiri atas 40 ciian
4. Mahisasaaka vinaya yg diterjemahkan kedlm bahasa Thionghoa antara tahun 423 M, oleh Buddhajiwa dan terdiri atas 30 ciian..

45. Pokok-pokok ajaran Mahayana ;
a. Ttg yg absolut dan Trikaya
b. Sunya-sunyata
c. Samvrti satya dan paramartha satya
d. Pudgala nairatmya dan Dharma nairatmya
e. Nirvana dan samsara
f. Bodhiosatva dan sad paramita
g. Dasa bhumi dan upaya kausalya
h. Dharmadhatu, Bhutakoti dan Tathata
i. Alam kehidupan dan jalan keselamatan
j. Alam


46. Persamaan dan Perbedaan Mahayana Dengan Hinayana
Persamaan :
a. untuk melepaskan diri dan mengikis dari lobha, dosa dan moha.
b. 4 kebenaran mulia dan 8 jalan utama
c. segala sesuatu yg bersifat fenomena adalah tidak kekal dan tanpa inti yg kekal.
d. hukum sebab akibat yg saling bergantungan, hukum karma dan kelahiran kembali.
Perbedaan :
1. Hinayana menggunakan bahasa Pali dan Sansekerta campuran sedangkan Mahayana menggunakan bahasa sansekerta murni.
2. HInayana adalah sesuatu yg bersifat etika, moralitas dan sejarah, sedangkan di dlm Mahayana bersifat religi dan metafisis, filsafat mahayana terbentuk setelah parinirvana SB
3. menurut pandangan Hinayana, Nibbana bersifat individualistik, tetapi bukan suatu penyangkalan melainkan suatu keadaan yg kekal damai, bahagia, kesucian, menurut Mahayana nibbana adalah sesuatu pencapaian pengetahuan sempurna, yaitu Prajna paramita atau kebuddhaan.
4. dlm Hinayana tidak terdapat konsep Sunyata dan alaya vijnana citta yg terdapat dlm aliran Madhyamika dan Vijnnanavada dari Mahayana.
5. dlm Hinayana pengikutnya disebut Sravaka yg berusddaha menjadi arahat yg akhirnya mencapai nibbana. Sedangkan dlm Mahayana pengikutnya disebut Bodhisatva yg berusaha untuk mencapai Bodhio Pranidhi Citta dan Bodhi Prastana Citta untuk mereka harus berjanji untuk mencapai Bodhi dan akhirnya menjadi Buddha serta berusaha untuk kesempurnaan di dlm enam paramita dan dasa bhumi tujuan terakhir mereka adalah menghayati paramatha satya.
6. menurut Hinayana buddha muncul sekali dlm satu kalpa sedangkan menurut Mahayana setiap mahluk mempunyai sifat kebudhaan yasng berasal dari Tathagatagarbha, yaitu suatu perpaduan antara sifat buruk dan baik dan bila sifat buruk telah dinetralisasi maka dia akan menajdi Tathagata.
7. di dlm Hinayana hubungan antara awam dan sangha sangat erat dan saling mengisi. sedangkan di dlm Mahayana hubungan awam dg sangha tetap ada namun juga ditekankan bahwa setiap umat awam juga seorang bodhisatwa.

47. Perbedaan Budhisme dasar (The Primitiv Buddhism) dg The shcool of Buddhism :
The Primitive Buddhism yaitu semasa hidupnya SB, The shcool of Buddhism yaitu masa munculnya aliran-alirana pemikiran dlm agama Buddha hal ini terjadi pada konsili ke dua/Sangha Samaya II

48. Tokoh-tokoh Mahayna dan karyanya :
1. Asvagosa (Pembabar Mahayana I/penyair) :
a. Mahayna sraddhotpada sastra : Berisi ttg kebangkitan keyakinan Mahayana terhadap bhuta-tathata dan dharma-kaya, yakni prinsip tertinggi yg mrp wahana yg akan membawa keselamatan bagi yg meyakininya untuk meyeberangi kelahiran dan kematian menuju nirvana.
b. Buddha-carita kavya : Berisi kisah riwayat SB serta pujian-pujian terhadap SB.
2. Nagarjuna (Pemikir Buddhis I secara filosofis)
a. Mahapradnaparamita Sutra : Berisi sunyata, praktek Bodhisattva.
b. Ajaran kekosongan (Sunyata)
c. Pratitya-samutpada (perasaan saling bergantungan)
3. Arya Sanga/Asanga (Pelopor Vijnanavada) :
a. Saptadasabhumi Yogacarabhumi, Alaya Vijana
b. Sutralankara, Madhantavibhaga Sutra
c. Vajrachedikhasutra, Yogavibhaga Sastra
d. Mahayana Samparigraha Sastra
4. Vasubhandhu (Saudara Asanga) :
a. Abhidharma Kosa, Dasabumika Sastra
b. Nirvana Sastra, Vidyamatrasidhi Sastra
c. Sadharmapundarika Sutra, Aparimitayus Sutra Sastra
d. Vidyamatrasidhi, karmasidhiprakarana

49. Pokok-pokok Dasar Ajaran Mahayana ada 5 yaitu :
1. Tri ratna (Buddha, Dhamma, Sangha)
2. 4 Kesunyataan Mulia (Catvari Arya Satyani) dan 8 jalam utama (Hasta Arya Marga)
3. Tiga corak utama (Anitya, Dukkha, Anatma)
4. Hukum Pratyasamudpada
5. Hukum Karma dan Kelahiran kembali

50. MANTRA berfungsi membantu dlm penghayatan akan kesatuan antara kosmos dan seseorang yg mrp suatu proses psikofisik, dlm mengucapkan mantra perlu konsentrasi mendalam dan meditasi agar mantra memiliki kekuatan.
Terbentuknya Mantra : Pada mulanya sebuah sutra panjang diringkas jadi beberapa bait kalimat (Hrdaya), lalu diringkas jadi Dharani yg terdiri dari 1 atau 2 baris kalimat. Kemudian diringkas jadi mantra yg hanya terdiri dari beberapa suku kata. Akhirnya mantra bisa diringkas lagi jadi bija mantra (benih mantra) yg terdiri dari 1 suku kata tunggal.

51. Pandangan kaum Mahasangika berkenaan dg Vinaya :
Menurut kaum Mahasangika pandanganya sejalan dg pandangan SB yakni menekankan makna batiniah ketimbang yg harafiah serta pelaksanaan yg sesuai dg metode jalan tengah.

52. Masa munculnya Mahayana dan The School of Buddhism-The Primitif of Buddhism
Munculnya Mahayana dlm sejarah agama Buddha dimulai sejak SB Parinibbana dan hampir lengkap sejak abad I SM.
The Scool of Buddism : Masa atau periode munculnya sekolah-sekolah dlm agama Buddha setelah konsili ke-2 sampai abad I M.
The Primitif of Buddhism : Masa Buddhism dasar, ketika SB masih hidup di dunia.

53. Latar belakang munculnya Sarvastivada :
Munculnya Sarvastivada disebabkan karena Staviravada lebih menekankan pada Sutra Pitaka, sedangkan kaum Sarvastivada lebih mengutamakan ajaran Abidharma sehingga perpecahan tak dapat dielakan lagi.

54. Konsep tentang Sunyata :
Sunyata adalah suatu kekosongan yg mengandung pengertian filosofis dan dialetik, karena pengertian kekosongan disini berarti penuh/kepenuhan dan berisi. Jadi kekosongan bukanlah sesuatu yg nihilistic.

55. Alasan Gol. Staviravada terhadap Gol. Mahasangika sbg Bhikkhu Papa (amoral) :
Berkenaan dg soal Vinaya yg mungkin dianggapnya memperlunak, tidak bisa diterima.
Mahasangika menangkis tuduhan tsb dg mengajukan budaya spiritual Buddhis yaitu menghindari pemanjaan diri yg berlebihan dan penyiksaan diri. Dikatakan metode jalan tengah pun tercermin dlm sikap SB.

56. Pudgala Nairatmya dan Dharma-Nairatmya
Secara harafiah Pudgala-Nairatmya berarti insane/manusia yg tidak mempunyai inti yg kekal, pengertian ini sesuai dg paham Sarve Dharma Anatma dari SB.
Dharma-Nairatmya berarti segala alam fenomena tanpa inti yg kekal.

57. Kemunculan Mahayana sesuai dg Hukum Evolusi Dialetika :
Hukum Evolusi Dialetika menunjukan bahwa fase yg tumbuh lebih lalu secara potensial sudah terkandung dlm fase sebelumnya. Kemunculan Mahayana mrp aktualisasi dari makna hakiki ajaran ajaran SB sebelumnya atau dg kata lain di dalam madzab lainnya secara potensial sudah terkandung.

58. Deskripsi Tathagata Menurut Vajrachedika Prajna Paramita Sutra :
Tathagata tidak dapat dilihat dlm bentuk badan jasmani, sebab apa yg dikatakan oleh Tathagata sbg bentuk badan jasmani sebenarnya bukan bentuk badan jasmani. Dikatakan bahwa bentuk-bentuk ciri semuanya bukan sejati, tapi hayalan saja. Jika kita memandang semua bentuk bukan perwujudan bentuk, barulah dapat mengenal Tathagata.

59. Bodhisatva Ditinjau secara Dialetika :
Bodhisatva ialah makhluk suci sbg calon Buddha yg bertujuan menolong semua makhluk.
Secara Dialetika tujuan ini mengandung makna bahwa keluar kpd makhluk lain mengembangkan maitri karuna, tapi ke dalam diri sendiri ia mengembangkan Vipasyana sehingga kedua tsb menjadi satu kestuan.

60. Samsara dan Nirvana menurut Filsafat Madyamika dari Nagarjuna :
Menurut Nagarjuna dikatakan bahwa Samsara dan Nirvana adalah sama, karena apa yg menjadi batasan Nirvana juga batasan Samsara. Samsara mrp kenyataan di dalam kehidupan. Nirvana bukanlah sesuatu yg berubah secara obyektif dan yg berubah suatu kenyataan secara eksistensi, sedangkan keberadaan dan kelangsungan semua Dharma adalah Sunna.

61. Hubungan Prajna-Karuna dengan Sunnata
Parjna adalah intuisi yg absolut dan mrp segi trasenden dari Sunnata. Karuna adalah segi imanen Sunnata yg mrp prinsif aktif dari Sunnata dlm alam semesta.

62. Golongan yg Memunculkan Istilah Hinayana dan Mahayna :
Istilah Hinayana dan Mahayana muncul dari golongan Mahasangika untuk memperlihatkan superioritas ajarannya dibandingkan dg pandangan golongan Staviravada. Sutra-sutranya disebut Agama Sutra terdiri dari : Dhirgagama Sutra, Madyamagama Sutra, Samyuktagama Sutra dan Ekottarikagama Sutra.

63. Pengertian Bodhisatva Sila :
Bodhisatva Sila adalah aturan atau disiplin dlm Mahayana untuk melaksanakan aturan kebodhisatvaan, yg terdiri dari 58 pasal meliputi :
a. Garukapatti (kesalahan besar) terdiri 10 pasal
b. Lahukapatti (kesalahan ringan) terdiri 48 pasal.

64. 3 Definisi Samvrti Satya (kebenaran umum) menurut Candra Kirti :
1. Secara kata-kata yg diartikan bahwa Samvrti menutupi seluruh sifat sesungguhnya dari benda-benda sehingga mereka terwujud.
2. Hubungan yg saling berhubungan dari benda-benda, yaitu kerelatifan mereka yg dihubungkan dg fenomena.
3. Sifat konfensional/umum seperti apa yg biasanya diterima oleh umum.

65. Konsep Dharmakaya menurut Madyamika dan Yogacara :
Alran Madyamika mengartika Dharmakaya sbg kekosongan, sedangkan Yogacara mengartikan sbg yg Absolut.

66. Peranan Asvaghosa terhadap perkembangan Mahayana :
Asvaghosa adalah tokoh yg berjasa dlm pembabaran kebangkitan keyakinan terhadap Mahayana , dlm risalahnya yg berjudul “Mahayana Sradhotpada Sutra”. Ia mrp pembabar Mahayana pertama yg telah menggunakan istilah Mahayana.

67. Isi kitab Vimalakirti Nirdesa Sastra :
a. Membahas masalah yg berhubungan dg filsafat dan Dharma SB yg dipandang dari sudut seorang Upasaka bijaksana yg bernama Vimalakirti.
b. Membahas dan menekankan pengertian ttg pencapaian pembebasan yg dapat dilakukan oleh setiap orang, asal rela melepaskan keterikatan dunia dan spiritual.

68. Sanghyang Kamahayanikan menurut Dr. Arthur Fitz :
Sanghyang Kamahayanikan menguraikan ttg 4 hal yaitu :
a. Kehidupan moral dan tingkah laku dari seorang siswa dlm rangka menyiapkan dirinya untuk kehidupan spiritual.
b. Penjelasan ttg Sad-Paramita
c. Adanya metode Yoga, dimana seorang siswa mempunyai hubungan lebih tinggi dg spiritual.
d. Ajaran Esoterik ttg Dhyani Buddha, para Bodhisatva dll.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar