A. pengertian vinaya
Vinaya (Etimologis) berarti aturan, tata tertib.
Vinaya diartikan melenyapkan, menghapus, memusnahkan, mehilangkan segala
tingkah laku yg menghalangi kemajuan dalam jalan pelaksanaan Dhamma atau
sesuatu yg membimbing ke luar (dari dukkha).
Menurut Y.A Bhadantacariya Buddhagosa Thera dalam Samantapasadika
mengartikan istilah Vinaya dalam tiga artian : yg pertama, disebut vinaya
karena mempunyai arti yg bermacam-macam yaitu; patimokkhuddesa lima macam,
Äpatti tujuh kelompok, Matikä atau Vibhaéga, dan arti khususnya adalah
Anupaññati atau suatu ketetapan tambahan yg dpt memperketat atau justru
memperingan suatu tata tertib yg telah ditetapkan sebelumnya. Dan yg ketiga
Vinaya dianggap sbg suatu sarana untuk melatih serta mengendalikan tindakan
dan ucapan karena dpt mencegah serta menghalangi perbuatan jahat atau
keteledoran yg keluar melalui tindakan dan ucapan.
Adapun hal yg menyebabkan SB menetapkan Vinaya adalah:
a. Untuk tegaknya Sangha, karena tanpa Vinaya Sangha tidak akan bertahan
lama.
b. Untuk kebahagiaan Sangha , hal ini dimaksudkan agar Bhikkhu mempunyai
sedikit rintangan dan hidup damai.
c. Untuk pengendalian diri orang-orang yg tidak teguh yg dpt menimbulkan
persoalan dalam Sangha.
d. Untuk kebahagiaan Bhikkhu-bhikhhu yg berkelakuan baik, karena
pelaksanaan sila yg murni menyebabkan kebahagiaan sekarang ini.
e. Untuk perlindungan diri dari Asava (kekotoran batin) dalam kehidupan
ini, karena banyak kesukaran yg dpt dihindarkan dg tingkah laku moral yg
baik.
f. Untuk perlindungan diri dari Asava (kekotoran batin) dalam kehidupan yg
akan datang, karena asava tidak akan timbul pada orang yg melaksanakan sila
yg baik.
g. Untuk kebahagiaan mereka yg belum mengenal Dhamma, karena orang yg belum
mengenal Dhamma akan berbahagia dg tingkah laku para bhikkhu yg baik.
h. Untuk meningkatkan mereka yg sudah berbahagia, hal ini dimaksudkan agar
orang yg sudah mengenal Dhamma akan berbahagia melihat pelaksanaannya.
i. Untuk tegaknya Dhamma yg benar, karena Dhamma akan bertahan lama jika
Vinaya dilaksanakan dg baik oleh Bhikkhu.
j. Untuk manfaat dari Vinaya, dg Vinaya dpt memberi manfaat bagi
makhluk-makhluk , terbebas dari dukkha, menuju Nibbana
k. Untuk simpati dg umat berkeluarga
l. Untuk mematahkan semangat Bhikkhu yg berpikiran tidak baik
B. SEJARAH PENYUSUNAN VINAYA.
Menurut Vinaya Atthakatha (Samantapasadika), SB memberikan Vinaya dimulai
setelah 20 tahun beliau mencapai penerangan sempurna. Karena pada waktu itu
mulai timbul perilaku Bhikkhu-bhikkhu yg bukan hanya merugikan perkembangan
spiritualnya sendiri, tetapi juga berpengaruh terhadap citra Sangha dan
Agama Buddha pada umumnya. Sedangkan penyusunan Vinaya mulai dilakukan 7
hari setelah SB mencapai parinibbana yaitu pada saat dilaksanakannya Saégha
Samaya :
PELAKSANAAN SANGHA SAMAYA
No Dipimpin Tempat Jml Hasil
I Mahakassapa Thera Sattapani
Rajagaha
(India) 500 Arahat Susun Vinaya (Upali)
Susun Sutta (Ananda)
Gugatan terhadap Ananda
Hukuman untuk Channa
2 Yasa dibantu RajaKalasoka Vesali, (India) 700 Arahat Terjadi suatu
perpecahan karena beda pendapat ttg 10 Vinaya kecil
3 Moggaliputta (Staviravada)
Vasumitra
(Mahasangika) Pataliputta
(India)
Kashmir 1000 Arahat Susun Vinaya,Sutta dan Abhidhamma.
Penyusunan Kathavattu
Beda doktrin antara Staviravada-Mahasangika
4 Arittha
Murid Mahinda
Disponsori Raja Kaniskha Anurudapura
srilangka
Kashmir
srilangka 60.000 Arahat
500 Arahat Tipitaka dan atthakata pertama kali ditulis di daun lontar
Mengulas Vinaya, Sutta, Abdhidhama, Atthakata.
5 Disponsori raja Mindonmin Mandalay, Myanmar. 2.400 Arahat Cetak Tipitaka
di 729 buah lempengan marmer
6 B. India,
Srilangka,
Kamboja,
Nepal
Thailand) Yangoon
Myanmar Kata sambutan Presiden India Rajendra Prasad & PM. Jawaharlal
Nehru
Kebangkitan kembali agama Buddha.
C. VINAYA THERAVADA (PALI)
Vinaya Theravada (pali) mrp hasil daripada Sangha Samaya yg ditetapkan pada
Sangha Samaya I dibawah pimpinan Y.A Mahakassapa Thera dan ulangan dari YA.
Upali Thera. Bagian pertama dari Vinaya Pitaka adalah terdiri dari beberapa
peraturan disiplin yg diberikan untuk mengatur para siswa SB yg diterima
Sangha sbg Bhikkhu dan Bhikkhuni.
Pengelompokkan Vinaya Pitaka
Dalam Pali Vinaya (Theravada) yg bersumber dalam Vinaya Pitaka, Vinaya
dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Vinaya Pitaka dibagi dalam lima buku (kitab) menurut jenis dan kategori
peraturan dan pelanggaran yg ditetapkan dan terdiri dari beberapa
penggolongan yaitu :
(1) Parajika Pali (Vinaya III)
Mrp buku satu dari Vinaya Pitaka yg memberikan penjelasan secara rinci tentang
peraturan-peraturan disiplin penting berkenaan dg Parajika dan
Sanghadisesa, serta Aniyata dan Nissagiya yg mrp pelanggaran kecil.
(2) Pacittiya Pali.
Mrp buku II dari Vinaya Pitaka yg berisikan tentang serangkaian peraturan
lain bagi para bhikkhu, yaitu: Pacittiya, patidesaniya, sekhiyavatta,
adhikarana samatha , serta peraturan peraturan disiplin yg sama bagi para
bhikkhuni.
(3) Mahavagga Pali.
Mrp buku III yg isinya sama dg penggolongan yg pertama.
(4) Cullavagga Pali.
Mrp buku yg ke IV dari Vinaya pitaka dan isinya sama dg penggolongan yg
pertama.
(5) Parivara Pali.
Parivara pali berisikan tentang pedoman dan penjelasan tentang bagaiman
peraturan diberikan untuk mengatur para Bhikkhu dan urusan-urusan
administrasi dalam Sangha., dan prosedur tepatnya dalam penyelesaian dan
penanganan persoalan hukum yg berlaku dikalangan anggota Sangha.
2. Untuk mempermudah dalam mempelajarinya Peraturan – peraturan (Vinaya)
tsb terbagi dalam beberapa kelompok menurut himpunan yg terdapat dalam
Vinaya Pitaka, yaitu :
(1) Sutta Vibhanga.
Sutta Vibhanga mrp penggolongan pelanggaran yg dibagi ke dalam delapan
kelompok yaitu : Parajika, Sanghadissesa, Aniyata, Pacittiya, Nissagiya
Pacittiya, Pattidesaniya, Sekkhiya, dan Adikarana-samatha. Yg semuanya
berjumlah 227 sila untuk Bhikkhu dan 311 sila untuk Bhikkhuni. Pada
dasarnya penggolongan dalam buku ini terdiri dari dua bab yaitu Bhikkhu
Sutta Vibhanga dan Bhikkhuni Sutta Vibhanga yg berisikan tentang suatu
rangkaian peraturan untuk Bhikkhu dan Bhikkhuni. Dan untuk lebih jelasnya
dpt kita lihat pada skema berikut ini :
Skema tentang bagian bagian dari Pattimokkha sila
No Jenis pelanggaran (Apatti) Vinaya Bhkhu Vin Bhni
1
2
3
4
5
6
7
8 Parajika
Sanghadisesa
Aniyata
Nissagiya Pacittiya
Pacittya (suddhika)
Patidesaniya
Sekkhiyavattha
Adhikarana Samatha 4
13
2
30
92
4
75
7 8
17
-
30
116
8
75
7
Jumlah 227 311
(2) Khandaka-khandaka.
Khandaka-khandaka dibagi dua yaitu:
A. Mahavagga.
1. Mahakhandaka yaitu mengenai peristiwa sesaat setelah mencapai penerangan
sempurna hingga terbentuknya Sangha dan berbagai metode atau Aturan-aturan
untuk memasuki Sangha.
2. Uposatha khandaka yaitu mengenai pengumuman hari-hari dan Pertemuan
Uposatha serta berbagai jenis Sima.
3. Vassupanayika khandaka yaitu bagian mengenai memasuki Vassa [baik itu
peraturan maupun Tempat tinggal selama musim hujan (vassa)] dan cara
pelaksanaannya.
4. Pavarana khandaka yaitu bagian mengenai tata cara Upacara penutupan
musim hujan (pavarana).
5. Camma khandaka yaitu bagian mengenai Aturan untuk menggunakan pakaian
dan perabot hidup.
6. Bhessajja khandaka yaitu bagian mengenai pemakaian Obat-obatan dan
makanan.
7. Khatina khandaka yaitu bagian mengenai peraturan yg berhubungan dg
Upacara kathina dan pembagian jubah tahunan.
8. Civara khandaka yaitu bagian mengenai peraturan yg berhubungan dg
pemakaian Bahan jubah, aturan tidur dan bagi bhikkhu yg sedang sakit.
9. Campoyya khandaka bagian mengenai kegiatan-kegiatan Sangha yg patut dan
tidak patut serta Cara menjalankan keputusan Sangha.
10. Kosambika khandaka yaitu ttg perselisihan di Kosambi dimana juga
tercantum tentang cara menyelesaikan perselisihan dalam Sangha.
B. Cullavagga
Cullavagga terdiri dari beberapa aturan yaitu :
a. Kamma khandaka bagian ini mengenai Aturan-aturan untuk menangani
pelanggaran-pelanggaran yg dihadapkan kpd Sangha.
b. Parivasaka khandaka mengenai Aturan untuk menangani pelanggaran yg
dihadapkan kpd Sangha.
c. Samuccaya khandaka mengenai Aturan-aturan untuk menyelesaikan masalah yg
timbul dalam hal ini adalah hukuman dan rehbilitasi setelah menjalani
hukuman.
d. Penerimaan kembali seorang Bhikkhu.
e. Aturan-aturan untuk mendi, berpakaian dan lain-lain.
f. Tempat tinggal, perabot, penginapan-penginapan.
g. Perpecahan.
h. Perlakuan pada berbagai golongan Bhikkhu dan kewajiban para guru dan
samanera.
i. Pengucilan dari Patimokkha.
j. Pentahbisan dan petunjuk pada para Bhikkhuni.
k. Sejarah Sangha Samaya pertama di Rajagaha.
l. Sejarah Sangha Samaya kedua di Vesali.
C. Parivara.
Berisi tentang penjabaran atau penjelasan dari pada Sutta vibhanga dan
Khandaka-khandaka yg disertai dg latar belakang dan cerita mengenai
terjadinya aturan tsb.
selain dari beberapa penggolongan peraturan Vinaya yg terdapat dalam Vinaya
Pitaka diatas juga terdapat beberapa penggolongan Vinaya Patimokkha yg
dikenal sbg Vinaya Paññati yg terdiri dari :
1. 8 Anusâsana : delapan peringatan, terdiri 2 kelompok bagian :
1) Empat macam Nissaya – Sumber kehidupan
Cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup seorang Bhikkhu tergantung pada apa
yg disebut Nissaya – sumber kehidupan yaitu :
a. Berjalan mengumpulkan makanan di jalan-jalan (Pindäpatta).
b. Mengenakan jubah “Paçsukula” (kain-kain usang yg diambil dari kumpulan
sampah/tempat-tempat penguburan.
c. Tinggal dibawah pohon.
d. Menyembuhkan penyakit dg obat-obatan yg direndam dalam air seni yg telah
dibusukkan.
2) Empat macam Akaraniya Kicca – 4 macam pelanggaran.Berat :
a. Melakukan hubungan seks/berkelamin.
b. Mencuri harta milik orang lain.
c. Membunuh makhluk-makhluk hidup.
d. Menyombongkan diri bahwa telah mencapai tingkat-tingkat perkembangan
batun yg lebih tinggi daripada manusia biasa, yg sebenarnya belum
dicapainya.
2. Tujuh Apatti (pelanggaran) dan 1 Adhikarana Samatha.
Ditinjau dari akibatnya, Apatti terbagi atas dua macam yaitu
1. Atekiccha (incurable) yg mrp pelanggaran yg tidak dpt diaperbaiki lagi
dan menyebabkan seorang Bhikkhu terkalahlkan , harus keluar dari
kebhikkhuan (lepas jubah) dan tidak dpt ditahbiskan menjadi Bhikkhu lagi
sepanjang sisa hidupnya ; mrp pelanggaran berat (Garukapatti) yg terdiri
atas parajika 4.
2. Satekiccha (curable) yg mencakup pelanggaran yg dpt diperbaiki dan
mencakup :
a. Pelanggaran sedang (Majjhimapatti)
Mrp pelanggaran Saéghadisesa 13 yg untuk pembersihannya Bhikkhu yg
bersangkutan harus mengakui kesalahannya dihadapan Saégha (20 Bhikkhu) dan
harus melakukan Manatta (mawas diri selama enam malam penuh di tempat
tersendiri) untuk kemudian direhabilitasi oleh Saégha dg minimal 20
Bhikkhu.
b. Pelanggaran ringan (Lahukapatti).
Mrp pelanggaran ringan yg untuk membersihkannya Bhikkhu yg
bersangkutan harus mengakui kesalahannya dihadapan seorang Bhikkhu atau
lebih, dan mempunyai kategori berbeda-beda dari yg lebih berat sampai yg
paling ringan : Thullacaya, Pacittiya, Patidesaniya, Dukkha dan Dubabasit
Terdapat 2 jenis Vinaya yaitu :
1. Vinaya untuk umat berkeluarga (Gihi Vinaya) ;Pancasila sila-Sigalovada
Sutta.
Sila untuk umat berkeluarga bersifat moral semata-mata yang
digolongkan dalam Pakati-sila.
2. Vinaya untuk para rohaniawan (patimokkha-sila)
Sila untuk bhikkhuselain bersifat moral jugaberlaku sila yg khusus
untuk cara hidupnya yg digolongkan dalam Pannati-sila
Kukkuccayanta Bhikkhu : Bhikkhu yg dg seksama/teliti tidak mau menerima
sesuatu kecuali telah diperkenankan SB.
Appiccha Bhikkhu : Bhikkhu dg sedikit keinginan yg merasa malu akan
kelalaian dan tingkah laku bhikkhu lain yg tidak benar.
Sila-sila yg terdapat dalam Sutta : Sigalovada Sutta, Maha Mangala Sutta,
Parabhava Sutta dan Vagghapajja Sutta.
UPASAMPADA : Penahbisan untuk menjadi seorang bhikkhu/bhikkhuni, yg terdiri
dari :
1. EHI BHIKKHU UPASAMPADA
Penerimaan menjadi bhikkhu yg dilakukan SB sendiri dg menyatakan :”Ehi
Bhikkhu, svakkhato dhammo cara brahmacariyam samma dukkhassa antakiriyaya”
artinya “Marilah bhikkhu, Dhamma telah diajarkan dg sempurna, jalanilah cara
hidup suci untuk mengakhiri semua dukkha”. (Vinaya Pitaka I,12). Cara ini
pertama kali dilakukan kpd 5 orang pertapa (assaji, Mahanama, Vapa,
badhiya, dan Kondanna)
2. TISARANAGAMANA UPASAMPADA
Penerimaan menjadi bhikkhu dg pernyataan berlindung kpd Sang Triratna oleh
calon bhikkhu. Cara ini pertama kali dilakukan kpd 60 siswa arya SB.
3. NATTI-CATUTTHAKAMMA UPASAMPADA
Penerimaan bhikkhu yg dilakukan oleh Sangha (min 5 bhikkhu) di Sima (Suatu
tempat dg batas yg telah ditentukan). Cara ini ditetapkan SB setelah agama
Buddha telah berkembang dan banyak orang ingin menjadi anggota Sangha.
Terdapat 4 syarat yg harus dipenuhi untuk pelaksanaan Upasampada :
1. Vatthu-sampati (Kesempurnaan materi atau calon) :Manusia, berusia min 20
th, tidak cacat tubuh,tidak dikenai kriminal,tidak melanggar parajika
(ketika menjadi bhikkhu sebelumnya)
2. Parisa-sampati (Kesempurnaan Sangha) : Jumlah bhikkhu min 5 orang sesuai
dg jumlah yg ditetapkan Sangha dan terdapat bhikkhu sbg upajjhaya.
3. Sima-sampati (Kesempurnaan Sima) :Sima adalah lokasi yg mempunyai batas
tertentu yg ditetapkan oleh vinaya. Upasampada dilakukan dalam Sima.
Bhikkhu yg tidak terlihat berada dg jarak 1 hasta dari bhikkhu lain.
4. Kammavaca-sampati (Kesempurnaan Pernyataan) :Kesempurnaan pengusulan
(Natti), pengumuman (Anusavana). Seorang calon bhikkhu diusulkan oleh
upajjhaya dan diumumkan bahwa calon tsb diterima menjadi bhikkhu tanpa ada
yg keberatan.
Peraturan yg menonjol untuk para Bhikkhuni/bhikshuni adalah : Delapan
Garudharma (peraturan keras) dan Parajika 8 (delapan). Untuk peraturan
Bhikshuni Mahayana terdapat dalam Bhiksuni Sanghika-Vinaya Pratimoksha
Sutra yg diterjemahkan oleh Fa Hsien pada tahun 418 M. Untuk Vinaya
Bhikkhuni (Theravada) terdapat dalam kitab Vinaya Pitaka bagian Cullavagga
X.
Delapan (8) persyaratan keras (Garudhamma) menjadi seorang bhikkhuni :
1. Meskipun telah ditahbiskan selama 100 tahun, ia harus menghormati
seorang bhikkhu yg baru saja ditahbiskan.
2. Tidak boleh bervasa di tempat yg tak ada bhikkhu.
3. Setiap ½ bulan harus memohon nasehat dan teguran.
4. Setelah bervasa harus meminta teguran dan peringatan ttg apa yg dilihat,
didengar dan dicurigai (mengenai dirinya).
5. Bagi yg melanggar vinaya menjalani hukuman (Manatta) selama ½ bulan di
Sangha bhikkhu/i.
6. Setelah menjalankan masa percobaan selama 2 tahun, harus mohon
ditahbiskan jadi seorang bhikkhuni.
7. Tidak boleh memarahi bikkhu.
8. Tidak boleh memberi peringatan kpd seorang bhikkhu
10 Vinaya kecil antara lain :
1. Tidak menerima emas/perak (uang).
2. Tidak makan bial tidak diundang/dipersilahkan.
3. Tidak makan pada sore hari sampai keesokan paginya.
4. Tidak menyimpan garam dan mencampur dalam makanan.
5. Tidak minum selewat waktu yg ditentukan
6. Tidak minum yg dimuaikan.
7. Tidak melakukan Uposatha-kamma.
8. Tidak ber-Uposatha-kamma yg terpisah dlm vihara besar.
9. Tidak menggunakan Nisida (kain untuk bernamskara) yg lebar
10. Tidak mengikuti pendiksa dlm upacara tradisi kuno apapun.
D. Vinaya Mahayana (Sanskerta).
Kitab-kitab Vinaya dalam Ajaran Mahayana pada umumnya bersumber pada Catuh
Vinaya, yaitu :
a. Sarvastivada Vinaya (She Thung Lii) yg diterjemahkan kedalam bahasa
Tionghoa antara tahun 404 - 406 M oleh Punnyatara dan terdiri dari 61
Chuan.
b. Dharmagupta Vinaya (She Fen Lii) yg diterjemahkan ke dalam Bahasa
Tionghoa pada tahun 405 M oleh Buddjhayasas dan terdiri dari 60 Chuan.
c. Mahasangika Vinaya (Ta Seng Ce Lii ) diterjemahkan kedalam Bahasa
Tionghoa pada tahun 405 M oleh Buddhabandra, kitab ini terdiri dari 40
Chuan.
d. Mahisasaka Vinaya (Wu Pu Lii) diterjemahkan ke dalam Bahasa Tionghoa
oleh Buddhajiva pada tahun 423 M. kitab ini terdiri dari 30 Chuan.
Kitab Brahmajala sutra terdiri dari 58 pasal yg meliputi :
1. Garukapatti (kesalahan besar). Terdiri dari 10 pasal.
2. Lahukapatti (kesalahan ringan), terdiri dari 48 pasal.
Pratimoksa sila
Peraturan sila Bhikshu Bhikshuni
1. Parajika.
2. Saéghavasesa.
3. Aniyata.
4. Naihsargika-prayascittika.
5. Prayascitta
6. Pratidesaniya.
7. Siksakaraniya
8. Adhykarana-samadha 4
13
2
30
90
4
100
7 8
17
-
30
178
8
100
7
Jumlah 250 348
E. PERBEDAAN VINAYA THERAVADA DG MAHAYANA.
Jenis Apatti (pelanggaran) Bhikkhu Bhikshu Bhikkhuni Bhikshuni
Parajika
Saéghadisesa/Saéghavasesa
Aniyata
Nissagiya P/Naihsargika
Pacittiya/Prayascitta
Patidesaniya/Pratidesaniya
Sekhiyavatta/Siksakaraniya
Adhikarana S/Adhykarana S 4
13
2
30
92
4
75
7 4
13
2
30
90
4
100
7 8
17
-
30
166
8
75
7 8
17
-
30
178
8
100
7
Jumlah 227 250 311 348
Bila dilihat dari beberapa uraian diatas tentang Vinaya baik itu Theravada
maupun Mahayana bisa kita temukan beberapa perbedaan antara Vinaya Teravada
(Pali) dg Vinaya Mahayana (Sanskerta) yaitu :
Terdapat juga perbedaan persepsi yg mendasar yaitu :
MASALAH THERAVADA MAHAYANA
Bahasa
Ajaran Buddha
Aturan makan
Pembebasan Magadha (Pali)
Buddha sekarang (Sakyamuni)
Boleh makan daging (3 syarat daging bersih ; Tikoti parisuddhi Mamsa
(Jivaka Sutta) :
1. Dia tidak melihat
2. Dia tidak mendengar
3. Dia tidak meduga daging tsb disediakan untuknya.
Makan sebelum tengah hari
Para arahat mencapai Nibbana. Sanskerta
Buddha lampau, sekarang dan mendatang.
Tidak makan daging, (sayuranis-vegetarian) dalam Bodhisatva-sila
(Mahasihananda Sutta).
Bodhisatva melaksanakan 10 paramita sebelum mencapai Nibbana.
ABHISAMACARA : Peraturan latihan (Sikhapada) yg membawa kpd perilaku
luhur,mrp prasyarat untuk pencapaian batin yg tinggi atau kebiasaan tingkah
laku yg baik.
BUDDHAPANNATI : Peraturan untuk mencegah kelakuan yg salah dan
memperingatkan para bhikkhu akan pelanggaran yg mungkin dilakukan.
Seorang bhikkhu harus mematuhi Bhikkhu-sila yaitu 4 kesucian moral bhikkhu
(Caturparisuddhi Sila/Cataro Silakhanda) :
1. Patimokkhasamvara-sila : Moralitas yg terdiri atas menahan diri
berkenaan dg tata tertib bhikkhu (227 sila Patimokkha).
2. Indriyasamvara-sila : Moralitas yg terdiri atas menahan diri dalam
indera.
3. Ajivaparisuddhi-sila : Moralitas yg terdiri atas kesucian penghidupan.
4. Paccaya-sannissita-sila : Moralitas yg terdiri atas 4 macam kebutuhan
pokok bhikkhu.
Menurut SB ada 4 jenis bhikkhu di dunia ini (Cunda Sutta, Sutta Nipata) :
1. Maggajina : Penakluk jalan (Sang Buddha)
2. Maggadesaka : Guru dari jalan.
3. Maggajiva : Yang hidup pada jalan.
4. Maggadusaka : Yang mengotori jalan.
AGARIYA VINAYA (Vinaya untuk para perumah tangga=Gharavasa), terdiri dari :
1. Varitta Sila (aspek negatif): Menjauhkan pikiran dari obyek yg bukan
kebaikan. Misal :Pancasila dan Atthangika Uposatha (Athangikasila).
2. Caritta Sila (aspek positif): Memusatkan seluruh pikiran pada kebaikan,
agar dpt semaksimal mungkin dpt melakukan kewajiban bermoral.
Misal :Vagghapajja Sutta, mangala Sutta, Sigalovada Sutta dan Parabhava
Sutta.
ANAGARIYA VINAYA (Vinaya untuk para bhikkhu=pabbajita), terdiri dari
Adhibrahmacariyaka-sila (Patimokha) dan Abhisamacarika-sila.
Ada 4 cara penghormatan yg diperkenankan oleh SB :
1. Vandana : Berlutut
2. Utthana : Berdiri menyambut
3. Anjali : Merangkapkan kedua telapak tangan untuk menghormat.
4. .Samicikamma: Cara untuk kerendahan hati.
PANNATI dan APATTI
Peraturan yg dibuat oleh Sb disebut PANNATI
Pelanggaran terhdp peraturan latihan hingga seseorang dpt hukuman disebut
APATTI.
Ada 6 akar yg langsung menimbulkan Apatti yaitu :
1. Jasmani: Bhikkhu minum alkohol, meskipun ia tak mengetahui.
2. Ucapan: Membaca doa bersama-sama umat awam.
3. Jasmani-pikiran: Bhikkhu mencuri.
4. Ucapan-pikiran: Bhikkhu menyuruh orang lain mencuri.
5. Ucapan-Jasmani: Bhikkhu menghina orang.
6. Ucapan-Jasmani-pikiran: Bhikkhu mencuri, juga menyuruh orang lain untuk
mencuri.
Ada 6 kondisi yang menimbulkan appati, yaitu :
1. Alajjhita : melakukan tanpa malu
2. ananata : dilekukan tanpa diketahui
3. kukkuca-pakataka : melakukan dg ragu-ragu, tetapi dilakukan dengan
berulang kali
4. dilakukan karena merasa boleh, padahal tidak boleh
5. dilakukan dengan pikiran boleh, padahal tidak boleh
6. dilakukan dalam keadaan bingung atau linglung, misalnya : madu boleh
disimpan untuk selama 7 hari, tetapi lupa kapanmulai disimpannya.
Ditinjau dari berat ringan akibat pelangaran, maka appati ada 3 tingkat :
1. Kesalahan berat (garukapatti)
Seorang bikkhu yang melakukan kesalahan ini menyebabkan gugur
kebhikkhuannya walaupun tidak diketahui oleh orang lain. (parajika)
2. Kesalahan ringan (majjhimapatti)
seorang bhiikhu yang melakukan kesalahan ini hanya dapat diselesaikan oleh
sangha dalam sanghakamma yang terdiri dari paling kurang 20 orang bhikkhu.
Sanghadisesa termasuk dalam kesalahan ini.
3. Kesalahan ringan (lahukapatti)
kesalahan yang hanya dapat diselesaikan dengan pengakuan di hadapan bhikkhu
lain dengan tekad akan lebih berhati-hati. Thulaccaya, pacittiya,
patidesaniya, dhukkhata dan duchasita termasuk dalam kesalahan ini.
Apatti-apatti lainnya adalah :
1. Lokavajja (pelanggaran peraturan ilmiah), perbuatan yang dipandang
salah, yang dilakukan oleh gharavasa atau pabbajjita yang timbul dari
akusalacitta, misal mencuri, membunuh dll.
2. Pannati-vajja (pelanggaran peraturan yang dirumuskan), perbuatan salah
yang berlaku bagi Bhikkhu. Walapun perbuatan serupa yang dilakukan oleh
gharavasa, namun mereka tidak dipandang melakukan kesalahan. Misal :
seorang bhikkhu tidur di atas kasur kapas. Bagi gharvasa hal tsb bukan
trmasuk apatti, tetapi bagi bhiikhu perbuatan itu merupakan apatti.
Pola ttg tingkah laku yg harus dilaksanakan oleh para bhikkhu sesuai dg
waktu, tempat, pekerjaan dan orang/pribadi disusun dlm kelompok vinaya yang
disebut VATTA (Tugas).
Seorang bhikkhu yg telah melaksanakan sepenuhnya latihan Vatta disebut
Acarasampano.
Seorang bhikkhu yg telah sempurna dalam tingkah laku disebut Vatta-sampano.
Seorang bhikkhu yg telah sempurna dalam moral disebut Sila-sampano.
Ada 3 kelompok tugas (Vatta) pokok dari para bhikkhu :
1. Kiccavatta : Tugas-tugas yg harus dilakukan
2. Cariyavatta : Tingkah laku yg harus dilakukan.
3. Vidhivatta : Pelaksanaan segala sesuatu yg harus dilakukan.
1. Kiccavatta (Tugas yg harus dilakukan) yaitu :
a. Seorang Saddhiviharikaharus merawat upajjhaya-nya dg segala cara selama
ia hidup bersamanya.
b. Upajjhaya harus bermurah hati kpd saddhiviharika selama tergantung
padanya.
c. Berprilaku patut sebagi seorang tamu
d. Penghuni menyambut tamu secara layak dan baik
e. Bhikkhu yg pergi untuk tinggal di tempat lain harus berprilaku baik
f. Bhikkhu yg mengumpulkan makanan harus bersikap sesuai dg tradisi.
g. Bhikkhu yg menyantap makanan berprilaku layak dan sesuai tradisi.
TUGAS SADDHIVIHARIKA-UPAJJHAYA
Saddhiviharika kpd upajjhaya Upajjhaya kpd saddhiviharika
1. Merawat upajjhaya-nya
2. Menerima instruksi/pesan
3. Mencegah penyimpangan pada upajjhayanya yg akan atau telah terjadi.
4. Berusaha agar upajjhayanya ceria
5. Menghormatinya
6. Jika akan berpergian ijin dulu
7. Jika upajjhaya sakit, dg sabar merawatnya. 1. Mendidik saddhiviharika
2. Membantu kebutuhannya
3. Melindungi terhdp penyimpangan yg akan atau telah terjadi.
4. Memandang saddhiviharika sbg anaknya sendiri.
2. Cariyavatta (Tingkah laku yg harus dilakukan) :
a. Para bhikkhu dilarang menginjak kain putih yg digelar ditempat mereka
diundang.
b. Jika bhikkhu yg tidak mempertimbangkan baik-baik sebelumnya, maka ia
tidak boleh duduk di atas asana.
c. Dilarang duduk di atas asana panjang dg seorang wanita.
d. Jika bhikkhu yunior maka, maka bhikkhu senior tidak boleh menyuruh
mereka pergi atau pindah.
e. Jika istirahat, harus menutup pintu
f. Dilarang melempar kotoran, air kencing, sampah keluar tembok atau melalui
pagar.
g. Dilarang pergi melihat tari-tarian, menyanyi dan main musik.
3. Vidhivatta (Pelaksanaan segala sesuatu yg harus dilakukan) :
a. Cara mengenakan jubah
b. Mangkok disimpan dibawah tempat tidur atau bangku.
c. Berjalan satu persatu sesuai dg peringkat vasa.
d. Jika bhikkhu akan melakkan vinayakamma, ia harus memakai uttarasanga
menutupi bahu kiri, lalu berjongkok dan menghormat.
DHUTANGA (Praktek keras untuk meraih kesucian), ada 13 jenis :
A. Mengenai jubah
1. Pamsukulikanga: Memakai jubah terbuat dari kain bekas,
2. Tacivarikanga: Memakai 3 jubah (Sanghati;luar 2 lapis, Utarasangha;jubah
1 lapis, Antaravasaka;sarung)
B. Mengenai makanan
3. Pindapatikanga: pergi mencari makanan sedekah
4. Sapadanacarikanga: Menerima sedekah makanan dari satu sisi jalan
5. Ekasanikanga: makan sekali duduk saja
6. Pattapindikanga: makan nasi sedekah
7. Kalupacchabatikanga: Menolak makanan yg diberikan belakangan.
C. Mengenai tempat Tinggal
8. Aranikanga: Tinggal didalam satu hutan
9. Rukamulikanga: Tinggal dibawah sebatang pohon
10. Abokasikanga: Tinggal disuatu tempat terbuka
11. Sosanikanga: Tinggal disuatu tanah kuburan
12. Yatasantatikanga: Tinggal ditempat apapun yg disediakan.
D. Mengenai usaha-usaha
13. Nesajikanga: Duduk (tidak duduk bersandar)
Dhutanga menurut Visudhi magga memiliki penafsiran :
a. Mereka melaksanakan oleh petapa yang membawa pada kesucian
b. Mereka adalah pengetahuan ttg penyucian yg merupakan bagian amalan utk
melepaskan kilesa.
c. Mereka merupakan jalan menuju lepasnya kilesa SB mengijinkan para
bhikkhu untuk melaksanakan dhutanga dilihat dari segi kesederhanaan, jika
merasakan ada manfaatnya tanpa meninggalkan prinsip jalan tengah.
NAVAKA : Bhikkhu yg telah ditahbiskan kurang dari 5 vassa dan harus mpy
pembimbing seorang upajjhaya dan hidup bersamanya.
UPAJJHAYA : Seorang guru/instruktur atau seorang yg merawat -melatih.
SADDHIVIHARIKA : Seorang bhikkhu yg tergantung pada upajjhaya (“Seorang yg
hidup dengan”).
UPOSATHA secara harafiah berarti :”Memasuki untuk tinggal”, dalam agama
Buddha digunakan untuk nama pelaksanaan suatu bentuk latihan keagamaan yg
keras yg berhubungan dg puasa dan dilaksanakan pada hari bulan purnama dan
rembulan gelap, juga pada pertengahan bulan terang dan bulan gelap dan
pertengahan bulan gelap dan terang (tgl 1, 8, 5, 23).
Pada hari Uposatha yg harus dilakukan adalah :
1. Membacakan patimokha-sila
2. memberitahukan kesucian sila
3. Membentuk adhitthana (pengambilan keputusan)
Faktor-faktor yg dapat melaksanakan Sangha Uposatha adalah :
1. Hari itu adalah hari ke-14 penanggalan bulan
2. Jumlah bhikkhu yg hadir minimal 4 orang bhikkhu
3. Mereka bukan sabhagapattia (bhikkhu yg mpy kesalahan sama), karena bila
semuanya sabhagapatti kesalahan para bhikkhu tidak dapat dibersihkan.
4. Tidak terdapat orang yg didiskualifikasi, yaitu orang yg tidak menjalani
Upasampada atau bhikkhu yg gugur kebhikkhuannya/yg dikucilkan oleh Sangha.
PAVARANA : Memberikan suatu kesempatan bagi semua bhikkhu untuk saling
mengingatkan diantara mereka.
Ada 4 cara menyusun natti (pernyataan) membuat pavarana :
1. Ekavacikka-natti : Bhikkhu ingin pavarana sekali, mengumumkan Sangha
pavarana sekali dan tiap bhikkhu harus pavarana 1 kali.
2. Dvevacikka-natti : Bhikkhu ingin pavarana 2 kali, mengumumkan Sangha
pavarana 2 kali dan tiap bhikkhu harus pavarana 2 kali.
3. Tevacika-natti : Bhikkhu ingin pavarana 3 kali, mengumumkan Sangha
pavarana 3 kali dan tiap bhikkhu harus pavarana 3 kali.
4. Sannanavassika-natti : Bhikkhu dg vassa sama untuk berpavarana
bersama-sama.
Jumlah minimal bhikkhu agar dapat melakukan Pavarana adalah 5 orang yg
bervassa bersama selama 3 bulan tanpa putus.
VASA : Peraturan bagi para bhikkhu yg harus berdiam diri di suatu tempat
selama musim hujan.
Upacara untuk memasuki vassa adalah : Seorang bhikkkhu harus memantapkan
pikiran (Adhittana) dg tekad akan tinggal di sana selama 3 bulan.
Seorang bhikkhu diperkenankan pergi untuk sesuatu yg sangat penting, tapi
ia harus kembali dalam waktu 7 hari disebut SATTAHA-KARANIYA.
SANGHAKAMMA : Kegiatan Sangha yg timbul karena kegiatan para bhikkhu yg
memerlukan persetujuan Sangha atau perlu diketahui Sangha, berkenaan dg
pelaksanaan Upasampada, Uposatha, Pavarana dan Kathina terdapat 4 jenis
yaitu :
1. Apalokana-kamma (Menyampaikan informasi kpd sangha ttg 5 hal) :
a. Mengusir samanera yg melecehkan Sang Buddha
b. Menerima kembali ke pesamuan samanera tsb sth perbaiki sikap (osarana).
c. Ijin mencukur rambut calon bhikkhu yg dikerjakan sendiri oleh bhikkhu.
d. Mengumumkan pengucilan bhikkhu yg keras kepala.
e. Memperkenankan bhikkhu tsb tidak beranjali kpd bhikkhu yg berlaku tidak
baik dalam aspek seksual terhadap bhikkhuni.
2. Natti-kamma (Usulan tanpa pengumuman)
3. Nattidutiya-kamma (2 pengumuman) ; usul dan pengumuman.
4. Natticatutha-kamma (Mengemukakan usul dan pengumuman usul sampai 3 kali.
SIMA : Suatu tempat untuk melaksanakan kegiatan Sangha yg memiliki batas
tertentu yg jelas terlihat, terdiri dari 2 jenis :
1. Baddha-sima : Sima yg batasnya ditentukan oleh Sangha sendiri (sima
tetap).
2. Abaddha-sima : Sima yg batasnya ditentukan oleh pemerintah (sima tak
tetap).
PETUGAS-PETUGAS SANGHA
Syarat untuk menjadi petugas Sangha adalah : “Tidak dikuasai oleh hawa
napsu, kebencian, kebodohan dan ketakutan” (Empat Agati)
Petugas yg diijinkan oleh Sang Buddha adalah :
1. Petugas penerima kain (Civarapatiggahaka)
2. Petugas penyimpan kain (Civaranidahaka)
3. Petugas mendistribusikan kain (Civarabhayaka)
4. Petugas mendistribusikan makanan (Bhatudesaka)
5. Petugas yg membagikan tempat tinggal bhikkhu (Senasanagahapaka)
6. Petugas yg mengatur orang bekerja untuk vihara (Aramikapesaka)
7. Petugas yg bertanggungjawab atas gudang milik sangha (Bhandagarika)
ADHIKARANA-SAMATHA : Peraturan ttg proses hukum untuk penyelesaian masalah
Sangha atau perselisihan antara bhikkhu ttg dhamma & vinaya, tuduhan,
penyimpangan dan melanggar vinaya, terdiri dari :
1. Vivadadhi-karana : ttg apa yg dhamma-bukan dhamma, vinaya-bukan vinaya,
apa yg dikatakan SB-yg tidak dikatakan SB, pelanggaran-bukan pelanggaran.
2. Anuvadadhi-karana : ttg tuduhan & perselisihan akibat praktek,
pandangan, cara penghidupan.
3. Apattadi-karana : ttg pelanggaran peratusan vinaya
4. Kiccadi-karana : ttg pertemuan formal atau keputusan yg dibuat Sangha
Ada 7 Metode penyelesaian (Ksamakamma) Adhikarana-Samatha, yaitu :
1. Samukka Vinaya : Penyelesaian dihadapan Sangha, Dhamma & benda.
2. Sati Vinaya : Pembacaan pengumuman resmi sbg seorang arahat
3. Amulha Vinaya : Pembacaan pengumuman resmi bagi seorang yg sakit jiwa.
4. Patinata-karana : Pengakuan jujur yg telah dilakukan
5. Yebhuyyasika-kamma : Keputusan dibuat sesuai suara terbanya (voting)
6. Tassapapuyasika-kamma :Pemberian hukuman bagi orang yg salah
7. Tinavataraka-kamma : Pelaksanaan perdamaian antara dua belah pihak yg
berselisih tanpa menyelisiki perselisihan yg terjadi.
Hubungan Vinaya dg Dhamma :
Vinaya : Melenyapkan, memusnahkan dan menghilangkan segala perilaku yg
menghalangi kemajuan dlm pelaksanaan Dhamma atau sesuatu yg membimbing
keluar dari Samsara.
Dhamma dan Vinaya mrp 2 hal yg tak dpt dipisahkan. Dhamma tanpa vinaya mrp
ajaran yg tidak menunjukkan awal atau permulaan untuk dilaksanakan,
sedangkan Vinaya tanpa Dhamma mrp formalisme kosong yg sedikit manfaat.
Ada 4 kriteria Bhikkhu yg tidak dpt melakukan Apatti (Pelanggaran terhdp
peraturan dan mendapatkan hukuman) :
1. Gila (Tidak meiliki kesadaran dan pengendalian pikiran)
2. Menderita kesakitan yg amat sangat.
3. Pertama kali melakukan kamma buruk yg menyebabkan SB memberikan
peraturan
Perbedaan Ovada Patimoka dan Anna Patimokha :
Ovada Patimokha : Nasehat dlm bentuk syair yg disampaikan SB pada bulan
Magga yg isinya tertuang di Dhammapada XIV (Buddha Vagga) : 183-185.
Anna Patimokkha : peraturan dalam bhikkhu vibhanga yg terdiri dari 227 sila
dalam 8 kelompok yaitu 4 parajika, 13 sanghadisesa, 2 aniyata, 30 nissagiya
pacittiya, 92 pacittiya, 4 patidesaniya, 75 sekhiya, 8 adhikarana samatha.
Pengertian Sanghadisesa dan cara penyelesaiannya
Sanghadisesa : nama untuk sikkhapada yg jika dilanggar menyebabkan apatti.
Sikkhapada ini berjumlah 13 pasal bila dilanggar maka sangha berfungsi
sebagai penentuan dan memerintahkan Bhikkhu yang bersalah menjalankan
penebusan kesalahan (manatta) dan masa percobaan (parivasa) setelah itu
sangha memberi sanksi. Maka jika sanghadisesa dilanggar penyelesaiannya ada
dua cara :
a. Melakukan pengakuan didepan Bhikkhu sekurang-kurangnya 20 Bhikkhu
b. Melakukan manatta selama 6 hari/enam malam
Pengertian Aniyata dan aturan
Aniyata : sikkhapada yang kurang jelas dan sulit utk dipahami, krn
peraturan ini belum pasti dan masih membutuhkan penyelidikan lagi utk
menentukan terhdp apa pelanggaran yg dilakukan apakah tergolong pelanggaran
parajika/sanghadisesa. 2 pasal aniyata :
a. Seorang Bhikkhu bersama seorang wanita berada dalam ruangan tertutup dan
seorang upasaka yang taat dengan kata-katanya dipercaya melihat mereka
berdua dan mengatakan bahwa ia melakukan pelanggaran.
b. Seorang Bhikkhu bersama seorang wanita berada ditempat terbuka ttp tidak
terlihat dan seorang upasaka yg taat dg kata-katanya dipercaya melihat
mereka berdua dan mengatakan ia melakukan pelanggaran.
Pengertian Upatthakiriya dan 3 kelompok menurut vinaya abhisamacara :
Upatthakiriya : perilaku yang tidak baik yang bukan merupakan laku seorang
samana.
3 kelompok upatthakiriya :
a. Anacara : permainan dan tingkah laku salah
b. Papasamacara : tingkah laku yg hina dan rendah
c. Anesana : mata pencaharian yang tidak layak
Cara utk menjadi umat Buddha garavasa
Untuk menjadi umat buddha garavasa seseorang harus scr sadar menyatakan
berlindung pada Tiratana (Tisaranagamana). Pernyataan Tisaranagamana utk
menjadi garavasa dpt dilakukan dgn 2 cara :
a. Mengucapakan Tisarana sendiri tanpa disaksikan orang lain sewaktu
mengucapkan Tisaranagamana.
b. Mengucapakan Tisarana dengan minta seseorang Bhikhu/sangha sbg saksi
sewaktu mengucapkan Tisaranagamana.
Perbedaan Anagariya Vinaya dan Agaviya Vinaya :
Anagariya Vinaya : vinaya yang dilaksanakan oleh pabbajita baik
bhikkhu/bhikkhuni maupun samanera/samaneri. Bertujuan utk meningkatkan dan
memantapkan kehidupan spiritual guna melenyapkan ikatan-ikatan duniawi shg
terbebas dari samsara.
Agariya Vinaya : vinaya yang dilaksanakan oleh umat buddha garavasa.
Bertujuan utk membawa kebahagiaan duniawi, usia panjang, keindahan,
kebahagiaan dan kekuatan.
Hubungan antara Dhamma dengan Vinaya
Dhamma dan vinaya merupakan 2 hal yang tidak dpt dipisahkan, krn Dhamma
tanpa vinaya akan merupakan ajaran yang tidak menunjukkan awal utk
dilaksanakan dan sebaliknya Vinaya tanpa Dhamma akan merupakan formalitas
kosong yaitu disiplin yg hanya menghasilakan sedikit kemajuan.
Pengertian Appiccha bhikkhu :
Apphiccha Bhikkhu : Bhikkhu dg sedikit keinginan, yang merasa malu akan
kelalaian dan tingkah laku Bhikkhu lain yang tidak benar.
Cara SB merubah peraturan yang tidak sesuai lagi dg keadaan
Bila ada peraturan yang tidak sesuai dengan keadaan, SB tidak menggantinya
ttp menyempurnakannya dg melakukan penambahan. Peraturan semula disebut
mula pannat, sedangkan peraturan tambahan disebut ANU PANNATI.
Perbedaan Loka-Vajja dan Pannati-Vajja :
Loka-Vajja : Perbuatan yg dipandang, baik yg dilakukan oleh bhikkhu maupun
umat awam. Kesalahan ini timbul dari Akusla Citta, misalnya mencuri,
membunuh dll.
Pannati-vajja : Pelanggaran peraturan yg dirumuskan untuk latihan sila
bhikkhu. Peraturan ini bila dilanggar oleh umat awam bukan mrp Apati, tapi
bila dilanggar oleh bhikkhu mrp apatti, misalnya : seorang bhikkhu tidur
dikasur kapas. Bagi umat awam bukan pelanggaran tapi bagi bhikkhu mrp
pelanggaran.
Kondisi meraih kekayaan-kebahagiaan dlm kehidupan sekarang dan akan datang
:
1. Memiliki ketekunan, keseksamaan, sahabat yg baik, dan hidup yg selaras
dg penghasilan (Kehidupan sekarang).
2. Memiliki keyakinan, kesusilaan, kedermawanan dan kebijaksanaan
(Kehidupan yg akan datang).
EMPAT sebab AGOCARA (Tempat dimana bhikkhu tidak boleh didatangi dan berada
disana) :
1. Kemunduran dlm sila (Silavipatti)
2. Kemunduran dlm tingkah laku (Acaravipatti)
3. Kemunduran dlm pandangan (Ditthivipatti)
4. Kemunduran dlm mata pencaharian (Ajivavipatti)
Didalam Vinaya ditetapkan adanya 7 (tujuh) Apatti (pelanggaran) dg 1 (satu)
Adhikarana yg terdiri dari 7 (tujuh) peraturan untuk menyelesaikan masalah
dan pelanggaran yg terjadi dalam Sangha.Ke-7 Apatti tsb adalah :
A. PARAJIKA 4
1. Seorang Bhikkhu yg melakukan hubungan seks.
2. Seorang Bhikkhu yg telah mengambil sesuatu yg belum diberikan oleh
pemiliknya
3. Seorang Bhikkhu yg secara sengaja atau menganjurka kpd seseorang untuk
membunuh baik itu orang lain atau diri sendiri
4. Seorang Bhikkhu yg menyombongkan Uttarimanusadhamma (tingkatan pengembangan
bathin yg lebih tinggi daripada tingkat manusia biasa) yg sebenarnya belum
dicapainya.
B. SANGHADISESA 13
1. Seorang bhikkhu yg dg sengaja mengeluarkan air mani
2. Seorang Bhikkhu yg dg penuh nafsu menyentuh tubuh atau memegang tangan,
rambut, atau menyentuh anggota tubuh seorang wanita
3. Seorang bhikkhu yg dg penuh nafsu , mengucapkan kata-kata yg merayu dan
tidak sopan terhadap seorang wanita
4. Seorang Bhikkhu yg dg pikiran penuh nafsu, berbicara dihadapan seorang
wanita dg maksud untuk menggoda dan mengajaknya untuk berhubungan seks
5. Seorang Bhikkhu yg menjadi perantara perjodohan bagi seorang laki-laki
dg seorang perempuan
C. ANIYATA 2
1. Seorang Bhikkhu yg duduk bersama seorang wanita berdua saja di tempat yg
tertutup. Kemudian seorang umat biasa yg dipercaya melihat dan mengatakan
bahwa Bhikkhu tsb telah melakukan Parajika, Sanghadisesa dan pacittiya
serta Bhikkhu tsb, maka Bhikkhu tsb harus diperiksa sesuai dg kata umat tsb
2. Seorang Bhikkhu yg duduk bersama seorang wanita berdua saja di tempat yg
terpencil. Kemudian seorang umat biasa yg dipercaya melihat dan mengatakan
bahwa Bhikkhu tsb telah melakukan Parajika, Sanghadisesa dan pacittiya
serta Bhikkhu tsb, maka Bhikkhu tsb harus diperiksa sesuai dg kata-kata
umat tsb, maka ia telah melakukan pelanggaran Aniyata.
Ket : Pelanggaran Aniyata mrp pelanggaran yg belum pasti; apakah itu
termasuk Parajika, Sanghadisesa, dan Pacittiya. Sehingga masih memerlukan
pemeriksaan yg lebih intensif untuk membuktikannya melalui Sanghakamma.
D. NISSAGGIYA-PACITTIYA 30
Peraturan Nissagiya Pacittiya 30 digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok yg
masing-masing kelompok terdiri dari 10 (sepuluh) peraturan (sila) menurut
kategori yg bersangkutan yaitu :
a. Civara /jubah (Civara Vagga)
1. Seorang Bhikkhu hanya boleh menyimpan jubah ekstra paling lama 10 hari.
Jika ia menyimpannya lebih dari 10 hari.
2. Apabila seorang Bhikkhu terpisah dari civaranya meskipun hanya satu
malam tanpa persetujuan Sangha.
b. Sutra (Kosiya Vagga).
1. Apabila seorang Bhikkhu menerima permadani (Nisidana/ Santhata) yg
terbuat dari Wool yg dicampur dg Sutra
2. Apabila seorang Bhikkhu menerima permadani (Nisidana/ Santhata) yg
terbuat dari Wol yg kesemuanya berwarna hitam.
c. Mangkuk (Patta Vagga)
1. Seorang Bhikkhu hanya dpt menyimpan mangkuk ekstra paling lama sepuluh
hari, bila lebih.
2. Apabila seorang Bhikkhu mengganti mangkuknya yg kurang dari lima
tambalan dg mangkuk yg baru dan kurang dari sepuluh jari.
Ket : Pada dasarnya penetapan peraturan atau pelanggaran Nissagiya
Pacittiya adalah diberikan untuk mengikis habis keserakahan dan mrp
pelanggaran yg ringan dibandingkan Parajika Apatti dan Sanghadisesa Apatti.
Untuk penyelesaiannya, Bagi pelanggar harus mengakui nya dihadapan seorang,
sekelompok, atau seluruh Bhikkhu Sangha dan barang penyebab pelanggaran tsb
harus disita, terkecuali untuk nomor 4.2.8, 4.2.9 dan 4.2.8 harus diakui
didepan sidang Saégha.
E. PACITTIYA (SUDDHIKA) 92
1. Kelompok pertama mengenai perkataan yg tidak benar (Musavadavagga).
Kelompok atau bagian ini terdiri dari sepuluh peraturan (vinaya/sila)
misalnya tentang berbohong (1), berbicara kasar (2), dll.
2. Kelompok kedua mengenai tumbuh-tumbuhan (Bhutagavagga). Kelompok kedua
terdiri dari sepuluh peraturan (vinaya/sila) yg seluruhnya berhubungan dg
tumbuhan (1), perabotan (4,5 dan 8) dan tempat tinggal (6,7 dan 9). Misal:
tentang perusakan tanaman (1), penyebab kerusakan perabot milik sangha (4
& 5)
Ket : peraturan Pacittiya (Suddhika) mrp peraturan yg ringan dan jika
terjadi pelanggaran, maka si pelanggar harus mengakuinya didepan seorang
Bhikkhu.
F. PATIDESANIYA 4
1. Apabila seorang Bhikkhu menerima secara langsung dg tangannya sendiri
makanan yg diberikan oleh seorang Bhikkhuni yg tidak mempunyai huungan
kekeluargaan dengannya, maka ia telah melakukan pelanggaran peraturan
Patidesaniya.
2. Apabila sekelompok Bhikkhu sedang makan makanan disuatu tempat dimana
mereka diundang, kemudian seorang Bhikkhuni muncul dan memerintahkan mereka
untuk memindahkan makanan ketempa lain, maka ia harus memerintahkan
Bhikkhuni tsb untuk menghentikan tindakan tsb, bila mereka tak
melakukannya, maka ia telah melanggar peraturan Patidesaniya.
3. Apabila seorang Bhikkhu yg tidak sakit dan juga tidak diundang menerima
makanan dari satu keluarga yg dianggap oleh Sangha sbg SEKHA (telah
mencapai tingkat kesucian tertentu/Ariya), tapi masih dibawah latihan dan
makan makanan yg diberikan, maka, ia telah melakukan melanggar peraturan
Patidesaniya.
4. Apabila seorang Bhikkhu tinggal disuatu hutan lebat dan ia tidak sakit
serta ia tidak menerima makanan dengantangannya sendiri dari seorang Dayaka
dan memakannya tanpa memberitahukan bahwa ia akan datang, selain itu dayaka
tsb tidak mengetahui terlebih dahulu keadaan tempatnya, maka ia telah
melakukan pelanggaran peraturan Patidesaniya.
Ket : Peraturan Patidesaniya mrp bagian dari peraturan Vinaya yg
berhubungan dg perilaku Bhikkhu dalam menerima dan memakan dana makanan yg
diberikan kepadanya. Bagi Bhikkhu yg melanggar peraturan ini ketika
mengakui pelanggarannya, harus menggunakan rumusan khusus yg menyatakan
sifat kesalahannya.
G. SEKHIYAVATTA 75
Sekhiyavatta mrp peraturan latihan yg harus dilaksanakan oleh para Bhikkhu
maupun Samanera untuk melatih diri. Sekkhiyavatta terdiri dari empat
kelompok yg masing-masing kelompok memuat tentang berbagai peraturan yg
saling berhubungan.
1. Kelompok pertama mengenai sikap dan tingkah laku sehari-hari
(Saruppakaraniya 26). Misal : mengenai pemakaian jubah (1,2,3,4),
pengendalian diri waktu berada ditempat umum.
2. Kelompok kedua mengenai peraturan makan makanan (Bhojanapatisamyutta
karaniya 30). Peraturan ini memuat tentang bagaimana cara kita dalam
menghadapi makanan. Misalnya : bagaimana kita berpindapatta/menerima
makanan (1,2,3,4,), bagaimana cara kita makan yg baik (5-28), dan bagaimana
sikap seorang samana setelah selesai makan (29-30).
3. Kelompok ketiga mengenai cara mengajar Dhamma (Dhammadesanapatisamyutta
karaniya 16). Bagian ini mencakup bagaimana sikap seorang Samana yg baik
dalam latihan untuk mengajarkan Dhamma kpd orang lain. Misalnya : tidak
akan mengajar Dhamma kpd orang sehat yg memegang pisau, tongkat, payung,
dan lain sebagainya.
4. Kelompok keempat mengenai Aneka peraturan (Pakinnaka karaniya-3) bagian
ini berkenaan dg cara yg tidak pantas dalam membuang hajat (baik air kecil
maupun air besar) dan meludah.
Ketujuh peraturan tsb diatas meliputi 220 Sila ditambah dg 7 Adhikarana
Samatha, sehingga semua berjumlah 227 peraturan.
H. ADHIKARANA SAMATHA 7
Adhikarana Samatha adalah sidang Sangha yg harus dihadiri
sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang Bhikkhu, untuk mengadil, memutuskan
kesalahan/pelanggaran yg telah dilakukan oleh seorang Bhikkhu atau dg
pengumuman resmi oleh Sangha serta untuk menyelasaikan berbagai masalah yg
terjadi didalam tubuh Sangha. Adapun kasus tsb tercakup dalam empat jenis
kasus yaitu :
1) Vivadadhikarana yaitu perselisihan tentang apa yg Dhamma, apa yg bukan
Dhamma, apa yg Vinaya, apa yg bukan Vinaya;apa yg dikatakan SB; apa yg
tidak dikatakan oleh SB, serta apa yg mrp pelenggaran dan apa yg bukan
pelanggaran.
2) Anuvadadhikarana yaitu mengenai tuduhan dan perselisihan yg diakibatkan
sehubungan dg keluhuran, praktek, pandangan dan cara hidup seorang Bhikkhu.
3) Apattadikarana yaitu ttg pelanggaran terhadap peraturan apapun.
4) Kiccadhikarana yaitu mengenai pertemuan formal atau keputusan yg dibuat
oleh Sangha.
Sedangkan metode penyelesaiannya (Adhikarana Samatha) terdiri dari 7
(tujuh) metode atau cara yaitu :
1. Sammukkha Vinaya : Penyelesaian Adhikarana tsb dilakukan dihadapan
Sangha, seseorang, dihadapan benda yg bersangkutan, dan dihadapan Dhamma.
2. Sati Vinaya: Pembacaan pengumuman resmi oleh Sangha bahwa seseorang yg
telah mencapai Arahat, adalah orang yg penuh kesadaran, agar tak seorangpun
menuduhnya telah melakukan Apatti.
3. Amulha Vinaya: Pembacaan pengumuman secara resmi oleh Sangha bagi
seorang Bhikkhu yg telah sembuh dari sakit jiwa agar tidak seorangpun
menuduhnya melakukan Apatti yg mungkin ia lakukan ketika ia masih sakit
jiwa.
4. Patinnata Karana: Penyelesaian suatu Apatti sesuai dg pengakuan yg diberikanoleh
si tertuduh yg mengakui secara jujur apa yg telah dilakukannya.
5. Yebhuyyasika Kamma: Keputusan dibuat sesuai suara terbanyak (Voting).
6. Tassapapuiyasika Kamma: Pemberian hukuman kpd orang yg melakukan
kesalahan.
7. Tinnavattharaka Kamma: Pelaksanaan perdamaian antara dua pihak yg saling
berselisih tanpa dilakukan penyelidikan tentang perselisihan yg terjadi.
Jadi, secara ringkas seorang Bhikkhu harus mematuhi Bhikkhu-sila yaitu
empat macam kesucian moral Seorang Bhikkhu (Cattu Parisudhi Sila) yg
terdiri dari :
1. Patimokkhasamvara sila : moralitas yg terdiri dari menahan diri
berkenaan dg tata tertib Bhikkhu yg berjumlah 227 sila Patimokkha.
2. Indriyasamvara sila : moralitas yg terdiri atas menahan diri dalam
indriya.
3. Ajiva-parisuddhi-sila : moralitas yg terdiri atas kesucian penghidupan.
4. Paccaya-sannisita-sila : moralitas yg berkenaan dg empat macam kebutuhan
pokok Bhikkhu
Dari hal tsb SB juga mengatakan bahwa ada 4 jenis Bhikkhu didunia ini
(Cunda Sutta, Sutta Nipata) yaitu :
a) Maggajina : Penakluk jalan = yaitu SB.
b) Maggadesaka : Guru dari Sang Jalan.
c) Maggajiva : yg hidup pada jalan.
d) Maggadusaka : yg mengotori jalan (orang yg berpura-pura menjadi Bhikkhu
yg menyalahtafsirkan ajaran dan berbuat bertentangan dg jalan.
|
|
Aug 6,
'08 4:57 AM
for everyone
|
STRATEGI
PEMBELAJARAN
Hakikat
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada
berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang
akan dihadapinya.
Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari
a. rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
b. analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan,
dan
c. jenis materi pelajaran yang akan dikomunikasikan.
A. Kozma dalam Gafur (1989)
Secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau
bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu.
B. Gerlach dan Ely (1980)
Menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih
untuk menyampaikan mated pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran
dimaksud
meliputi sifat, lingkup dan urutan .kegiatan pembelajaran yang dapat
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan
oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan
memudahkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat
dikuasainya diakhir kegiatan belajar.
Hubungan antara strategi, tujuan dan metode pembelajaran
Strategi pembelajaran yang akan dipilih dan digunakan oleh guru bertitik
tolak dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan di awal. Agar
diperoleh tahapan kegiatan pembelajaran yang berdaya dan berhasil guna,
maka guru harus mampu menentukan strategi pembelajaran apa yang akan
digunakan. Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah suatu rencana untuk
mencapai tujuan.
Perbedaan antara Strategi, Metode dan Teknik
Istilah strategi, metode atau teknik sering digunakan secara bergantian,
walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki perbe-daan satu
dengan yang lain.
Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode
pembelajaran. Teknik adalah jalan atau alat atau media yang digunakan oleh
guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin
dicapai (Geriach dan Ely, 1980).
Metode Pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru yang
dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Tetapi di dalam pelaksanaan sesungguhnya, metode dan teknik
memiliki perbedaan. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural yaitu
berisi tahapan-tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang
digunakan, yang bersifat implementatif.
Komponen strategi pembelajaran
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara
keseluruhan memegang peranan penting.
2. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan paling
penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah
satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya kegiatan
pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar
maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah
urutan, ruang lingkup danjenis materi.
a) Urutan penyampaian
b) Ruang lingkup materi yang disampaikan
c) Materi yang akan disampaikan
Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara jenis materi yang
berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan
(langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu) dan sikap
(berisi pendapat ide, saran atau tanggapan) (Kemp, 1977). Merril (1977,
h.37) membedakan isi pelajaran menjadi 4 jenis yaitu fakta, konsep,
prosedur dan prinsip.
3. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat
dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active
Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih
berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan
secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah
ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, h 108). Terdapat beberapa hal penting
yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu:
a. Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi
informasi tentang suatu pengetahuan,
sikap atau keterampiian tertentu.
b. Umpan Balik
Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil
belajarnya, maka , guru memberikan umpan batik (feedback) terhadap hasil
belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta
didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang
telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada
sesuatu yang perlu diperbaiki.
4. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui
(a) apakah tujan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan
(b) apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki
oleh peserta didik atau belum.
5. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan
yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru.
Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat
peserta didik yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata :
a. hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan
yang diharapkan dapat dicapai
b. Peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai
konsekuensi dari hasil belajar yang
bervariasi tersebut.
Kriteria pemelihan strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam memilih
strategi pembelajaran, yaitu:
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
2. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan
dapat dimiliki saat bekerja nanti
(dihubungkan dengan dunia kerja).
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan
pada indera peserta didik.
Gerlach dan Ely (1990, him 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi
pembelajaran yang akan digambarkan melalui bagan berikut ini: pemilihan
strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas,
dan keterlibatan peserta didik.
1. Efisiensi
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang
mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
2. Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapajauh
tujuan pembe¬lajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat
bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi
strategi yang efektif.
3. Keterlibatan Peserta Didik
Pada dasamya keteriibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada umumnya dapat
memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan
strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori.
Pendekatan Inovatif dalam Strategi Pembelajaran
Dalam pembelajaran modern sekarang ini yang lebih dipentingkan adalah
bagaimana mengaktifkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran
secara mandiri, yaitu melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada
penemuan (discovery) dan pencarian (inquiry).
Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan ini memiliki dampak positif
sebagaimana yang dikemukakan oleh Jerome Bruner dalam Hasibuan dan Moejiono
(1993) yang mengemukakan bahwa pencarian (inquiry) mengandung makna sebagai
berikut:
1.Dapat membangkitkan potensi intelektual siswa karena seseorang hanya
dapat belajar dan mengembangkan pikirannya jika ia menggunakan potensi
intelektuainya untuk berpikir.
2. Peserta didik yang semula memperoleh extrinsic reward dalam keberhasilan
belajar (seperti mendapat nilai baik dari pengajar), dalam pendekatan
inkuiri ini dapat memperoleh intrinsic reward. Diyakini bahwa jika seorang
peserta didik berhasil mengadakan kegiatan mencari sendiri (mengadakan
penelitian), maka is akan memperoleh kepuasan untuk dirinya sendiri.
3. Peserta didik dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau
informasi) dari penemuan (discovery),
artinya bahwa cara untuk mempelajari teknik penemuan ialah dengan
jalan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengadakan penelitian sendiri.
4. Dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada
diri peserta didik.
Cara belajar siswa aktif (cbsa)
Tujuannya adalah memperoleh hasil belajar yang berbentuk perpaduan antara
aspek kognitif, afektif dan psikomotori (Raka Joni, dalam Tachir, 1988, hal
37-38)
Berikut akan dijelaskan ciri/kadar Cara Belajar Siswa Aktif, dalam proses
belajar dan sebagai hasil belajar.
CBSA sebagai proses belajar:
1. Siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya bahkan dalam
membuat kesimpulan.
2. Adanya interaksi aktif secara instruktur dengan siswa.
3. Adanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil kerjanya sendiri.
4. Adanya pemanfaatan sumber belajar secara optimal.
CBSA sebagai hasil belajar :
1. Siswa dapat mentransfer kemampuannya kembali (kognitif, afektif clan
psikomotorik ).
2. Adanya tindak lanjut berupa keinginan mencari bahan yang telah clan akan
dipelajan.
3. Tercapainya tujuan belajar minimal 80%.
Prinsip-prinsip cbsa
1.Mendesain pengajaran yang dapat membuat siswa aktif sepenuhnya dalam
proses belajar.
2.Membebaskan siswa dari ketergantungan yang berlebihan pada guru. Hal ini
akan berakibat sebagai berikut:
a. Siswa akan terbiasa belajar teratur walaupun tidak ada
ulangan/ujian.
b. Siswa mahir/memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada.
c. Siswa terbiasa melakukan sendiri kegiatan belajar baik di laboratorium,
bengkel dan lam-lain.
d. Siswa mengerti bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar.
3. Menilai hasil belajar dengan cara berikut, yaitu bahwa setiap hasil
pengajaran sarat dengan berbagai macam kegiatan belajar, maka prestasi
murid yang tergambar pada kegiatan belajar itu perlu diadakan penilaian
dengan ujian lisan, ujian tertulis, tes buku terbuka, tes yang dikerjakan
dirumah dan lain-lainnya.
Prinsip-Prinsip Belajar Dalam CBSA
1. Stimulus belajar
Stimulus hendaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi atau
pesan yang hendak disampaikan oleh guru kepada siswa.
2. Perhatian dan motivasi
Stimulus belajar yang diberikan oleh guru bukan berarti perhatian
dan motivasi dari siswa tidak diperlukan lagi.
3. Respon yang dipelajari
Respon siswa terhadap stimulus guru dapat berupa perhatian, proses
internal terhadap informasi, ataupun tihdakan nyata dalam bentuk
partisipasi dan minat siswa saat mengikuti kegiatan belajar.
4. Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti perasaan kepuasan terhadap
kebutuhan siswa cenderung untuk diulang kembali. Sumber penguat belajar
untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Dari
luar seperti nilai, ganjaran, hadiah dan lain-lain dari dalam diri bisa
terjadi apabila respon yang dilakukan oleh siswa betul-betui memuaskan
dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
5. Pemakaian dan pemindahan
Dalam penyimpanan informasi (yang jumlahnya tidak terbatas) penting
sekali dilakukan pengaturan dalam penempatan informasi sehingga dapat
digunakan apabila diperlukan kembali. Pengingatan kembali atau informasi
yang telah diperoleh cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasti
serupa.
Prinsip-prinsip CBSA dalam Dimensi Program Pembelajaran
Prinsip-prinsip yang perlu ada pada dimensi program pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1. Penentuan tujuan dan isi pelajaran
Prinsip ini menuntut agar dalam mengembangkan program pembelajaran
hendaknya dilakukan penyesuaian antara tujuan dari isi pembelajaran dengan
karakteristik siswa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan, minat dan kemampuan
siswa.
2. Pengembangan konsep dan aktivitas siswa.
Prinsip ini mempersyaratkan agar program mampu menyajikan alternatif
kegiatan yang mengarah pada pengembangan konsep aktifitas belajar siswa.
3. Pemilihan dan penggunaan berbagai metode clan media
Prinsip ini menuntut agar guru mampu memilih dan sekaligus mampu
menggunakan berbagai strategi dan metode belajar-mengajar, sehingga dapat
menciptakan kondisi belajar yang dapat membelajarkan siswa secara aktifdan
penuh makna.
4. Penentuan metode dan media
Prinsip ini mempersyaratkan agar dalam program pembelajaran diberikan
altematif metode dan media yang dapat dipilih secara luwes, maksudnya
pengembangan program hendaknya mampu memilih metode atau media sebagai
alternatif memilih kesetaraan.
Prinsip CBSA Pada Dimensi Situasi Belajar Mengajar
1. Komunikasi yang bersahabat antara guru dan siswa.
2. Kegairahan dan kegembiraan dalam belajar.
Berikut ini akan diuraikan salah satu pendekatan yang berciri khas CBSA,
yaitu pendekatan keterampilan proses, pengembangan keterampilan
intelektual, sosial dan fisik yang bersumber pada kemampuan peserta didik.
Banyak keaktifan siswa yang sangat sulit untuk diamati, seperti kemampuan
berpikir untuk memecahkan masalah baru adalah merupakan keaktifan siswa
yang tidak dapat diamati sebagai suatu bentuk keaktifan. Mungkin siswa-yang
bersangkutan hanya diam bahkan kelihatannya mengantuk padahal dia sedang
me.ngarahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah. Guru
baru dapat mengamatinya apabila siswa itu telah bertindak.
Dengan perkataan lain, keaktifan dalam rangka CBSA menunjuk kepada
keaktifan mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dipersyaratka
keterlibatan langsung berbagai bentuk keaktifan fisik.
Pendekatan Keterampilan Proses
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana kelas sedemikian rupa agar
terjadi interaksi belajar-mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. CBSA akan berjalan sebagaimana
diharapkan apabila dalam prakteknya CBSA mampu mengembangkan keterampilan
memproses perolehan.
Jadi apabila keterampilan proses dikaitkan dengan CBSA, maka akan tampak
keduanya mempunyai ciri sebagai berikut;
• menekankan pentingnya keberartian belajar untuk mencapai hasil belajar
yang memadai;
• menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam proses belajar.
• tenekankan bahwa belajar adalah proses dua arah yang menekankan hasil
belajar secara tuntas.
Mengapa keterampilan proses diperlukan?
Dalam proses belajar-mengajar, pengembangan konsep harus dipadukan dengan
pengem¬bangan nilai dalam diri anak didik. Tujuannya adalah menghasilkan
manusia yang ahli sekaligus manusiawi. Artinya, lulusan yang diharapkan
mempunyai pengetahuan yang luas, manusiawi dan keduanya menyatu dalam pribadi
yang serasi, selaras dan seimbang.
Kemampuan Dasar yang Perlu Dikembangkan
a. Mengamati (observasi)
Siswa diajak belajar mengenal fenomena alam yang ada di sekitar kita dengan
seksama menggunakan alat indera.
b. Menghitung
Kemampuan dasar menghitung perlu dikembangkan sedini mungkin pada siswa,
yaitu melalui pelajaran matematika.
c. Mengukur.
Keterampilan dasar mengukur berfungsi sebagai pembanding melalui hal-hal
yang berkaitan dengan-konsep luas, cepat, tinggi-rendah, volume, berat dan
panjang.
d. Mengklasifikasi.
Kemampuan mengklasifikasi adalah kemampuan atau keterampilan
menggolong-golongkan sesuatu menurut ciri-ciri khusus, tujuan atau
kepentingan tertentu, dan kemudian mengelompokkannya ke dalam bentuk, zat
dan fungsinya. agaimana mengklasifikasikanjenis burung.
e. Menarik hubungan antara ruang dan waktu.
Hubungan ruang dan waktu adalah mencocokkan benda-benda sesuai dengan
fungsinya, menggambarkan arah dan jarak, dan membuat urut-urutan kejadian
dari suatu gerakan benda.
f. Merumuskan hipotesis
Merumuskan hipotesis merupakan keterampilan membuat perkiraan (prediksi)
berdasarkan alasan logis atas suatu kejadian (fenomena) atau
pengamatan.
g. Merencanakan penelitian atau melakukan eksperimen .
Merencanakan penelitian atau melakukan eksperimen adalah menguji atau
mengetes gagasan-gagasan melalui penyelidikan praktis dalam rangka menguji
hipotesis.
i. Mengendalikan variabel
Dalam setiap penelitian sering dijumpai faktor-faktor yang berpengaruh yang
selalu harus dikontrol.
j. Menafsirkan data
Keterampilan menafsirkan atau menginterpretasikan data sangat penting dalam
merumuskan manfaat selanjutnya.
k. Membuat kesimpulan sementara (inferensi)
Inferensi adalah keterampilan untuk memberikari kata sepakat yang sifatnya
sementara. Kesimpulan dibuat berdasarkan informasi yang diperoleh dan
berlaku sampai batas waktu tertentu.
l. Membuat prediksi (prakiraan)
Keterampilan ini dibutuhkan untuk menggunakan hasil belajar ke dalam
situasi yang baru. Keterampilan ini dapat juga digunakan untuk memecahkan masalah
dan menjelaskan suatu informasi atau peristiwa baru.
m. Menerapkan (aplikasi) .. .
Keterampilan ini adalah kemampuan untuk mengimplementasikan hasil belajar
kedalam situasi yang baru.
n. Mengkomunikasikan
Menkomunikasikan adalah cara untuk menyampaikan hasil penemuan pada orang
lain. Cara mengkomunikasikan tersebut dapat dilakukan secara lisan maupun
tulisan.
Sebagai kesimpulan, diyakini bahwa berbagai strategi pembelajaran yang
digunakan oleh pengajar pada dasarnya diarahkan agar terjadi proses belajar
mandiri dalam diri siswa. Narnun perlu diingat bahwa pendekatan yang baik
belum tentu menghasilkan pembelajaran yang baik pula. Karena itu faktor
pengajar sebagai manager dari suatu kegiatan pembelajaran di kelas sangat
menentukan keberhasilan proses pembelajaran tersebut.
MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN
I.Pendekatan Pembelajaran Pemrosesan Informasi
Ada beberapa model yang termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran
pemrosesan informasi, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Model Berpikir Induktif, tokohnya adalah Hilda Taba;
2. Model Inquiry Training, tokohnya adalah Richard Suchman;
3. Model Scientific Inquiry, tokohnya adalah Joseph J. Schwab;
4. Model Perolehan Konsep, tokohnya adalah Jerome Brunner;
5.Model Pertumbuhan Kognitif tokohnya adalah Piaget, Freud, Irving Siel dan
Kohlberg;
6. Model Advance Organizer, tokohnya adalah David Ausubel dan
7. Model Memory, tokohnya antara lain Harry Lorayne dan Jerry Lucas.
A. MODEL PEMBELAJARAN PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) ORIENTASI MODEL
Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karya Jerome Brunner,
Jacqueline Goodnow dan George Austin. Brunner, Goodnow dan Austin yakin
bahwa lingkungan sekitar manusia beragam, dan sebagai manusia kita hams
mampu membedakan, mengkategorikan dan menamakan semua itu. Kemampuan
manusia dalam membedakan, mengelompokkan dan menama-kan sesuatu inilah yang
menyebabkan munculnya sebuah konsep.
Pendekatan pembelajaran perolehan konsep adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep
tertentu. Pendekatan pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua umur,
dari anak-anak sampai orang dewasa. Untuk taman kanak-kanak, tentunya,
pendekatan ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep yang sederhana.
Misalnya konsep binatang, tumbuhan, dan lain-lain. Pendekatan ini, lebih
tepat digunakan ketika penekanan pembelajaran lebih dititikberatkan pada
mengenalkan konsep baru, melatih kemampuan berpikir induktif dan melatih
berpikir analisis.
a. Prosedur Pembelajaran
Suatu konsep diperoleh melalui tiga tahap yaitu:
• Pertama adalah tahap kategorisasi, yaitu upaya mengkategorikan sesuatu
yang sama atau tidak sesuai dengan konsep yang diperoleh.
• Masuk ketahap selanjutnya, setelah kategori yang tidak sesuai
disingkirkan, dan kategori-kategori yang sesuai digabungkan sehingga
membentuk suatu konsep (concept formation). Setelah itu, suatu konsep
tertentu baru dapat disimpulkan.
• Tahap terakhir inilah yang dimaksud dengan perolehan konsep.
Melalui model ini, perolehan konsep didasarkan pada kondisi reseptif siswa
dan sifatnya lebih langsung. Artinya guru lebih banyak memimpin.
Model ini terdiri dari tiga tahapan mengajar.
Pertama, guru menyajikan data kepada siswa.
Tahap kedua, siswa menguji perolehan konsep mereka.
Tahap ketiga, mengajak siswa untuk menganalisis/mendiskusikan strategi
sampai mereka dapat memperoleh konsep tersebut.
b. Aplikasi
Model pembelajaran ini sangat sesuai digunakan untuk pembelajaran yang
menekankan pada perolehan suatu konsep baru atau untuk mengajar cara
berpikir induktif kepada siswa. Model ini juga relevan diterapkan untuk
semua umur dan semua tingkatan kelas. Bagi anak-anak, konsep dan contohnya
harus lebih sederhana dibandingkan untuk anak tingkatan kelas yang lebih
tinggi. Terakhir, model ini juga dapat merupakan alat evaluasi yang efektif
bagi guru untuk mengukur apakah ide-ide atau konsep-konsep penting yang
baru saja diajarkan telah dikuasai oleh siswa atau tidak.
B. MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF
A. Orientasi Model
Model pembelajaran ini merupakan karya besar Hilda Taba. Suatu strategi
mengajar yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengolah informasi.
Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir dapat diajarkan;.
2. Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data.
Artinya, dalam seting kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa
untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu. Dalam seting tersebut, mana
siswa belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu sistem konsep, yaitu
(a) saling menghubung-hubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta
membuat kesimpulan berdasarkan hubungan-hubungan tersebut, (b) menarik
kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka
membangun hipotesis, dan (c) memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena
tertentu. Guru, dalam hat ini, dapat membantu proses internalisasi dan
konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut;
3.Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful).
Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat
tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa
dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini memerlukan strategi
mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut.
B. Prosedur Pembelajaran
Postulat yang diajukan Taba di atas menyatakan bahwa keterampilan berpikir
harus diajarkan dengan menggunakan strategi khusus. Menurutnya, berpikir
induktif melibatkan tiga tahapan dan karenanya ia mengembangkan tiga
strategi cara mengajarkannya. Strategi pertama adalah pembentukan konsep
(concept formation) sebagai strategi dasar, kediia, interpretasi data (data
interpretation) dan ketiga adalah penerapan prinsip (application of
principles).
v Strategi 1: Pembentukan Konsep
Tahapan pertama ini terdiri dari tiga langkah yaitu
1. mengidentifikasi data yang relevan dengan permasalahan,
2. mengelompokkan data atas dasar kesamaan karakteristik dan
3. membuat kategori serta memben label, pada kelompok-kelompok data yang
memiliki kesamaan karakteristik.
v Strategi 2: Interpretasi Data
Strategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi
dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan
konsep), cara ini dapat , dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tertentu.
v Strategi 3: Penerapan Prinsip
Strategi 3 merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah
siswa dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan
data, selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu
ke dalam suatu situasi permasalahan yang berbeda.. Atau siswa diharapkan
dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena baru.
C. Aplikasi
Model pembelajaran. ini ditujukan untuk membangun mental kognitif.
Karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Namun
demikian, strategi ini .sangat membutuhkan banyak informasi yang harus
digali oleh siswa. Kelebihan. lain dari model ini, walaupun sangat sesuai
untuk “social study” tapi juga dapat digunakan untuk semua mata pelajaran,
seperti sains, bahasa dan lain-lain. Satu hal lagi yang tak kalah penting,
model ini juga secara tidak langsung dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif.
C. MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
A. Orientasi Model
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama
Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh
rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Suchman untuk mendukung teori yang
mendasari model pembelajaran ini:
1. Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu
akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya;
2. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan
akan belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya tersebut;
3. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan
ditambahkan/digabungkan dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa;
4. Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan
berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa
bersifat tentatif dan belajar menghargai penjelasan atau solusi altematif.
B. Prosedur Pembelajaran
Tujuan utama dari model ini adalah membuat siswa menjalani suatu proses
tentang bagaimana pengetahuan diciptakan. Untuk mencapai tujuan ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu (masalah) yang misterius, belum diketahui, tetapi
menarik. Namun, perlu diingat bahwa masalah, tersebut harus didasarkan pada
suatu gagasan yang memang dapat ditemukan (discoverable ideas), bukan
mengada-ada.
C. Aplikasi
Awalnya model pembelajaran ini digunakan untuk mengajarkan ilmu-ilmu
pengetahuan alam, tapi dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Model
ini sangat penting untuk mengem-bangkan nilai dan sikap yang sangat
dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah, seperti
1.keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian data
termasuk merumuskan dan menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena,
2. kemandirian belajar,
3.keterampilan mengekspresikan
secara verbal,
4. kemampuan berpikir logis, dan
5. kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif.
II Pendekatan Pembelajaran Individu
A. MODEL PEMBELAJARAN PENGAJARAN TIDAK LANGSUNG (NON-DIREC¬TIVE
TEACHING)
A. Orientasi Model
Sebelumnya perlu disampaikan disini bahwa yang dimaksud dengan non-direktif
adalah TANPA MENGGURUI. Model pengajaran non-direktif merupakan hasil karya
Carl Roger dan tokoh lain pengembang konseling non-direktif.
Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator. Karena
itu guru hendaknya mempunyai hubungan pribadi yang positif dengan siswanya,
yaitu sebagai pembimbing bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam
menjalankan perannya ini, guru membantu siswa menggali ide/gagasan tentang
kehidupannya, lingkungan sekolahnya dan hubungannya dengan orang-orang
lain.
B. Prosedur Pembelajaran
Teknik utama dalam mengaplikasikan model pembelajaran pengajaran tidak
langsung adalah apa yang diistilahkan oleh Roger sebagai Non-directive
Interview atau wawancara tanpa menggurui, yaitu wawancara tatap muka antara
guru dan siswa. Selama wawancara, guru berperan sebagai kolaborator dalam
proses penggalian jati diri dan pemecahan masalah siswa. Inilah yang
dimaksud dengan tanpa menggurui non-directive.
Kunci utama keberhasilan dalam menerapkan model ini adalah kemitraan antara
guru dan siswa. Menurut Rogers, iklim wawancara yang dilakukan oleh guru
harus memenuhi empat syarat yaitu:
(1) guru harus mampu menunjukkan kehangatan dan tanggap atas masalah yang
dihadapi siswa dan memperlakukannya sebagaimana layaknya manusia,
(2) guru harus mampu membuat siswa dapat mengekspresikan perasaanya tanpa
tekanan dengan cara tidak memberikan penilaian (mencap salah atau mencap
buruk),
(3) siswa harus bebas mengekspresikan secara simbolis perasaanya, dan
(4) proses konseling (wawancara)
harus bebas dari tekanan;
Secara umum, sebagaimana halnya model pembelajaran lain, model pembelajaran
ini juga memiliki tahapan-tahapan.
C. Aplikasi
Model Pembelajaran Pengajaran Tidak Langsung (tanpa menggurui) bisa
digunakan untuk berbagai situasi masalah, baik masalah pribadi, sosial dan
akademik. Dalam masalah pribadi, siswa menggali perasaannya tentang
dirinya. Dalam masalah sosial, ia menggali perasaannya tentang hubungannya
dengan orang lain dan menggali bagaimana perasaan tentang dirinya tersebut
berpengaruh terhadap orang lain. Dalam masalah akademik, ia menggali
perasaannya tentang kompetensi dan minatnya. Dari semua kasus di atas,
esensi atau muatan wawancara hams bersifat personal, bukan eksternal.
Artinya harus datang dari perasaan, pengalaman, pemahaman dan solusi yang
dipilihnya sendiri. Inilah inti dari istilah Tidak Menggurui
(Non-Directive) yang dimaksud oleh Rogers.
B. MODEL PEMBELAJARAN PELATIHAN KESADARAN (AWARENESS TRAINING)
A. Orientasi Model
Model ini mempakan suatu model pembelajaran yang ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran manusia. Model ini dikembangkan oleh Milliam Schutz.
la menekankan pentingnya pelatihan interpersonal sebagai sarana peningkatan
kesadaran pribadi (pemahaman diri individu).
Mengapa demikian? Karena ia percaya bahwa ada empat tipe perkembangan yang
dibutuhkan untuk merealisasikan potensi individu secara utuh, yaitu:
(1) fungsi tubuh,
(2) fungsi personal, termasuk di dalamnya akuisisi pengetahuan dan
pengalaman, kemampuan berpikir logis dan kreatif dan integrasi
intelektual,
(3) perkembangan interpersonal dan
(4) hubungan individu dengan institusi-institusi sosial, organisasi sosial
dan budaya masyarakat.
B. Prosedur Pembelajaran
Kunci utama prosedur pembelajaran model ini didasarkan atas teori encounter.
Teori ini menjelaskan metode untuk meningkatkan kesadaran hubungan
antar-manusia yang didasarkan atas keterbukaan, kejujuran, kesadaran diri,
tanggung jawab, perhatian terhadap perasaan diri sendiri atau orang lain,
dan berorientasi pada kondisi saat ini.
C. Aplikasi
Sampai saat ini, masih sangat sedikit sekolah atau guru yang menerapkan
model ini. Permainan-permainan sederhana dapat dilakukan untuk keperiuan
ini. Model ini juga dapat dilakukan sebagai selingan yang tidak memakan
waktu terlalu banyak. Dalam pelaksanaan diskusi, keterbukaan dan kejujuran
menjadi sangat penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ini dapat
meningkatkan perkembangan emosi.
C. MODEL PEMBELAJARAN PERTEMUAN KELAS
A. Orientasi Model
Model ini diciptakan berdasarkan terapi realitas yang dipelopori oleh
William Glasser. Glasser percaya bahwa permasalahan manusia kebanyakan
disebabkan oleh kegagalan memfungsikan diri dalam lingkungan sosialnya
(kegagalan fungsi sosial). Ia percaya bahwa setiap manusia mempunyai dua kebutuhan
dasar yaitu cinta dan harga diri.
B. Prosedur Pembelajaran
Model pertemuan (diskusi) kelas terdiri atas enam tahap, yaitu (1)
menciptakan ikiim (suasana) yang kondusif, (2) menyampaikan permasalahan
diskusi, (3) membuat penilaian pribadi, (4) mengidentifikasi alternatif
tindakan solusi, (5) membuat komitmen, dan (6) merencanakan tindak lanjut
tindakan.
C. Strategi Pembelajaran
Guru membuat komitmen bersama untuk melaksanakan langkah-langkah pemecahan
masalah tersebut. Bila perlu membuat aturan bersama berikut sanksi bag yang
melanggarnya. Pada pertemuan berikutnya, setelah langkah-langkah yang
disepakat dilaksanakan guru mengevaluasi efektivitas pelaksanan tersebut.
D. Aplikasi
Model pertemuan kelas ini dapat dilakukan maksimal tiga kali dalam sehari.
Tapi, biasanya sekali sehari sudah cukup tergantung dari permasalahan yang
dihadapi.
III. Model Pendekatan Pembelajaran Sosial
A. MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN
A. Orientasi Model
Model ini dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan
analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua
adalah bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan
perasaannya dan bahkan lepaskan. Ketiga adalah bahwa proses psikologis
melibatkan sikap, nilai dan keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada
kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Model int
dipelopori oleh George Shaftel.
Dalam kehidupan nyata, setiap orang mempunyai cara yang unik dalam cara
berhubungan dengan orang lain. Masing-masing orang dalam kehidupannya
memainkan sesuatu yang dinamakan peran. Oleh sebab itu, untuk dapat
memahami diri sendiri dan orang lain (masyarakat) sangatlah penting bagi
kita untuk menyadari peran dan bagaimana peran tersebut dilakukan. Untuk
kebutuhan ini, kita hams mampu menempatkan diri kita dalam posisi atau
situasi orang lain dan mengalami/mendalami sebanyak mungkin pikiran dan
perasaan orang lain tersebut. Kemampuan ini adalah kunci bagi setiap
individu untuk dapat memahami dirinya dan orang lain yang pada akhimya
dapat berhubungan dengan orang lain (masyarakat).
Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu
siswa menemukan makna diri (jati diri) di dalam dunia sosial dan memecahkan
dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa
belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda
dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain
peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna
sebagai sarana bagi siswa untuk
1. menggali perasaannya,
2. memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengamh terhadap sikap, nilai
dan persepsinya,
3. mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan
4. mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.
Dengan demikian, pada siswa terjun ke masyarakat kelak ia dapat menempatkan
diri dalam suatu situasi di mana begitu banyak peran terjadi. Seperti dalam
Hngkungan keluarga, bertetangga, Ungkungan kerja dan lain-lain.
B. Prosedur Pembelajaran
Keberhasilan model pembelajaran melalui bermain peran tergantung pada
kualitas permainan peran (enacment) yang diikuti dengan analisis
terhadapnya. Di samping itu, tergantung pada persepsi siswa tentang peran
yang dimainkan terhadap situasi nyata (real-life situation).
Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah yaitu, (1) pemanasan
(warming up), (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat (observer),
(4) menata panggung (5) me-mainkan peran (manggung), (6) diskusi dan
evaluasi, (7) memainkan peran ulang (manggung ulang), (8) diskusi dan
evaluasi kedua, dan (9) berbagai pengalaman dan kesimpulan.
C. Aplikasi
Melalui permainan perari, siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenal
perasaan dirinya sendiri dan perasaan orang lain, mereka memperoleh cara berperilaku
barn untuk mengatasi situasi masalah seperti dalam permainan perannya dan
dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.
B. MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI SOSIAL
A. Orientasi Model
Simulasi telah diterapkan dalam pendidikan saja lebih dari tiga puluh
tahun. Pelopomya di antaranya adalah Sarene Boocock dan Harold Guetzkow,
walau model simulasi bukan berasal dari disiplin ilmu pendidikan. Tapi
merupakan penerapan dari prinsip cybernetic, suatu cabang dari psikologi
cybernetic adalah suatu studi perbandingan antara mekanisme kontrol manusia
(biologis) dengan sistem elektromekanik, seperti komputer. Jadi,
berdasarkan teori sibernetika, ahli psikologi menganalogikan mekanisme
kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik. Menganggap siswa (pembelajar)
sebagai suatu sistem yang apat mengendalikan umpan balik sendiri (self
regulated feedback). Sistem kendali umpan balik ini, baik pada manusia atau
mesin (seperti komputer) mempunyai tiga fangsi, (1) menghasilkan
gerakan/tindakan sistem terhadap target yang diinginkan (untuk mencapai
tujuan tertentu yang diinginkan), (2) membandingkan dampak dari tindakannya
tersebut apakah sesuai atau tidak dengan jalur/rencana yang seharusnya
(mendeteksi kesalahan), dan (3) memanfaatkan kesalahan (error) untuk mengarahkan
kembali ke arah/jalur yang seharusnya.
B. Prosedur Pembelajaran
Proses simulasi tergantung pada peran guru/fasilitator. Ada empat prinsip
yang harus dipegang oleh fasilitator/guru.
1. Pertama adalah penjelasan.
Untuk melakukan simulasi pemain harus benar-benar memahami aturan main.
Oleh karena itu, guru/fasilitator hendaknya memberikan penjelasan dengan
sejelas-jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut
konsekuensi-konsekuensinya.
2.Kedua adalah mengawasi (refereeing).
Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur main
tertentu. Oleh karena itu guru/fasilitator harus mengawas jalannyasimulasi
sehingga berjalan sebagaimana seharusnya.
3. Ketiga adalah melatih (coaching).
Dalam simulasi, pemain/peserta akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu
guru/fasilitator harus memberikan saran, petunjuk atau arahan sehingga
memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang, sama. Dan keempat
adalah diskusi.
C. Aplikasi
Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti
belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial,
konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan dan
lain-lain. Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan model-model
lain. Model ini agak rumit, ergantung pada pengembangan simulasi yang
tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang, (sistem analis, programer
dan lain-lain), perusahaan komersial, guru atau kelompok guru dan
lain-lain. Dewasa ini, dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan
informasi, seperti komputer dan multimedia, telah banyak permainan simulasi
dihasilkan untuk berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai topik dari
berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran)
D. MODEL PEMBELAJARAN TELAAH YURISPRUDENSI (JURISPRUDENTIAL INQUIRY)
A. Orientasi Model
Model pembelajaran yang dipelopori oleh Donald Oliver dan James P. Shaver
ini didasarkan atas pemahaman masyarakat di mana setiap orang berbeda
pandangan dan prioritas satu sama lain, di mana nilai-nilai sosialnya
saling berkonfrontasi satu sama lain. Memecahkan masalah kompleks dan
kontroversial di dalam konteks aturan sosial yang produktif membutuhkan
warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan bernegosiasi tentang
keberbedaan tersebut.
B. Prosedur Pembelajaran
Biasanya, kunci utama keberhasilan model ini adalah melalui Metode Dialog
Sokrates (debat konfrontatif). Langkah-langkah yang harus dilakukan
meliputi enam langkah yaitu, (1) orientasi terhadap kasus (2)
mengidentifikasi isu (3) pengambilan posisi (sikap), (4) menggali
argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil (5)
memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), dan (6) menguji asumsi
tentang fakta, definisi, dan konsekuensi.
C. Aplikasi.
Model ini diracang untuk siswa SLTP ke atas. Bagi siswa yang kelasnya lebih
rendah harus dimodifikasi sedemikian mpa sehingga memungkinkan terjadi
perdebatan kritis yang seru. Perdebatan kritis pada awalnya sangat
menakutkan bagi siswa, terutama bagi mereka yang pendiam. Untuk mengatasi
hal ini, guru sebaiknya tidak melakukan perdebatan dengan dirinya.
Sebaiknya siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan saling
berargumentasi mempertahankan sikap masing-masing terhadap isu-isu sosial
yang sedang dibahas.
PROSEDUR PEMBELAJARAN
A. HAKIKAT PROSEDUR PEMBELAJARAN
Seperti telah diketahui bahwa strategi pembelajaran adalah suatu pola umum
yang dapat menggambarkan kegiatan guru dan peserta didik di dalam
pembelajaran. Pengertian strategi dalam hal ini menunjukkan pada
karakteristik abstrak dari serangkaian kegiatan mengajar dan peserta didik
didalam peristiwa pembelajaran sedangkan serangkaian kegiatan pengajar dan
peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktual tertentu dinamakan
prosedur pembe¬lajaran.
Dalam suatu kegiatan pembelajaran seorang guru, dapat saja memilih satu
atau beberapa model pembelajaran yang paling sesuai dan efektif dalam
mencapai tujuan. Tentunya harus diarahkan pada penciptaan sistem lingkungan
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat berperan aktifsepanjang
proses pembelajaran berlangsung.
Contoh berikut adalah prosedur pembelajaran dengan menggunakan prinsip
CBSA. Sebagai proses pembelajaran, CBSA adalah penyediaan kondisi untuk
pembelajaran peserta didik, sebagai berikut;
1. Pengaturan pengajar dan peserta didik
Pengaturan pengajar dapat dibedakan berdasarkan pemberian proses
pembelajaran apakah diberikan oleh satu orang guru atau tim pengajar.
Sedangkan, pengaturan hubungan antara pengajar dan peserta didik dapat
dibedakan berdasarkan hubungan, tatap muka atau dengan perantaraan media;
pembelajaran diberikan secara pembelajaran klasikal (kelompok besar),
kelompok kecil (5-7 orang) atau pembelajaran individual.
2. Struktur peristiwa saat proses pembelajaran berlangsung
Strukturnya dapat bersifat tertntup, dalam anti segala sesuatu telah
ditentukan sebelumnya secara relatif ketat, atau dapat juga bersifat
terbuka, dalam arti tujuan pembelajaran, materi, serta prosedur yang akan
ditempuh untuk mencapainya ditentukan, pada proses pembelajaran yang
berlangsung.
3. Perencanaan guru dan peserta didik dalam mengolah pesan
Dapat bersifat ekspositorik artinya guru yang menyampaikan pesan dalam
keadaan “telah siap” atau telah diolah secara tuntas oleh guru sebelum
disampaikan. Atau dapat pula bersifat heuristik di mana peserta didik harus
mengolah pesan-pesan yang akan dipelajarinya. Terdapat dua strategi di
dalam strategi heuristik yang belakangan ini sering dikemukakan beberapa
ahli, yaitu penemuan (discovery) dan mencari (inquiry).
4. Proses Pengolahan Pesan
Terdapat 2 cara dalam proses pengolahan pesan yang pertama bersifat
deduktif di mana peristiwa pembelajaran yang bertolak dari umum untuk
dilihat keberlakuannya dan berakibat pada yang khusus. Dan yang kedua,
bersifat induktif, yang ditandai oleh proses berpikir yang bergerak dari
khusus ke umum.
5. Tujuan Belajar
Gagne dalam Hasibuan dan Moedjiono (1993) mengelompokkan kondisi-kondisi
belajar (sistem !ingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar
yang ingin dicapai.
Terdapat 5 (lima) macam kemampuan individu yang merupakan hasil belajar
sehingga pada gilirannya membutuhkan berbagai macam kondisi belajar untuk
pencapaian kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut yaitu:
a. Kemampuan Intelektual
b. Strategi Kognitif
c. Informasi Verbal’
d. Keterampilan Motorik,
e. Sikap dan Nilai
Guru yang efektif adalah mereka yang mampu membimbing peserta didiknya
dengan berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk menilai
efektivitas mengajar ada dua tolok ukur, yaitu tercapainya tujuan
pembelajaran dan hasil belajar peserta didik yang tinggi.
Untuk mencapai tingkat efektivitas mengajar yang tinggi setiap pengajar
harus menguasai benar semua prosedur pembelajaran yang secara langsung akan
mempengaruhi proses pembelajaran itu sendiri.
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diketahui dan kemudian diterapkan
sebelum prosedur pembelajaran tatap muka berlangsung, yaitu:
1. Keterlibatan peserta didik secara langsung
2. Individualisme
3. Pemindahan dalam belajar (transfer of learning)
4. Keseluruhan/kesatuan
5. Bimbingan
6. Respon-respon baru
7. Kondisi lingkungan belajar
8. Generalisasi dan diskriminasi
9. Kualitas penanipilan
10. Prinsip persiapan dalam belajar
B. PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN PROSEDUR PEMBELAJARAN
Prosedur pembelajaran adalah langkah yang menggambarkan urutan-urutan
pengajaran mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan
valuasi. Untuk keberhasilan pengajaran guru harus memahami semua langkah
yang harus ditempuhnya sebaik mungkin. Secara garis besar langkah-langkah
itu terdiri dari:
1. Perencanaan program pembelajaran meliputi perumusan tujuan, materi
pelajaran, kegiatan belajar mengajar, media sumber belajar, dan sumber
evaluasi.
2. Persiapan pembelajaran sebelum dimulainya pelajaran, meliputi kegiatan
membaca kembali satuan pelajaran yang telah dibuatnya, mengecek semua alat
dan media yang digunakan.
3. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan dalam membuka
pelajaran, kegiatan inti dalam menyajikan bahan pelajaran dan menutup
pelajaran.
4. Kegiatan memberikan penilaian meliputi kegiatan mempersiapkan tes,
melaksanakannya dan terakhir mengolah hasil tes untuk memperoleh angka atau
nilai yang akan dikonversikan ke dalam skala nilai yang berlaku.
C. ORGANISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
Sehubungan dengan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan maka
terdapat beberapa aspek yang perlu diorganisasikan oleh seorang guru dalam
proses pembelajaran yang akan dilaksanakannya, sebagai berikut.
1. Tujuan yang ingin dicapai
2. Cakupan dan Urutan
3. Prosedur penyampaian materi
Prosedur dalam penyampaian materi pelajaran:
- Preporasi
- Appersepsi
- Presentasi
- Resitasi
4. Metode Mengajar
Menurut Kemp (1988) terdapat 3 pola yang merupakan metode dasar, yaitu:
a. Ekspositori
Berupa penjelasan, penguraian atau penggambaran sesuatu hal. Dalam
ekspositori terkandung pengertian satu arah, yaitu dari guru ke peserta dan
guru secara aktif menyajikan pelajaran, sedangkan peserta cenderung pasif
mendengarkan atau memper-hatikan saja.
b. Belajar Mandiri
Peserta diharapkan dapat mempelajari sendiri bahan yang telah disusun
menurut program pembelajaran yang telah disiapkan, dengan menggunakan bahan
ajar berupa modul.
c. Interaksi Guru - Peserta
Pada pola ini guru dan peserta didik bekerja sama dalam kelompok-kelompok
kecil, kemudian berdiskusi dan menyusun laporan. Dalam interaksi ini memungkinkan
adanya saling belajar satu dengan lainnya. Pola ini sangat cocok diterapkan
pada proses pembelajaran orang dewasa (androgogi).
5. Media atau alat peraga
6. Sumber Belajar
7. Evaluasi Proses Pembelajaran
D. URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Gagne dan Briggs dalam Wiryawan dan Noorhadi (1990) mengemukakan urutan
kegiatan pembelajaran tersebut
a.Mengarahkan perhatian peserta .
b.Memberitahukan tujuan yang akan dicapai
c.Menimbulkan ingatan tentang kemampuan atau pengetahuan yang
dipersyaratkan yang telah dipelajari.
d.Menyampaikan materi peiajaran yang dijadikan rangsangan
e.Memberikan petunjuk atau tuntutan dalam kegiatan belajar
f. Memancing penampilan peserta
g. Memberikan Umpan Balik (feed back)
h. Menilai penampilan atau hasil belajar
i. Mentransfer hasil belajar
E. KOMPONEN PROSEDUR PEMBELAJARAN
Dari urutan kegiatan pembelajaran tersebut di atas, pada dasarnya terdapat
3 (tiga) komponen yang lazim dilaksanakan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung, yaitu komponen pendahuluan, komponen penyajian/inti, dan
komponen penutup.
1. Komponen Pendahuluan
Adalah kegiatan pembelajaran yang berupa kegiatan menumbuhkan motivasi,
menginfor-masikan dan menyadarkan akan tujuan belajar dan kegiatan untuk
mengarahkan perhatian peserta didik.
2. Komponen Penyajian/Inti
Komponen penyajian adalah kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdiri
dari kegiatan penyampaian informasi, membantu menggali informasi dari
ingatan, dan mendampingi peserta didik selama mengerjakan latihan yang
diberikan. Pada komponen inilah pengajar menjelaskan/ menguraikan materi
yang harus dipelajari, memberi contoh-contoh yang relevan dan memberi
kesempatan untuk menampilkan kemampuan peserta didik dalam latihan.
3. Komponen Penutup
Adalah kegiatan pembelajaran secara tetap pengajar menerapkan urutan
kegiatan pembelajaran berupa pemberian tes formatif, umpan batik dan
kegiatan tindak lanjut (Follow Up)
Adapun, aktualisasi dari kegiatan pembelajaran pada komponen ini, sebagai
berikut:
a. Tes Formatif
b. Umpan balik
c. Tindak lanjut
Selain hal tersebut di atas, keputusan dalam menentukan prosedur
pembelajaran yang akan ditetapkan ditentukan pada oleh model pembelajaran
yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran..
Di bawah ini akan dijelaskan tentang 4 model yang dikemukakan oleh Bruce
Joyce dan Marsha Weil dalam Hasibuan (1988). Diharapkan melalui sajian
berikut pengajar dapat mempertimbangkan berbagai hal ketika harus memilih
model yang tepat sesuai dengan tujuan dan bentuk belajar dari peserta
didik.
1. Rumpun model interaksi sosial, meliputi
a. Pengajaran dengan
Model Jurisprudensial
b. Kerja Kelompok
c. Inkuari Sosial
d. Metode Laboratorium
2. Rumpun Model pengolah Informasi, meliputi.
a. Mengajar Induktif
b. Latihan Inkuari
c. Inkuari dalam IPA
d. Pembentukan Konsep
e. Model Pengembangan / Advance Organizer
3. Rumpun Model Personal Humanistik, meliputi
a. Pengajaran non induktif
b. Pertemuan kelas
c. Latihan kesadaran
d. Model sinetik, dan
e. Model sistem konseptualOrientasi Model:
f. Berorientasi pada perkembangan individu
g. Penekanannya lebih diutamakan pada proses yang membantu individu dalam
membentuk dan mengorganisasikan realita yang kompleks.
h. kehidupan emosional peserta didik sangat diperhatikan dengan demikian
pembelajaran lebih bersifat membantu peserta didik dalam mengembangkan
hubungan yang produktif dengan lingkungannya.
i. Keberadaan peserta didik dalam kelompok akan banyak memiliki arti untuk
mengenal dirinya seagai pribadi sehingga dapat menghasilkan hubungan
interpersonal yang cukup tinggi.
4. Rumpun model modifikasi tingkah laku, yang berupa operan conditioning
(B.F Skiner)
Model ini menekankan pemanipulasian/penguatan tingkah laku
(reinforcement).
Orientasi Model
a. Adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar kepada sejumlah perilaku
yang kecil-kecil dan berurutan.
b. Pembelajaran pada dasarnya adalah mengusahakan terjadinya perubahan
dalam perilaku peserta didik dan perubahan perilaku tersebut haruslah dapat
diamati secara jelas.
POLA BELAJAR
Pola-pola kegiatan belajar-mengajar mempakan dasar di dalam memilih
strategi pembe-lajaran dan untuk diterapkan dalam prosedur pembelajaran.
Dalam hal ini menurut Ely (1979) pada dasarnya ada tiga macam dasar
kegiatan pembelajaran ditinjau dari segi jumlah peserta yang belajar.
1. Pengajaran untuk grup besar (large group instruction) Pola ini diikuti
oleh lebih dari 30 orang
2. Pengajaran untuk grup kecil (small group instruction} Pola ini diikuti
oleh 5-15 siswa.
3. Pengajaran secara individual (individuallized instruction) Pola ini
diikuti oleh 1 - 3 orang.
Sementara itu Kemp (1977) juga mengemukakan adanya tiga macam pola kegiatan
pembe¬lajaran, namun segi peninjauannya berbeda dengan pendapat tersebut di
atas.
Tiga macam pola kegiatan belajar-mengajar menurut Kemp adalah sebagai
berikut:
1. Presentasi (presentation); di sini guru menyampaikan informasi kepada
peserta dengan cara ceramah (lecturing), berbicara secara informal, menulis
di papan tulis, menunjukkan sesuatu dengan memakai alat bantu seperti film,
radio, menunjukkan benda asli atau tiruannya dan sebagainya.
2. Studi independen (independent study); peserta bekerja sendiri misalnya
dengan membaca buku, memecahkan masalah, menulis laporan menggunakan
laboratorium, perpustakaan, mendengarkan radio, melihat televisi dan
sebagainya.
3. Interaksi guru-peserta (teacher - student interaction). Guru dan peserta
bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil, diskusi, tanya jawab,
mengerjakan proyek tertentu, menulis laporan, dan sebagainya.
B. INTERAKSI EDUKATIF
Interaksi edukatif yang terjadi sepanjang proses pembelajaran dapat
berlangsung dalam berbagai berituk kegiatan pembelajaran. Berikut akan
dijabarkan berbagai benyuk kegiatan interaksi edukatif berdasarkan metode
pembelajaran yang digunakan.
1. Pemberian informasi melalui metode ceramah
Metode ceramah ini sebuah bentuk interaksi melalui penerangan, secara lisan
oleh pengajar terhadap sekelompok peserta. Dalam pelaksanaarmya guru dapat
dibantu dengan menggunakan media-media pembantu untuk menjelaskan
pelajaran.
2. Membuka dialog melalui tanyajawab
Sebagai bentuk interaksi edukatif metode tanya jawab dapat digunakan
apabila dalam interaksi belajar mengajar, guru mempunyai maksud :
a. menciptakan terjadinya interaksi antara materi pelajaran yang sudah
diperolehnya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
b. mendorong siswa untuk ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar hingga
perhatian siswa tetap terpusat pada materi yang diajarkan.
Dibandingkan metode ceramah, metode tanya jawab akan mampu menghasilkan
interaksi yang lebih aktif karena siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan hal-hal yang belum dimengerti sehingga nampak siswa yang sudah
mengerti dan belum.
3. Mencari alternatif melalui metode diskusi
Metode interaksi melalui diskusi ini dimaksudkan, bahwa dalam pemecahan
suatu masalah diperlukan macam-macam pemikiran dalam mencari jalan yang
terbaik, adanya kerja ^ama dan musyawarah, dan juga diskusi menghasilkan
suatu keputusan yang periu dikerjakan, maka harus dikerjakan bersama-sama
pula.
4. Meningkatkan keterampilan melalui latihan
Mengadakan interaksi melalui latihan untuk meningkatkan keterampilan yang
dimaksudkan, dengan latihan berkali-kali atau terus menerus terhadap apa
yang dipelajari dapat diperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan yang
sempurna.
5. Mengalami melalui demonstrasi dan eksperimen
Metode interaksi belajar mengajar ini, sangat efektif untuk membantu para
siswa memecahkan suatu persoalan yang berkaitan dengan pertanyaan
“bagaimana prosesnya?” terdiri dari unsur apa, pengamatan induktif. Dengan
melaksanakan demonstrasi, siswa akan berpatisipasi aktif untuk
memperhatikan proses terjadinya sesuatu. Perhatian diharapkan kepada hal
yang dianggap penting hingga diperhatikan sepenuhnya oleh siswa.
6. Menguji kemahiran melalui pelaksanaan tugas
Metode pelaksanaan tugas dilakukan untuk menguji kemahiran atau kemampuan
siswa dalam melaksanakan tugas belajar dan kemudian mampu
mempertanggungjawabkannya. Metode pelaksanaan tugas ini dilakukan dengan
tujuan merangsang siswa berusaha lebih baik, maupun berinisiatif,
bertanggung jawab dan berdiri sendiri melalui kegiatan kokurikuler maupun
kokulikuler. Keberhasilan metode ini dipengaruhi oleh:
1) jelas tidaknya aspek-aspek yang dipelajari siswa.
2) apakah tugas yang diberikan didasarkan atas perbedaan individual atau
tidak, sebabnya tugas yang diberikan secara umum akan menyulitkan siswa
dalam penyesuaian.
7. Memperluas wawasan melalui karyawisata
Dengan bimbingan guru, siswa mengunjungi tempat tertentu dengan maksud
untuk belajar. Interaksi belajar-mengajar ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan pada siswa mengamati kenyataan yang secara langsung sehingga
dapat menghayati pengalaman-pengalaman barn dengan mencoba ikut serta dalam
suatu kegiatan.
8. Memupuk kegotongroyongan melalui kerja kelompok
Mengadakan interaksi edukatif melalui kerja kelompok ini untuk mencapai
tujuan belajar tertentu yang dilakukan secara gotong royong, kelompok di
sini dipandang sebagai satu kesatuan sendiri, dan siswa yang menjadi
anggota kelompok tersebut diikat oleh aturan-aturan kelompok yang sudah
disepakati bersama.
Koumunikasi Antar Pribadi
Tujuan kegiatan ini adalah agar pesan yang disampaikan guru dapat diterima
dan dipahami siswa. Dalam bentuk interaksi edukatif, tujuan interaksi
antarpribadi adalah agar pesan yang disampaikan dapat menimbulkan
rangsangan terjadinya proses timbal balik antara guru dengan siswa. Upaya
tersebut antara lain:
a. Interest
Interest adalah usaha yang dilakukan guru untuk menarik atau membawa
perhatian siswa pada materi pelajaran yang baru.
b. TitikPusat
Titik pusat adalah kegiatan guru menguraikan materi dan diuraikan terpusat
pada bahasan yang sedang dipelajari bersama. Dalam hal ini guru sering
tergiring ke arah pembicaraan di luar pembicaraan pokok, karena adanya
pertanyaan siswa yang tidak relevan dengan bahasan.
c. Rantai Kognitif
Rantai kognitif adalah urutan atau sistematika dalam menyampaikan bahasa
pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari persiapan mengajar dan cara guru
menyampaikan pelajaran. Agar rantai kognitif tersusun baik maka dapat
ditempuh dengan cara mempersiapkan skema atau bagan tentang materi yang
digunakan tersebut.
d. Kontak
Kontak adalah hubungan batiniah antara guru dan siswa dalam kaitannya
dengan materi yang sedang dibahas bersama.
a. Komunikasi Edukatif
Seorang guru harus mempunyai kemampuan dan kepandaian dalam berkomunikasi.
Adanya suatu prinsip-prinsip komunikasi dalam suatu kelas dapat dibedakan
menjadi tiga kategori di antaranya adalah:
a. Sifat Individu
Mempertinggi hubungan yang baik dengan siswanya dengan membina sikap yang
baik kepada semua siswa. Sikap yang baik dan kepercayaan yang kuat
merupakan hal yang penting jika guru dan siswa dapat menciptakan suatu
komunikasi yang baik dalam situasi belajar.
Sifat yang bijaksana dari seorang guru adalah menjadi seorang pendengar
yang aktif. Siswa akan merespon kepada seorang guru di mana guru dapat
mendengarkan dengan baik terhadap apa yang ingin disampaikan oleh siswa.
b. Penggunaan kepandaian berkomunikasi
Komunikasi akan lebih efektif ketika gum menggunakan contoh yang berkaitan
dengan kehidupan siswanya, seperti cita-cita, pengalaman, gaya hidup.
c. Pengembangan komunikasi di antara siswa
Komunikasi kelas harus diarahkan kepada pembelajaran yang berguna. Pinnell
dan Jagger (1991) memberikan penilaian pentingnya pengembangan keterampilan
berbicara dan mendengar di kelas.
'
|
|
Aug 6,
'08 4:54 AM
for everyone
|
RINGKASAN
SAMDHIA.
PENGERTIAN
SAMADHI
Samadhi dapat diartikan sebagai
:
1. Sdengan melatih pemuatan pikiran
2. Pengetahuan pemusatan pikiran
3. Hasil dari pemusatan pikiran pada suatu obyek
Samadhi adalah :
1. Kesadaran (Citta) & unsur rohani yang baik (Kusala Cetasika)
terpusat dengan mapan terhadap obyek.
2. Pikiran yang terpusat atau mengkonsentrasikan terhadap kesadaran &
bentuk-bentuk batin yang muncul bersamaan secara merata & secara benar
pada suatu obyek tunggal atau pikiran yang baik yang terpusat pada satu
obyek atau suatu cara untuk mengembangkan batin ke arah batin yang luhur
& mencegah pikoiran agar tidak kacau.
3. Pemusatan pikiran pada suatu obyek
B. JENIS SAMADHI
1. Samadhi hanya satu jenis, bila dipandang sebagai pemusatan pikiran pada
satu obyek.
2. Dua jenis, bila dipandang sebagai konsentrasi pendekatan (upacara
Samadhi & konsentrasi tercapai (appanna samadhi).
3. Dua jenis, bila dipandang sebagai bersifat duniawi atau lokiya &
yang bersifat diatas duniawi atau lokuttara.
4. Tiga jenis, bila dipandang sebagai konsentrasi lemah, sdengan &
kuat.
5. Lima jenis bila dipandang dari pencapaian jhana-jhana.
ADA 2 SAMADHI :
1. Sama-Samadhi : Pemusatan pikiran pada suatu obyek yang dapat
menghilangkan kekotoran batin, ketika pikiran bersatu dengan kamma baik.
2. Micca-Samadhi : Pemusatan pikiran pada suatu obyek yang dapat
menimbulkan kekotoran batin, ketika pikiran bersatu dengan kamma buruk.
SUTTA TENTANG PENGEMBANGAN SILA, SAMDHI & PANNA :
1. Brahmajala Sutta : Ceto samadhi, satu bentuk pemusatan pikiran yang
menjadi landasan mendapatkan kemampuan supernatural. misal : Membaca
pikiran orang lain (tapi termasuk samadhi salah)
2. Samanaphala sutta : terdapat sammasamadhi tentang 4 Jhana, Nanadassana,
kekuatan batin, Tevijja & kebebasan dari samsara.
3. Ambatha Sutta : tentang sila & samadhi yang disebut vijja
(pengetahuan) & carana (tingkah laku yang baik) yang bertolak belakang
dengan peraturan kemasyarakatan & upacara yang berubah-ubah.
4. Mahali Sutta : Pengembangan pemusatan pikiran akan menghasilkan mata
dewa & telinga dewa.
5. Kassapasihananda Sutta : Meskipun seseorang melakukan semua bentuk tapa,
namun jika tidak memiliki sila, samadhi & panna maka tidak dapat
berhasil mencapai yang diharapkan.
CARA MENGEMBANGKAN SAMADHI
Samadhi hanya dapat dikembangkan dengan mempelajari secukupnya, menghayati
& melaksanakan samadhi & harus memiliki
1. Memiliki sila
2. Menghilangkan berbagai rintangan atau palibhodha
3. Mendekati guru dengan cara yang benar (kalyanamitta)
4. Belajar dengan baik
5. Bertempat tinggal yang sesuai untuk latihan samadhi
6. Mempunyai obyek yang sesuai dengan watak masing-masing.
7. Melenyapkan rintangan-rintangan kecil
8. Menimbulkan, mempertahankan & mengembangkan nimitta* yang timbul
dalam samadhi.
LIMA NIVARANA (Rintangan Batin) :
1. Kammachanda: Nafsu keinginan
2. Byapada: Kemauan jahat
3. Thina-Midha: Kemalasan & kelelahan
4. Udacca-Kukucca: Kegelisahan & kekhawatiran
5. Viccikica: Keragu-raguan
SEPULUH PALIBODHA ( Rintangan lahiriah atau luar) :
1. Tempat tinggal: (Avasa Palibodha)
2. Pembantu & orang yang bertanggungjawab : (kula Palibodha)
3. Keuntungan & duniawi : (labha Palibodha)
4. Murid & teman : (gana Palibodha)
5. Pekerjaan: (kamma Palibodha)
6. Perjalanan:(adana Palibodha)
7. Sanak keluarga: (nati Palibodha)
8. Penyakit: (abada Palibodha)
9. Pelajaran : (gatha Palibodha)
10. Kekuatan batin atau gaib: (iddhi Palibodha)
EMPAT SATTHIPATANA :
1. Kayanupassana
2. Vedananupassana
3. Cittanupassana
4. Dhammanupassana
SEPULUH VIPASSANUPAKILESA :
1. Sinar gemerlapan: Obhasa
2. Kegiuran: Piti
3. Ketenangan batin: Passadi
4. Kebahagiaan : Sukkha
5. Keyakinan yang kuat: saddha
6. Usaha terlalu giat: Pagaha
7. Ingatan tajam: Apathana
8. Pengetahuan : Nana
9. Keseimbangan batin: Upekha
10. Rasa puas : Nikanti
SEPULUH SAMYOJHANA (Belenggu)
1. Sakkayadithi: Percaya bahwa diri kekal & terpisah
2. Vicikiccha: Keragu-raguan
3. Silabataparamasa : Percaya tahyul-sembahyang dapat bebaskan derita
4. Kamaraga: Nafsu indera
5. Patigha: Rasa benci, dendam & kemauan jahat
6. Ruparaga: Nafsu ingin hidup di alam halus bermateri
7. Aruparaga: Nafsu ingin hidup di alam halus tanpa bermateri
8. mana: Kesombongan
9. Uddhacca: Kegelisahan
10. Avijja: Kegelapan batin
Sotapanna : Membasmi 1-3
Sakadagami : Membasmi 1-3, Melemahkan 4-5
Anagami : membasmi 1-5
Arahat : Membasmi 1-10
ENAM MACAM ABHINNA (Kekuatan batin yang luar biasa)
1. Iddhividhanana (Kekuatan gaib/kesaktian)
1) Adhitthana-iddhi : Mengubah diri menjadi sedikit & banyak
2) Vikubhana-iddhi : Berubah bentuk kecil, besar, menghilang.
3) Manomaya-iddhi : mencipta dengan memakai pikiran ; istana, wanita
4) Nanavipphara-iddhi : Menembus ajaran lewat pengetahuan
5) Samadhivipphara-iddhi : Menembus dinding, melawan api
2. Dibbasotanana (Telinga dewa) : Kemampuan mendengar suara dari alam lain
yang jauh & dekat.
3. Cetopariyanana (Paracittavijanana) : Kemampuan membaca pikiran orang
lain
4. Dibbacakkhunana/Cutupapatanana (Mata dewa) : Kemampuan melihat alam
halus & muncul lenyapnya makhluk yang bertumimbal lahir sesuai dengan
kammanya masing*.
5. Pubbenivasanussatinana : Kemampuan mengingat kembali tumimbal lahir yang
lampau dari diri sendiri & orang lain.
TUJUH MACAM CARITA (WATAK) :
1. Raga Carita
Orang yang keras lobhanya melaksanakan sesuatu berdasarkan lobha, cenderung
ke arah kecantikan & keindahan, kagum melihat suatu kebajikan walaupun
kecil sekali, mudah melupakan kesalahan orang lain, cerdik, sombong,
berambisi besar, memetingkan diri sendiri.
Lingkungan yang dipakai : Tidak rapi, kotor, pakaian juga yang jelek,
postur meditasi sebanyak mungkin dalam sikap berjalan & berdiri.
Obyeknya : 10 asubha, & 1 kayagatasati.
2. Dosa carita
Orang yasng keras kebenciannya, melaksanakan sesuatu berdasarkan kebencian
cenderung ke arah panas hati, suka marah, suka jengkel, iri hati, tidak senang
melihat kesalahan walau kecil, suka bermusuhan, memandang rendah orang
lain, suka memerintah & mendikte orang.
Lingkungan yang dipakai : Rapi, bersih, indah, postur meditasi sebanyak
mungkin dalam sikap berbaring atau duduk..
Obyeknya : 4 kasina (nila : biru, pita : kuning, lohita : merah & odata
kasina : putih), & 4 apamanna (metta, karuna, mudita, upekkha).
3. Moha carita
Orang yang bodoh (dungu), melaksanakan sesuatu berdasarkan kebodohan batin
cenderung ke arah kelemahan batin suka bingung, suka ragu-ragu, suka
kawatir, menggentungkan diri pada pendapat orang lain, pikirannya ruwet,
malas, pendiriannya tidak tetap, kadang-kadang kukuh memegang suatu
pandangan
Lingkungan yang dipakai : Terang, tidak gelap, banyak cahaya, terbuka &
luas, postur meditasi berjalan.
Obyeknya : Anapanasati.
4. Sadha carita
Orang yang kuat keyakinannya, melaksanakan sesuatu berdasarkan keyakinan
cenderung ke arah rendah hati, dermawan, jujur, suka menemui orang-orang
suci, suka mendengar dhamma, yakin pada sesuatu yang dianggap baik, mudah
percaya, sangat mudah diyakinkan.
Lingkungan yang dipakai : Tidak rapi, kotor, pakaian juga yang jelek,
postur meditasi sebanyak mungkin dalam sikap berjalan & berdiri.
Obyeknya : 6 anussati (Buddhanussati, dhammanussati, sangha-nussati,
silanussati, caga-nussati & devatanussati)
5. Budhi carita (Nana Carita)
Orang yang bijaksana cerdas & mempunyai pengetahuan dhamma,
melaksanakan sesuatu dengan hati-hati, cenderung ke arah perenungan
terhadap tilakkhana & meditasi, selalu ingin tahu, belajar &
meneliti untuk menambah pengetahuan, mempunyai kawan yang baik &
bersedia mendengarkan omongan orang lain.
Obyeknya : Marananussati, upasamanussati, aharepatikulasanna &
catudhatuvavatthana.
6. Vitakka Carita
Orang yang suka melamun, melaksanakan sesuatu dengan tergesa-gesa,
cenderung ke arah kegugupan, kegagalan dalam usaha, suka berteori,
pikirannya sering berkeliaran, tidak suka bekerja untuk kepentingan sosial,
mudah gelisah, bergerak tanpa tujuan yang jelas.
Lingkunagn yang dipakai : Ruangannya kecil, bersih, & cukup mendapatkan
cahaya, postur sama dengan raga carita.
Obyeknya : Anapanasati.
7. Sabba Carita (Campuran/Kombinasi)
Orang yang mudah marah, nafsunya besar, bodoh, pemarah, mudah percaya.
Obyeknya : 6 Kasina (Pathavi, Apo, Tejo, Vayo, Akasa, Aloka) & 4
Arupa
(Akasanancayatana, Vinnanancayatana, Akincannayatana,
Nevasannanasannayatana).
30 obyek meditasi khusus untuk 6 carita, sedangkan sisanya 10 yaitu 4
mahabhuta (patavi, tejo vayo, apo kasina) aloka kasina, akasa kasina &
4 arupa dapat dijadikan obyek meditasi oleh semua orang tanpa memperhatikan
caritanya.
Faktor yang mempengaruhi untuk samadhi yang berasal dari luar dinamakan
sappaya dhamma, yaitu tempat tinggal, wilayah, pembicaraan, penduduk,
makanan, iklim, & postur.
PERBEDAAN SAMATHA & VIPASSANA BHAVANA
A. Samatha Bhavana :
1. Tujuan : untuk mencapai ketenangan batin melalui pencapaian jhana
bersifat tidak kekal, bukan kesucian, akan menimbulkan kelahitran di alam
brahma, jhana akan menghasilkan abinna, ketenangan batin bukan tujuan
terakhir meditasi tetapi merupakan kondisi untuk menimbulkan pandangan
terang.
2. Obyek : menggunakan salah satu dari 40 mata pokok obyek yang dipilih.
3. Penghalang : 5 nivarana & 10 palibodha. Rintangan* batin tersebut
tidak daapat dilenyapkan secara menyeluruh tetapi hanya mengendap, yaitu
pada saat mencapai/berada dalam jhana.
4. Pelaksanaan : pikiran dipaksakan untuk terpusat terus menerus pada satu
obyek yang dipilih & tidak menanggapi segala sesuatu yang timbul.
B. Vipassana Bhavana :
1. Tujuan : untuk mencapai pandangan terang melalui penembusan tilakkhana
seanjutnya menimbulkan kebijaksanaan & kemudian pencapaian
tingkat-tingkat kesucian. Pencapaian tingkat kesudcuian tertinggi (Arahat)
merarti mencapai pembebasan sempurna tidak lahir kembali/Nibbana
2. Obyek : menggunakan obyek 4 landasan kesadaran (vedana, kaya, citta
& dhamma)/nama & rupa.
3. Penghalang : 10 vipassanupakillesa dengan melaksanakan vipassana bhavana
kekotoran batin tersebut dapat dibasmi & kemudian dilenyapkan sampai ke
akar-akarnya.
4. pelaksanaan : kesadaran atau pikiran menyadari 4 landasan kesadaran
(satipatthana) secara bergantian mana yang lebih dominan dengan obyek pokok
naik turunnya perut (kayanupassana).
TERDAPAT TIGA TAHAP DALAM SAMADHI :
1. Parikamma (khanika) samadhi : konsentrasi sekedap, yaitu pikiran
terpusat pada obyek meditasi tapi tidak lama, pikiran belum bisa memegang
obyrek karena pikiran masih kacau, masih pindah dari satu kesenangan indera
satu ke kesenangan indera lainnya.
2. Upacara samadhi : konsentrasi ke arah masuk yaitu pikiran telah terpusat
pada obyek tetapi belum kuat.
3. Apana samadhi : konsentrasi yang pandai yaitu pikiran telah terpusat
pada obyek dengan kuat.
ADA 3 TAHAPAN NIMITTA :
1. Parikamma nimitta, yaitu gambaran batin permulaan yaitu obyek meditasi
yang dibayangkan dalam pikiran.
2. Uggaha nimitta, gambaran batin mencapai yaitu obyek meditasi telah
melekat pada pikiran terlihat dengan nyata & tetap.
3. Patibhaga nimitta, gambaran batin yang dikendalikan yaitu obyek meditasi
telah melekat pada pikiran terlihat dengan nyata tetap & jernih,
terbebas dari gangguan, & gambaran tersebut dapat dibesarkan &
dikecilkan menurut kemauannya.
ADA 5 MACAM VASI :
VASI berarti keahlian atau kemahiran atau kemampuan untuk mengolah jhana.
Jika seorang telah mencapai tingkat jhana pertama kemudian ingin mencapai
tingkat selanjutnya ia harus mempunyai 5 macam vasi :
1. Avajjana vasi, yaitu keahlian dalam pemikiarn untuk memasuki jhana
menurut kehendaknya,
2. Samapajjana vasi : keahlian dalam memasuki jhana
3. Adithana vasi, yaitu keahlian dalam menentukan ingin berapa lama berada
dalam jhana.
4. Vuthana vasi : keahlian dalam keluar dari jhana
5. Paccavekkhana vasi : keahlian dalam peninjauan terhadap jhana-jhana.
APANNA KOSALLA
Apanna Kosalla ialah (Teknik untuk menjaga nimitta mencapai jhana):
1. Kondisi pisik yang menyenangkan (posisi nyaman & kuat).
2. Menyepadankan atau menyelaraskan panca indariya
3. Terampil menjaga nimitta
4. Menggiatkan pikiran bila perlu digiatkan (saat melemah)
5. Menahan pikiran bila perlu ditahan (terpusat pada obyek)
6. Mendorong pikiran bila perlu disorong (saat menyimpang atau melenceng).
7. Mengendalikan pikiran bila perlu dikendalikan
8. Menghindari orang atau sesuatu yang tidak stabil.
9. Bergaul dengan orang yang stabil.
10.Menyelaraskan pikiran dengan keadaan.
40 MACAM OBYEK MEDITASI
1. 10 Kasina (perwujudan benda), yaitu :
a. Pathavi kasina (wujud tanah)
b. Apo kasina (wujud air)
c. Tejo kasina (wujud api)
d. Vayo kasina (wujud udara)
e. Nila kasina (wujud warna biru)
f. Pita kasina (wujud warna kuning)
g. Lohita kasina (wujud warna merah)
h. Odata kasina (wujud warna putih)
i. Aloka kasina (wujud cahaya)
j. Akasa kasina (wujud ruang terbatas)
2. 10 Asubha
a. Uddhumataka: mayat yang melembung
b. Vinilaka : mayat dengan warna muka kebiru*an
c. Vipubbaka: mayat bernanah
d. Vicchiddaka: mayat terbelah di tengah
e. Vikkhayitaka: mayat dimakan binatang
f. Vikkhittaka: mayat hancur lebur
g. Hatavikkhittaka: mayat yang busuk & hancur
h. Lohitaka : mayat yang berdarah
i. Puluvaka: mayat yang dikerumuni belatung
j. Attikha : perwujudan tengkorak
3. 10 Anussati
a. Buddhanussati, perenungan thd SB bahwa beliau telah terbebas dari lobha,
dosa & moha.
b. Dhammanussati, perenunagn terhadap Sang Dhamma yang tidak terkena lobha,
dosa & moha
c. Sanghnussati, perenungan terhadap sangha yang terbebas dari Lobha, dosa
& moha.
d. Silanussati, perenungan terhadap sila yang dijalankan dalam kehidupan
sehari-hari.
e. Caganussati, perenungan terhadap kebajikan yang telah dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.
f. Devatanussati, perenungan terhadap para dewa
g. Marananussati, perenungan terhadap kematian yang akan dialami semua
mahluk..
h. Kayagatassati, perenungan terhadap kekotoran badan jasmani.
i. Anapanassati, perenungan terhadap masuk keluarnya napas.
j. Upasamanussati, perenungan terhadap keadaan nibbana.
4. 4 Apamanna : keadaan yang tidak terbatas
a. Metta
b. Karuna
c. Mudita
d. Upekha
5. Aharepatikulasanna (perenungan makanan yang menjijikkan)
6. Catudhatuvavathana (analisa terhadap 4 unsur yang ada dalam tubuh)
7. 4 Arupa (perenunagn tanpa bentuk atau materi)
a. Akasanancayatana, obyek ruangan yang tanpa batas.
b. Vinnanancayatana, obyek kesadaran tanpa batas
c. Akincannayatana, obek kekosongan
d. Nevasannanasannayatana, obyek pencerapanpun tidak bukan pencerapan.
BODHIPAKKHIYA DHAMMA (37 Faktor Penerangan Sempurna) :
A. 4 Satipathana (landasan kesadaran)
a. Kayanupassanasatipathana
b. Vedananupassana
c. Cittanupassanasatipathana
d. Dhammanupassana
B. 4 Sammappadhana (usaha yang benar) :
1. Samvarappadhana, berusaha terus menerus agar keadaan* atau pikiran jahat
atau buruk tidak muncul dalam diri seseorang
2. Pahanappadhana,usaha yang terus menerus untuk menghilangkan pikiran
jahat atau buruk yang telaha muncul dalam diri seseorang.
3. Bhavanappadhana, usaha yangterus menerus untuk menimbuulkan pikiran baik
dalam diri seseorang.
4. Anurakkhanappadhana, usaha yang terus menerus untuk mengembangkan serta
tidak membiarkannya lenyap pikiran baik yang telah muncul.
C. 4 Iddhipada (jalan kesuksesan) :
1. Candha, kepuasan & kegembiraan di dalam mengerjakan hal-halyang
sdengan dikerjakan
2. Virya, semangat dalam mengerjakan sesuatu.
3. Citta, konsentrasi pikiran yang kuat &a memperhatikan dengan sepenuh
hati pada hal-hal yang sdengan dikerjakan.
4. Vimamsa, merenungkan & menyelidiki sesuatu yang dikerjakan &
berusaha memperbaiki sehingga mencapai hasil yang baik
D. 5 indariia (kemampuan)
1. Saddhindariiya, kemampuan dari keyakinan
2. Viriyindariiya, kemampuan dari usaha atau semangat.
3. satindariiya, kemampuan dari kesadaran
4. samadhindariiya, kemampuan dari meditasi.
5. pannindariiya, kemampuan dari kebijaksanaan.
E. 5 Bala (kekuatan)
1. Saddhabala, kemampuan dari keyakinan
2. Viriyabala, kemampuan dari usaha atau semangat.
3. satibala, kemampuan dari kesadaran
4. samadhibala, kemampuan dari meditasi.
5. pannabala, kemampuan dari kebijaksanaan.
F. 7 Bojjhanga (faktor penerangan sejati) :
1. Sati : kesadaran, kemampuan untuk mengingat
2. Dhammavicaya : penyelidikan dhamma
3. Virya : semangat
4. Piti : kegiuran
5. Passaddhi : ketenangan batin dari hal-hal yang mengganggu perasaan
6. Samadhi : konsentrasi pikiran yang sempurna
7. Upekkha : keseimbangan batin yang tak tergoyahkan
G. 8 magga (Delapan ruas jalan utama) :
1. Samma Dithi (Pandangan benar)
2. Samma Sankappa (Pikiran benar)
3. Samma Vacca (Pembicaraan benar)
4. Samma kamanta (Perbuatan benar)
5. Samma Ajiva (Matapencaharian benar)
6. Samma Vayama (Usaha benar)
7. Samma Sati (Perhatian benar)
8. Samma Samadhi (Meditasi benar)
Vipassana Bhavana adalah suatu kerangka latihan tersendiri yang berdasarkan
tujuh tahap kesucian (kesucian sila (sila), pikiran (citta), pandangan
(ditthi), mengatasi keragu-raguan (kankhavitara), jalan benar/salah
(maggamagga anandassana), kemajuan (patipada nanadassana), jalan suci
(nanadassana)) & berhubungan dengannya membentuk seluruh isitem
perkembangannya. Setiap tahap menyucikan jasmanai, hati & pikiran di
dalam proses yang bertahap & membawa kpd kemajuan pandangan terang yang
lebih tinggi.
JENIS PANNA
1. Panna hanya satu bila dilihat dari sifatnya yang mengetahui hakikat dari
alam ini.
2. Dua jenis bila dilihat sebagai lokiya, yaitu disertai oleh asava &
sebagai lokuttara, yaitu tanpa asava.
3. Tiga jenis bila dilihat dari timbulnya melalui belajar (suta maya
panna), timbul melalui pikiran (cinta maya panna) & timbul melalui
pengembangan batin (bhavana maya panna).
LIMA (5) DASAR PELAKSANAAN VIPASSANA BHUMI (VIPASSANA BHAVANA) :
1. Panca khandha
2. 12 ayatana
3. 18 dhatu
4. 22 indriya
5. 4 ariya sacca
6. 12 nidana
Penjelasannya :
A. LIMA KHANDHA
1. Kelompok jasmani (rupa khandha)
Bentuk rupa terdiri dari 28 unsur, yaitu mahabhuta rupa 4, & 24 upada
rupa yang tumbuh & berkembang dari mahabhuta rupa. Mereka tumbuh &
berkembang menjadi jasmani karena karma yang lalu, pikiran dalam kehidupan
sekarang, panas (utu) & makanan (ahara), baik selagi dalam kandungan
ibu & setelah dilahirkan. Mereka disebut rupa dengan pengertian bahwa
mereka berubah atau hancur karena pengaruh panas & dingin.
2. Kelompok perasaan (vedana)
vedana adalah perasaan yang berupa menyenangkan, menyedihkan, yang bukan
menyenangkan & bukan menyedihkan, yang timbul karena kontak indariia
dengan obyek penginderaan.
3. Kelompok Pencerapan (sanna khandha)
Sanna adalah pengenalan kembali terhadap apa yang pernah kontak dengan kita
melalui penginderaan, seperti terekam dalam batin kita. Pengenalan ini
berkaitan dengan penginderaan melalui enam indariia.
4. Kelompok pikitran (sankhara khandha)
Sankhara khandha adalah kehendak (cetana) yang disebabkan oleh pencerapan
& perasaan yang timbul secara simultan. Kehendak ini mungkin baik atau
buruk.
5. Kelompok Kesadaran (Vinnana khandha)
Vinnana adalah kesadaran yang timbul karena kontak indaria dengan
penginderaan. Kesadaran timbul karena kontak akan banyak sekali.
B. DUABELAS (12) AYATANA
Ayatana adalah landasan tenpat timbulnya kesadaran, 12 ayatana adalah
terdiri dari enam indaria yang terdapat pada jasmani yang disebut landasan
dalam(mata, telinga, hidung, lidah, kulit & pikiran) & enam objek
penginderaan yang disebut landasan luar (benda yang dapat dilihat, suara,
bau, rasa, sentuhan, & bentuk pikiran )
C. DELAPANBELAS (18 ) DHATTU
Delapan belas unsur tersebut adalah 12 ayatana, & ditambah kesadaran
mata, telinga, hidung, lidah, badan/kullit, pikiran (mani vinnana).
D. DUAPULUH DUA (22) BAKAT PEMBAWAAN (INDARIIA)
1. Enam landasan indariiya (mata, telinga, hidung, lidah, kulit, badan,
pikiran).
2. Kelamin ; keperempuan (itthi), kelaki-lakian (pum), Vitalitas (rupa
jivitindariiya & nama jivitindariiya)
3. Lima jenis perasaan
a. kesengan jasmani (sukh indariiya).
b. kesakitan jasmani (dukkh indariiya
c. kegembiraan pikiran (somanass indariiya)
d. kesedihan pikiran (domanass indariiya)
e. netral (upekkh indariiya)
4. Lima bakat pembawaan batin (Panca indariiya)
1) Keyakinan
Bakat pembawaan ini adalah keyakinan yang teguh terhadap penerangan
sempurna dari bhagava yang demikian: sungguh* suci, mencapai penerangan
sempurna, sempurnaa pengetahuan & tingkah lakunya, berada dijalan yang
benar, pengenal alam*, pelatih manusia, guru dewa & manusia.
2) Tenaga (saddha)
Semangat yang aktif yang mengerahkan pikiran untuk mengatasi segala sesuatu
yang tidak baik & berusaha mencegah timbulnya sesuatu yang tidak baik
dalam pikirannya.
3) Kesadaran (sati)
Perhatian yang kuat & kewaspadaan. Melakukan segala sesuatu dengan
sadar. Dapat mengingat apa yang telah lama dilakukan & dengan mudah
menyusun lagi didalam pikirannya.
4) Konsentrasi (samadhi)
Pemusatan pikiran sehingga tercapai jhana pertama, kedua, tiga, &
keempat.
5) Kebijaksanaan (panna)
Kecerdasan akal yang tinggi & didasari oleh kesucian sila yang membawa
kebahagiaan lokiya & lokuttara. Kebijaksanaan yang menembus pengertian
apa yang dikatakan penderitaan secara sempurna.
5. Tiga bakat pembawaan (Lokuttara).
a. Pikiran harus tahu yang belum diketahui.
Berhubungan dengan lokuttara magga dari sotapatti yang merupakan dasar
& tahap pertama pencapaian kesucian.
b. Kebijaksanaan
Kecerdasan akal yang tertinggi (anna) yang berhubungan dengan phala dari
sotapatti & juga magga phala dari sakadagami & anagami & magga
dari arahat.
c. Bakat pembawaan dari “seorang yang telah mengerti”.
Berhubungan dengan phala dari arahat.
E. EMPAT ARIYA SACCA
1. Dukkha, yaitu kelahiran, sakit, berpisah dari yang disayangi, bergaul
dengan orang yanag tidak disukai, tidak mendapat apa yang diinginkan, keluh
kesah, ratap tangis, tua & kematian.
2. Sebab dari dukkha, yaitu keinginan (tanha) yang menyebabkan orang
terlahir kembali & mengalami hal* yang tidak menyenangkan itu kembali.
3. Lenyapnya dukkha, yaitu lenyapnya bilamana sebab dari dukkha itu lenyap
sama sekali
4. Jalan menuju lenyapnya dukkha, yaitu jalan tengah yang berunsur delapan.
F. DUABELAS (12) NIDANA.
1. Avijja : Kegelapan batin
2. Sankhara : Bentuk-bentuk pikiran
3. Vinnana : Kesadaran
4. Nama Rupa : Batin & Jasmani
5. Salayatana : Enam landasan indera
6. Phassa : Kontak
7. Vedana : Perasaan
8. Tanha : Keinginan
9. Upadana : Kemelekatan
10. Bhava : Proses penjadian
11. Jati : Kelahiran
12. Jaramarana. : Ketuaan & kematian
NANA (Pengetahuan yang timbul dari mengalami langsung tentang hakekat suatu
fenomena)
Kesucian pikiran adalah pencapaian jhana* & upacara samadhi. Dalam
vipassana kesucian pikiran yang diperlukan adalah sampai upacara samadhi.
Tahap* berikutnya dimulai setelah mahir dalam upacara samadhi &
terampil mencegah pikiran jatuh kedalam jhana. Pada tahap ini yang menjadi
samdhi nimitta adalah nama rupa.
Nama rupa didalam satipatthana untuk mendapat vipassana nana dikelompokan
dalam 4 pengamatan (anuspassanaa), yaitu :
1. Kayanupassana
a. Pengamatan terhadap keluar masuknya nafas (anapanasati).
b. Empat kedudukan badan (iriyapatha)
c. Sadar & waspada (sati sampajanna)
d. Analisis jasmani menjadi 31 bagian (kayagatasati)
e. Analisis jasmani atas empat maha dhatu
f. Perenungan terhadap sembilan tahap kerusakan mayat.
2. Ve&uspassana (pengamatan terhadap perasaan)
3. Cittanuspassana (pengamatan terhadap pikiran)
4. Dhammanuspassana (pengamatan terhadap obyek pikiran).
Nana
Pengetahuan yang timbul dari mengalami langsung tentang hakekat suatu
fenomena. Macam* Nana:
1. Nama-Rupa pariccheda-nana (pengetahuan mengenai perbedaan antara nama
& rupa & mengetahui hakekat dari nama rupa).
2. Paccaya parigaha nana (pengetahuan lanngsung mengenai hubungan saling
bergantungan antara nama rupa).
3. Sammasana nana ( pengetahuan tentang sebab untuk timbulnya nama rupa)
4. Udayabayanupassana nana (pengetahuan tentang lenyapnya nama rupa)
5. Bhanganupassana nana (pengetahuan langsung mengenai lenyapnya nama rupa,
panna ini sudah cukup kuat untuk melenyapkan micchaditthi dengan atapi,
sati & sampajhana)
6. Bhayatupatthana nana (pengetahuan langsung mengenai ketakutan yang
berkenanan dengan hakekat nama rupa)
7. Adivana nana (pengetahuan langsung nama rupa sebagai sumber kesdihan
& bahaya)
8. Nibbida nana (pengetahuan lansung mengenai keengganan yang berkenanaan
dengan nama rupa)
9. muncitukamyata nana (pengetahuan lansung mengenaia tentang keinginan
untuk mcp kebebasan)
10. Patisankha nana (pengetahuan langsung mengenai penglihatan jalan yang
menuju nibbana)
11. Sankkharupekha nana (pengetahuan langsung mengenai keseimbangan tentang
semua bentuk /sankkhara)
12. Anuloma nana (pengetahuan langsung mengenai penyesuaian dengan ariya
sacca yang dicapai slth timbul sankkharupakha nana)
13. Gotrabu nana (pengetahuan langsung mengenai pereubahan dari putthujhana
mjd ariya puggala, yang tlh enggan & berpaling dari duniawi &
memandang nibbana sebagai tujuan yang akan dicapai)
14. Magga nana (panna yang timbul dalam batin yang disebut magga citta yang
timbul dari kondisi pembantu/paccaya)
15. Phala nana (apabila magga citta timbul dalam magga nnana &
mengambil nibbana sebagai obyek, maka akan melenyapkan kilesa sama sekali.
Kemudian timbul phala citta & rasa damai yang halus, & amat dalam)
16. Paccavekkhana nana (timbul dari phala nana. Kemudian dari lokuttara
citta timbul kmbl pd lokiya citta, kr nibbana tdk lagi mjd obyek bhavana,
ol sebab itu paccavekkhana bukan lokuttara citta, ttp lokiya citta. Dalam
Satta visudhi diklasifikasikan keadaan Nanadassana visudhi, kr timbul dari
magga nana, phala nana)
MANFAAT PERENUNGAN TERHADAP KEMATIAN :
1. Pencerapan yang tajam terhadap ketidakkekalan sempurna.
2. Tiada keinginan hidup berulang-ulang
3. Mencela perbuatan jahat
4. Bebas dari kenafsuan berkenaan dengan kebutuhan hidup
5. Pada saat kematian terbebas dari rasa takut.
Tiga Syarat Dalam Tahap Persiapan Vipassana Bhavana :
1. Upanissaya : Ia harus berdiam dipemondokan dibawah asuhan guru.
2. Arakkha : Ia harus menjaga ketentraman sehingga berada dalam keadaan baik.
3. Upanibandha : Ia harus menjaga pikirannya supaya konsentrasi pada 4
macam perenungan.
Lima Macam Pertimbangan Tentang Adanya Kekotoran Batin (Paccavekkhana Nana)
:
1. Pertimbangan tentang magga
2. Pertimbangan tentang Phala
3. Pertimbangan tentang Kilesa yang telah dilenyapkan
4. Pertimbangan tentang Kilesa yang belum dilenyapkan
5. Pertimbangan tentang Nibbana.
Sepuluh (10) Manfaat Perenungan Kayagati (Jasmani) Menurut Kayagati Sutta :
1. Sebagai penakluk kebencian
2. Sebagai penakluk rasa takut & ngeri
3. Tahan terhadap rasa dingin, panas, lapar & haus.
4. Mudah mecapai Jhana
5. Dapat memiliki macam-macam kemampuan batin fisik (Iddhividhi)
6. Memiliki telinga dewa
7. Dapat mengetahui pikiran orang lain
8. Dapatmengingat kembali kehidupan-kehidupannya pada masa lampau
9. Dapat memiliki mata dewa
10. Dengan Abhinna dapat merealisasikan dirinya sendiri, mencapai
Cetovimutti & Pannavimutti dengan melepaskan asava.
Usaha Agar Keyakinan, Akal, Tenaga & Konsentrasi Menjadi Selaras
Seimbang Dalam Pelaksanaan Vipassana Bhavana & Akibat Bila Tidak
Teratur :
Usaha untuk supaya keyakinan & akal dengann tenaga & konsentrasi
menjdi selaras & seimbang maka perlu mengatur perhatian & menempuh
jalan tengah diantara kedua keadaan batin tsb. Yaitu dengann menyingkirkan
kelebihan & mengisi kekuranganya. Demikian pula membuat keadaan batin
sejalan dengann yang lainnya. Bila tidak diatur akan berakibat sbb:
a. Jika tenaga terlalu kuat sdengan konsentrasi tidak kuat maka akan timbul
kegelisahan
b. Jika konsentrasi kuat tenaga kurang timbul kemalasan
c. Jika keyakinan besar sdengan akal tidak kuat timbul lobha
d. Jika akal kuat keyakinan tidak kuat terjadi kegelisahan
Pengertian Sattavisudhi - Bagian Nana (Pengetahuan) Akan Muncul :
Sattavisudhi : tujuh tahap pencapaian kesucian dalam pengembangan sila,
samadhi & panna. Nana (pengetahuan yang timbul dari pengamatan langsung
tentang hakekat fenomena) akan muncul sesudah tahap Dithi Visudhi, karena
dalam tahap ini seseorang sudah mengamati nama & rupa & mulai melaksanakan
Vipassana Bhavana.
Berkah Yang Diperoleh Siswa Buddha Yang Melaksanakan 4 Dasar Perhatian
Dalam Kehidupan Ini Dengann Harapan :
a. Pencapaian pengetahuan tertinggi (anna dicapai pada tingkat arahat)
b. Jika masih terdapat sisa untuk tumimbal lahir ia akan mencapai anagami
MARANA : Berhentinya daya hidup (Jivitindariiya Upaccheda) dari satu
kehidupan, terdiri dari :
1. Berakhirnya kehidupan secara mutlak (Samucchedamarana) yaitu kematian
terakhir seorang Arahat.
2. Kematian sesaat (Khanika marana) yaitu kehancuran sementara proses nama
rupa.
3. Kematian menurut pengertian umum (Samuttimarana) yaitu kematian dari
sesuatu yang tidak mpy kesadaran misalnya pohon yang mati, besi, benda mati
dll.
Metode Pelaksanaan Anapanasati Menurut Kitab Visuddhimagga :
1. Menghitung (Gahana)
2. Mengikuti proses dengan sadar (Anubandhana)
3. Mencatat kontak pernapasan (Phusana)
4. Menempatkan pikiran pada tanda (Thapana)
5. Merenungkan corak-corak utama (Sallakkhana)
6. Perpindahan batin dari kesadaran yang rendah kpd yang tinggi
7. Kesucian atau mengalami hasil (Parisuddhi)
8. Merenungkan pada pencapaian-pencapaian (Patissana)
Pembasmian & Penekanan Jhana terhadap Nivarana :
Jhana membasmi atau menekan Nivarana disebut Vikhambhana Pahana, yaitu
mengatasi dengan jalan menekan kekotoran batin (Kilesa). Selama Jhana ada
selama itu Nivarana tidak timbul, tapi bila Jhana merosot Nivarana dapat
timbul. Adapun pembasmian dengan Jhana adalah :
1. Vitaka membasmi Thina-Midha Nivarana
2. Vicara membasmi Vicikiccha Nivarana
3. Piti membasmi Byapada Nivarana
4. Sukha membasmi Udhaca-Kukuca Nivarana
5. Ekagata membasmi kamachanda Nivarana
Arupa jhana & cara Mencapainya :
Arupa jhana adalah keadaan batin yang tanpa bentuk sebagai hasil dari
pelaksanaan samadhi. Untuk mencapai arupajhana seseorang harus terlebih
dahulu mencapai Jhana Ke-4. dengan melalui dasar 2 unsur Jhana ke-4 yaitu
Upekkha & Ekagata, lalu seseorang yang ingin memasuki arupajhana harus
mengambil & mengembangkan obyek arupa.
Menurut Rathavinita Sutta, pengembangan sila, samadhi & panna dalam 7
tahap kesucian (Satta-Visudhi) yaitu :
1. Kesucian Sila (Sila Visudhi)
2. Kesucian Pikiran (Citta Visudhi)
3. Kesucian Pandangan (Ditthi Visudhi)
4. Kesucian Mengatasi keragu-raguan (Kankhavitara Visudhi)
5. Kesucian Pandangan Terang terhadap jalan Benar & Salah (Maggamagga
Anandassana Visudhi)
6. Kesucian Pandangan terang terhadap kemajuan (Patipada Nanadassana
Visudhi)
7. Kesucian pandangan terang terhadap jalan suci (Nanadassana)
ARIYA PUGGALA : Seseorang atau individu yang agung atau mulia, terdiri dari
:
A. Sotapanna (Seseorang yang telah memasuki arus Nibbana), terdiri dari :
1. Ekabiji Sotapanna : Terlahir kembali 1 kali
2. Kolamkola Sotapanna : Terlahir 2 atau 3 kali lagi.
3. Sattakhattuparana Sotapanna : Terlahir kembali 7 kali lagi.
B. Sakadagami (Ia yang kembali sekali), terdiri dari :
1. Idha Patva Idha Parinibbayi (Capai Sakadagami-phala & Arahata-phala
di alam manusia di kehidupan yang sama).
2. Tattha Patva Tattha Parinibbayi (Capai Sakadagami-phala &
Arahata-phala di alam Deva di kehidupan yang sama)
3. Tattha Patva Idha Parinibbayi (Capai Sakadagami-phala di alam Deva
terlahir & capai Arahata-phala di alam manusia)
4. Idha Patva Tattha Nibbattitva Idha Parinibbayi (Capai Sakadagami-phala
di alam manusia terlahir di alam Deva & Arahata-phala di alam
manusia
C. Anagami (Tidak akan kembali lagi sebagai manusia), terdiri dari :
1. Antara-parinibbayi (Anagami capai arahat & Parinibbana dalam usia
yang belum mencapai setengah usia).
2. Upahacca-parinibbayi (Anagami capai arahat & Parinibbana dalam usia
yang hampir mencapai setengah usia).
3. Asankhara-parinibbayi (Anagami capai arahat & Parinibbana dengan
tidak usah berusaha keras).
4. Uddhamsoto-akanitthagami (Anagami capai arahat & Parinibbana di alam
kehidupan Akanittha).
G. Arahat (Seseorang yang telah capai kesempurnaan), terdiri dari :
1. Sukhasako (Memiliki pandangan terang saja, tak punya Jhana).
2. Tevijja (Memiliki 3 macam Abhinna-pengetahuan) :
a. Pubbenivasanussatinana (Kemampuan untuk mengingat tumimbal-lahir yang
dahulu).
b. Dibbacakhunana (Kemampuan melihat alam halus & muncul lenyapnya
makhluk yang bertumimbal lahir sesuai dengan kammanya masing-masing).
c. Asavakkhayanana (Kemampuan untuk memusnahkan kekotoran batin).
3. Chalabhinna (Memiliki 6 kekuatan batin) :
a. Pubbenivasanussatinana (Kemampuan untuk mengingat tumimbal-lahir yang
dahulu).
b. Dibbacakhunana (Kemampuan melihat alam halus & muncul lenyapnya
makhluk yang bertumimbal lahir sesuai dengan kammanya masing-masing).
c. Asavakkhayanana (Kemampuan untuk memusnahkan kekotoran batin).
d. Cetopariyanana (Kemampuan membaca pikiran makhluk lain)
e. Dibbasotanana (Kemampuan mendengar suara makhluk jauh & dekat di
seluruh alam kehidupan).
d. Iddhividhinana (Kekuatan magis ; rubah wujud, menghilang)
4. Patisambhidapatta (Memiliki 4 macam Patisambhida) :
a. Attha (Kepandaian mengetahui akibat-akibat)
b. Dhamma (Kepandaian mengetahui sebab-sebab)
c. Niruti (Kepandaian didalam menggunakan kata-kata).
d. Patibhana (Kepandaian didalam cara penyesuaian).
|
|
Aug 6,
'08 4:53 AM
for everyone
|
RINGKASAN MAHAYANA
1. Konsili keempat (titik
perkembangan Mahayana)
Tahun 78 SM di Kashmir dipimpin oleh Vasumitra dan Asvagosa dilaksanakan
atas anjuran raja Kanisha. Mrp titik awal perkembangan Mahayana, dimana dlm
konsili 4 ini tidak dihadiri dari golongan staviravada yg mrp sesepuh dari
theravada.
2. Kedekatan Sarvastivada dg perkembangan Mahayana.
a. Subhuti mrp tokoh penting dlm literatur Prajna Paramitha & tokoh
utama dlm tradisi Sarvastivada.
b. Lalitavistara Kita yg termasuk dlm Sarvastivada, dan mrp salah satu dari
sembilan kitab penting Mahayana
c. Kitab Prajnaparamitha salah satu kitab penting mahayana, pertama kali
dibabarkan oleh Masjursi di Orissa pusat pengaruh penyebaran Sarvastivada.
3. Sembilan sutra terpenting dlm Mahayana :
1. Sadharma Pundarika sutra
2. Lankavatara sutra
3. Asthasahasrika ptajna paramitha sutra
4. Gadhavyuha sutra
5. Dasabhumika sutra
6. Samadhiraja sutra
7. Thatagataguyaka sutra
8. Lalitavistara sutra
9. Svarnaprabhasa sutra
4. Tiga aspek dasar Mahayana
1. Aspek penafsiran : menafsirkan ajaran-ajaran SB lebih bersifat progresif
dan liberal
2. Aspek cita-cita : kemunculan Mahayana mrp suatu revolusi cita-cita
keselamatan pembebasan/tujuan tertinggi dlm Buddha/.dharma
3. Aspek metodik : metode praktis untuk membimbing makluk ketujuan akhir
kehidupan, penyadaran terhadap yg mutlak.
5. Ciri-ciri Mahayana
1. Mempergunakan bahsa sanserkerta
2. Lebih bersifat religi, metafisi dan filosofis
3. Pencapaian nirvana melalui pengetahuan sempurna
4. Setiap makluk memiliki sifat kebuddhaan yg berasal dari Thataghatagarbha
5. Semua manusia tergolong bodhisattva
6. Dukkha yg mrp suatu ciri dari kehidupan hanyalah bersifat maya, ilusi
atau suatu konstruksi kesadaran yg absolut
7. Mengajarkan ttg yg absolut
8. Buddha historis seperti Buddha Gotama mrp proyeksi atau pancaran dari Yg
Absolut.
9. Pembebasan tidak hanya tercapai dg usaha sendiri tapi juga melalui
bantuan lain.
10. Bbercita-cita menjadi bodhisattva untuk membebaskan setiap makluk,
daripada mecapai arahat, keselamatan pribadi.
6. Doktri Trikaya dan Hubungannya dg Dhyani Buddha, Dhyani Bodhisatva dan
Manussi Buddha :
a. Dharmakaya : kebenaran yg absolut, tubuh Buddha, asal kebuddhaan.
b. Sambhogakaya : kebenaran absolut, tubuh sinar, cahaya dan kekuatan
buddha.
c. Nirmanakaya : manifestasi kebenaran absolut, perwujudan dlm tubuh
Sakyamuni.
Dhyani Buddha mrp perwujudan dari Dharmakaya
Dhyani Bodhisatva mrp perwujudan dari Sambhogakaya
Manussi Buddha mrp perwujudan dari Nirmanakaya.
7. Dasar munculnya Doktrin Trikaya (3 tubuh Buddha) yaitu :
a. Inti dari Dharma itu sendiri yg tidak terbayangkan
b. Kemampuan yg tidak terbatas dan tidak termanifestasi sbg tubuh.
c. Bermanifestasi, yakni kebuddhaan yg berwujud duniawi Sakyamuni dan
Buddha lain.
8. 4 cara Pengungkapan Nirvana yaitu :
a. Secara Negatif
1. Amrta (tidak mati/abadi)
2. Tidak berubah, tercipta, dilahirkan, dan tidak menyebabkan
3. Tanpa akhir, tidak dpt dilenyapkan, tak kenal waktu, yg luhur
4. Bebas dari penderitaan, kesakitan dan perpindahan alam.
b. Secara Positif
1. Kedamaian, ketenangan
2. kebahagiaan abadi
3. kebijaksanaan sempurna
4. kesadaran murni, kesadaran sempurna
5. keamanan
c. Secara Paradoksa
1. Suatu keadaan dan bukan keadaan
2. Tiada tujuan yg perlu dicapai (makna mutlak)
d. Secara Simbolik
1. Rumah yg sejuk, pulau di tengah samudra, pantai seberang
2. Kota suci dan tempat perlindungan
9. Empat janji luhur Bodhisattva yaitu :
1. Menyelamatkan segenap makluk
2. melenyapkan segala keterikatan
3. mengetahui dan mengajar makluk lainnya mencapai kebenaran.
4. memimpin makluk lainnya mencapai pembebasan.
10. Sad Paramitha
1. dana(perbuatan luhur ttg beramal)
2. Sila (hidup bersusila0
3. Khsanti (kesabaran)
4. Virya (semangat)
5. Dhyana (samadi)
6. Prajna (kebijaksanaan)
11. Dasa Paramitha Hinayana
1. Dana
2. Sila
3. Nekkhama (menghindari diri dari nafsu indria)
4. Panna (Kbijaksanaan)
5. Virya
6. Khanti
7. Sacca (kebenaran)
8. Adhitana (tekad yangmantap)
9. Metta (cinta kasih
10. Upekkha (keseimbangan batin)
12. Dasa Paramitha Mahayana
1. Dana
2. Sila
3. Khsanti
4. Virya
5. Dhyana
6. Praajna
7. Upaya kausalya (metode u menerangkan dama
8. Pranidana (janji)
9. Bala (kekuatan)
10. Jhana (ketenagan batin)
13. Pengertian Bodhicitta :
Bodhicitta adalah kesadaran Buddha yg dimiliki oleh setiap makhluk.
Bodhicitta mrp pondasi, sumber dari macam munculnya kebaikan, sumber dari
usaha dan kebahagiaan serta sumber dari kesucian, terdiri dari :
1. Bodhi Pranidhi Citta : tingkat persiapan pencapaian kebuddhaan
2. Boddhi Prastana Citta : tingkat pelaksanaan sesungguhnya dlm menuju
cita-cita.
Tiga kualitas yg menjadi ciri Bodhisatva
a. Cita-citanya yg teguh untuk membebaskan setiap makluk
b. pikirannya yg tak tergoyahkan
c. usahanya yg tak mengenal menyerah
14. Dasabhumi melalui paramita menuju Samyak Sambodhi :
1. Pramudita (kebahagiaan) ; Berdana
2. Vimala (murni bersih) ; sila
3. Prabhakari (cemerlang) ; ksanti
4. Arismati (menyala berkobar-kobar) ; Virya
5. Sudurjaya (tak terkalahkan) ; Dhyana
6. Abhimukti (menuju bodhi) ; Prajna
7. Durangama (berjalan jauh) ; Upaya Kausalya
8. Acala (teguh tak teregoncangkan) ; Pranidana
9. Sadhumati (pikiran baik) ; Bala
10. Dharmamegha (mega dhamma) ; Jhana
15. Upaya Kausalya
Upaya kausalya adalah metode dlm Mahayana untuk menerangkan dhamma SB,
metode ini sifatnya praktis. Misalnya keetika penyebaran agama Buddha
tersebar kedaerah-daerah lain, maka dg tanpa mengubah nilai spiritual yg
terkandung ajaran, digunakan metode yg lincah dan lunak untuk membimbing
umat mencapai pengertian pada Buddha Dharma.
Berbagai macam cara SB dlm meneranagkan Dhamma, seperti :
1. Sutra : Kotbah* SB dlm menerangkan dhamma
2. Gatha : Syair* pujaan/ pujian yg mengisahlan pujaan*.
3. Ittivuttaka : mengisahkan kehidupan lalu para siswa.
4. Jataka : mengisahkan kehidupan tathagata
5. Adbhuta : mengisahakn kemujizxatan SB serta bodhisattva
6. Nida : mengisahkan sebab akibat
7. Aupanya : dg perumpamaan yg mudah untuk menerangkan hal-hal yg sukar
dimengerti
8. Geya : syair yg sdsiucapkan untuk menyimpulkan apa yg telah diterangkan
semula serta menitik beratkan artinya
9. Upadesa : menerangkan hal-hal yg sukar dimengerti dg cara tanya jawab.
Upaya Kausalya memungkinkan dipergunakan metode yg beragam dan bervariasi,
apakah dg bakti puja, pembacaan doa, upacara agama, pembakaran dupa dan
pemasangan lilin serta pembacaan sutra atau medetasi dsb. Terserah kpd
mereka dan kesanggupan umat masing-masing dlm melakukannya juga termasuk
dlm pembabaran dhamma. Upaya kausalya mrp metode yg praktis dan sesuai dg
kondisi dan situasi. Untuk maksud mengembangkan kebajikan, peningkatan
spiritual maupun penyebaran dhamma itu sendiri demi mencapai cita-cita tinggi.
16. Alaya Vijnana
Alaya vijnana adalah gudang kesadaran mrp kekuatan atau energi yg berada
dibelakang segala aktivitas manusia . ini mrp endapan dari berbagai benih
karma lampau yg timbul dan berkembang dlm tindakan manusia berupa kegiatan
mentalnya, perasaan, persepsi, kehendak dan yg berhubungan dg lima skanda,
serta pikiran yg berkontak dg dunia luar.
Dari proses itu timbul kesadaran untuk menjadi suci, alaya vijnana perlu
dibebaskan dari kesadaran yg dualistis, subyek-subyek, paham-paham palsu, pandangan
salah, keterikatan terhadap obyek hingga mencapai kesadaran kedemiokian
(tathata), kesadaran kebuddhaan yg non dualistis, tidak membedakan atau
mencapai amala vijnana yakni kesaran murni, kesadaran yg bebas noda.
Pada garis besarnya terdapat delapan garis besar rangkaian kesadaran yg
belum suci dan kesadaran yg telah bebas dari noda, yaitu :
1. Lima kesadaran yg berhubungan dg panca indera :
a. kesadarn visual, kegiatan yg bergantung pada mata
b. kedasaran pendengaran, tergantung pada telinga
c. kesadaran penciuman, tergantung pada hidung
d. kesadaran pengecapan, tergantung pada lidah
e. kesadaran sentuhan, tergantung pada kulit
2. Kesadaran pusat indera, yakni mano vijnana atau kesadaran pikiran
pembentuk gagasan, pemikiran.
3. kesadaran pusat pikiran manosvijnana seperti berpikir, berkehendak, dan
berlaku
4. kesadaran gudang ideasi, yakni citta vijnana atau alaya vijnana. Gudang
kesadaran yg mrp sumber dari segenap perwujudan.
5. kesadaran bebas noda, yakni amala vijnana, kesadaran yg mampu melihat
sbg mana adanya, kedemikian, tidak lagi bersifat dualitis, tidak lagi
membedakan.
17. Relief dlm Candi Borobudur
1. Karmavibhangga : menggambarkan hukum karma
2. Lalitavistara : Menggambarkan kehidupan Buddha gotama dari lahir-kotbah
dhamma I di benares
3. Jatakamala : Mrp kumpulan 34 cerita SB pada kelahiran lalu, sbg contoh
sikap cita-cita bodhisattva yg mengorbankan diri untuk kebahagian orang
banyak
4. Awadana, Yg termasuk jatakanmala berisikan perbuatan* luhur Bodhisattva
5. Gandhavyuha, mengisahkan sudana serorang putra saudagar dlm pencariannya
mencapai kebenaran dan bertemu dg bodhisattva Maetriya, buddha yg akan
datang serta dg Smanthabadra, dhyani Bodhisattva yg mencerminkan hidupya
6. Bhadracari , sbg penutup gandhavyuha yg menampilkan sumpah sudan untuk
mengikuti dhyani Bodhisattva Samanthabadra sbg teladan hidupnya.
18. Tiga ciri timbulnya gerakan Mahayana
1. Konsepsi ttg kebuddhaan sebagi sari dari alam fenomena
2. Ide penyelamatan terhadap semua insan dari para bodhisattva sbg
pengganti dari cita* untuk diri sendiri dan pencapaian kebuddhaan sbg
pengganti pencapaian arahat.
3. Metafisikaa ttg sunyat,sesuatu yg absolut
19. Tiga definisi Samutthi Satya
1. secara kata* diartikan bahwa samutthi menutupi sifat sesungguhnya dari
benda-benda sehingga mereka terwujud
2. hubungan yg saling berhubungan dari benda-benda, yaitu kerelatifpan
mereka. Dlm hal ini dihubungkan dg alam fenomena
3. sifat umum seperti apa yg biasanya yg diterima secara umum
20. Sepuluh Garukapatti
1. Membunuh
2. mencuri
3. mengumbar diri dlm hubungan kelamin
4. penyombongan diri palsu
5. berniaga dan minuman keras
6. membuat tuduhan palsu
7. membanggakan diri sendiri
8. mengotori moral
9. kosong dari rasa hati nurani
10. menjelek-jelekan Sang Triratna
21. Dasa Kausalyakamma (Kesanggupan untuk menyingkirkan selama-lamanya) :
1. Menyingkirkan pembunuhan
2. menghindari pencurian
3. menghindari perzinahan
4. kedustaan
5. perkataan tidak benar
6. ucapan jahat
7. perkataan tidak bermanfaat
8. nafsu rendah
9. kebencian
10. pandangan salah atau sesat.
22. Panca Dhyani Buddha.
1. Vairocana : posisi ditengah dg lambang warna putih dg mudra
Dharmacakra/pemutaran roda dharma.
2. Aksobya : posisi di timur dg lambang warna biru dg mudra
Bhumisparsa/bumi sbg saksi.
3. Ratnasambhava : posisi di selatan dg lambang warna kuning dg mudra Vara
mudra/ memberi anugrah atau dermawan.
4. Amitabha : posisi di barat dg lambang warna merah dg mudra samadhi/
meditasi.
5. Amoghasidhi : posisi ditengah dg lambang warna hijau dg mudra abhaya
visvavjara/jangan takut.
23. Tiga Bodhisatva dlm Mahayana :
1. Samanthabadra Bodhisatva : berada di sebelah kiri dg menuggangi seekor
gajah putih melambangkan virya dan kebahagiaan.
2. Avalokitesvara Bodhisatva : berada di tengah melambangkan maitri karuna
3. Manjusri Bodhisatva : berada di sebelah kanan melambangkan
kebiojaksanaan.
24. Pengertian Bodhicitta menurut Dr. Suzuki
a. Bodhocitta adalah sesuatu yg terbebas dari segala macam determinasi
(ketentuan), terlepas dari 5 skanda, 12 ayatana dan 18 dhatu. Bodhicitta
bukanlah sesuatu yg partikular melainkan universal.
b. Maitri karuna adalah esensi dari bodhicitta, oleh karena itu para
Bodhisatva selalu berlandaskan hal tersebut di dlm setiap karya*Nya.
c. Bodhicitta berdoiam di dlm Samata (Persamaan) diantara semua insan yg
berbentuk berupa apaya (Upaya kaussalya) di dlm pengetrapan semua insan.
25. 4 kualitas dasar dari 4 Bodhisatva dalam Mahayana:
a. Avalokitesvara Bodhisatva : sbg lambang welas asih
b. Manjusri Bodhisatva : sbg lambang kebijaksanaan
c. samantabhadra Bodhisatva sbg lambang kasih dan kegiatan
d. ksitigarbha Bodhisatva sbg lambang keagungan dlm sumpah untuk menolong
dan melepaskan roh* sengsara.
26. Pesamaan Konfusius dg Taoisme :
a. baik filsafat konfusius maupun filsafat Tao mendapata pengaruh inspirasi
dari Ying Cing yaitu sebuah kitab filsafat kuno yg menerangkan alam semesta
kemudian dikembangkan masing-masing.
b. kedua aliran filsafat tersebut menitikberatkan pentingnya arti dari
etika moral dan budi pekerti bagi setiap manusia
c. dlm filsafat Konfusionisme oran gyang bersusila disebut Cun Ce atau Ku
Cu dan orang yg tidak bersusila disebut orang yg picik. Dlm filsafat
Taoisme orang yg baik dan bersusila disebut orang yg saleh, kedua-duanya
mempunyai makna yg sama.
d. kedua aliran filsafat tersebut menekankan kelameh-lembutan untuk
mengurus, mengatur, dan berhadapn dg dunia ini. Menurut pandangan filsafat
konfusionisme, hanya dg kelembutan dan secara edukatif manusia dan
masyarakat ini dapat diatur. Filsafat Taoisme juga menekankan kelembutan
menaklukan kekerasan.
e. kedua aliran filsafat tersebut menekankan bahwa setiap manusia yg
bijaksana memiliki pengertian Tien atau Tao harus berusaha memberikan
contoh perbuatan yg baik bagi orang lain.
27. Perbedaan Konfusius dg Taoisme :
a. pengertian Tao di dlm konfusionisme berarti jalan yg harus diterapkan ke
dlm tingkah laku dan kehidupan menusia. Pengertian Tao menurut pandangan
konfusionisme adalah sesuatu yg tidak dapat telepas dari interprestasi
kehidupan nyata manusia. Dlm filsafat taoisme pengertia Tao menjadi sesuatu
yg absolut, sesuatu yg alamiah dans sesuatu yg metafisik.
b. Metode pemikiran konfisionisme adalah mengambil jalan tengah. Segala
sesuatu diterangkan secvara realistis, sebaliknya di dlm filsafat taoisme
menggunakan metode pemikiran dialetika secara ilmiah.
c. pemikiran filsafat konfusionisme lebih ditekankan kpd pelaksanaan Yu Wei
yaitu suatu tindakan atau pelaksanaan yg dibuat di dlm masyarakat.
Sebaliknya, pandangan filsafat Taoisme selalu ditekankan pada pelaksanaan
Wu Wei.
d. Cita-cita dari kaum konfusionisme adalah kedudukan di tengah* masyarakat
dan dg demikian akan diusahakan keharmobnisan hidupnya sendiri dan hidup
seperti kaum pertapa dg tidak mengganggu orang lain.
e. pengertian rasa kemanusiaan, rasa solidaritas, rasa sopan santun,
kebijaksanaan dan rasa dapat dipercaya di dlm filsafat konfusionisme
diterangkan secara realistis sebaliknya di dlm Taoisme pengetian tersebut
harus diperoleh dg cara bersatu dg alam dan dilakukan tidak dibuat-buat.
28. Perbedaan Konfusionisme dg Buddhisme :
a. kedudukan sosial serat prestise seseorang di tengah-tengah masyarakat
menurut pandangan Konfusionisme sangatlah diperhatikan, menurut pandangan
Buddhisme seseorang hendaknya rajin-rajin berusaha untuk membersihkan
batinnya dan berusaha mencapai kesucian dg melepaskan diri dketerikatan
sosial.
b. di dlm filsafat konfusionisme ditekankan hendaknya manusia bertingkah
laku secara manusiawi, manusia dapat mencintai perdamaian keadilan,
kebahagiaan, kesenangan tetapi manusia juga dapat marah dan tidak suka
terhadap kelaliman, kecurangan dan kekurang-ajaran. Di dlm Buddhisme
ditekankan bahwa hendaknya manusia mengembangkan cinta kasih dan welas asih
yg tek terbatas terhadap semua mahluk.
c. di dlm filsafat konfisionisme tidak terdapat keterangan* ttg dewa* dan
mahluk-mahluk lain yg terdapat di dlm filsafat buddhis. Filsafat
konfusionisme membahas manusia dan dunia ini saja.
29. Persamaan Konfusius dg Buddhisme :
a. Kendatipun kedua aliran filsafat tersebut datang dari daerah kebudayaan
yg sama sekali lain, kedua aliran filsafat tersebut mempunyai banyak
persamaan di dlm pandangan tetika, moral, tata susila dan filsafat hidup.
b. Kedua aliran filsasfat tersebut sama-sama digolongkan pada pemikiran
teistik yg impersonal, ttg pandangan ketuhanan yg bersifat tidak pribadi.
Dan dlm konfusius dijadikan dsebagai pengertian yg absolut (Tien/Tian) dan
dlm Buddhis sbg Sunyata atau Adi Buddha, Dharmakaya, Bhtakoti, Dharmadhatu
dan Tathata.
c. kendatipun pada mulanya terdapat perselisihan dan pendapat, kedua aliran
tersbut sama-sama menekankan bahwa setiap manusia harus mengolah dirinya
sendiri, harus melatih batinnya sendiri dan harus memulai dari dirinya
sendiri dan berusaha untuk mencapai kesempurnaan.
d. kedua aliran filsafat tersebut sama-sama menentang kekerasan, di dlm
konfusius setiap menusia harus menekankan sifat myang manusiawi, sedangkan
di dlm Buddhis setiap mahluk untuk dapat menjadi Buddha harus mengembangkan
maitri karuna.
e. kedua aliran ini sama-sama menekankan bahwa setiap manusia dapat
mencapai kesempurnaan berkat usaha yg tekun dan waktu yg lama. Di dlm
konfusius dikatakan bahwa manusia bisa menjadi suci dan sempurna seperti
para bijaksana jaman dahulu, dan di dlm Buddhis dikatakan bahwa setiap
manusia dapat menjadi buddha, karena pada diri manusia terdapat benih
kebuddaan.
30. Persamaan Taoisme dg Buddhisme
a. Sama-sama memandang dan menghargai ttg etika moral tata susila dan
filsafat hidup.
b. kedua aliran ini sama-sama digolongkan dlm pemikiran yg teistik yg
impersonal, yaitu pengetian Tiuha Yg maha esa yg tidak berpribadi. Dlm Tao
kebenaran yg absolut dan Tuhan yg maha esa sbg Tao, sedangkan dlm Buddhis
tuhan yg maha esa sbg senyata atau adi Buddha, Dharmakaya, Bhutakoti
Dharmadatu dan Tathata.
c. bila di dlm Tao diajarkan untuk bertindak secara wu wai terhadap
masalash sosial dan keruwetan, sedangkan dlm Buddhis dianjurkan untuk
meninggalkan kehiduopoan duniawi dan menjadia pertapa Samana atau Bhikkhu,
sehoingga sama-sama agar jangan terlibat kpd masalah-masalah sosial yg
membingungkan dan tidak membawa kpd kebahagiaan dan pencerahan.
d. sama-sama menentang kekerasan, serta menekankan bahwa kebencian
sebaiknya dibalas dg kasih sayang dan kelembutan.
e. kedua aliran ini sama-sama menekankan bahwa setiap manusia dapat
mencapai kesempurnaan berkat usaha yg tekun dan waktu yg lama. Dlm Taoisme
bahwa manusia dapat menjadi suci bila bergabung dg alam semesta
vberdasarkan latihan yg tekun, dan di buddhis dikatakan bahwa setiap
manusia dapat menjadi Buddh, karena pada diri manusia terdapat benih kebudhaan.
31. Perbedaan Taoisme dg Buddhisme
a. di dlm filsafat Taoisme kendatipun terdapat pemikiran filsafat yg tebal
secara metafdisik dan mistik tidak terdapat penjabaran alam-alam kehidupan
sebagaimana yg dijabarkan dlm filsafat Buddha.
b. di dlm filsafat Taoisme hasil pencapaian kesempurnaan seseorang berkat
latihan dan pengolahan batin hanya dikaitkan dg pelupaan diri serta
penggabungan di alam semesta. Sedangkan dlm Buddhis pencapaian pengolahan
batin dijabarkan dlm tingkatan Jhana atau Dhyana Marga serta Phala.
32. Perbedaan Buddhisme di Cina dan Buddhisme Cina
a. Buddhisme di Cina adalah bentuk Buddhisme yg terkait pada tradisi India
dan tidak begitu berperan dalam perkembangan filsafat Cina, oleh aliran
Vijnanavada.
b. Buddhisme Cina adalah bentuk Buddhisme yg dekat dg pemikiran Cina, oleh
aliran Madhyamika (Jalan Tengah)
33. Aliran-Aliran dalam Mahayana :
1. Kelompok Hinayana
a. Abhidhrama Kosa
b. Satyasiddhi
2. Kelompok Mahayana
a. Yogacara (Vijnanavada)
b. Tri-Sastra (Madhyamika)
c. Avatamsaka
d. Thien Tai
e. Tantra
f. Chan (Zen-Dhyana)
g. Sukhavati
h. Nichiren
i. Vinaya
34. Aliran Abhidharma-Kosa
Pelopor : Vasubandhu
Inti ajaran : Penyelidikan Abhidharma, Menekankan bahwa segala macam
sankhara dan alam fenomena berada atau bereksistensi, bukan hanya sekedar
nama, walaupun semua itu dicengkeram oleh Anitya, Dukkha dan Anatman.
Tinjauan filosofis : Sankhara dan alam fenomena berada atau bereksitensi
bukan sekedar nama, walaupun sankhara dicengkeram oleh tilakkhana.
Berkembang di Tiongkok dan Jepang
35. Aliran Satyasiddhi (Aliran Nihilistik)
Berdasarkan karya Harivarman ; Sastrasiddhi Sastra
Inti ajaran : Menyangkal adanya eksistensi sankhara dan alam fenomena.
Tinjauan filosofis : kekosongan dari setiap eksitensi dan alam fenomena,
aku dan dhamma adalah kosong, tanpa inti yg kekal.
Berkembang di India dan Jepang
36. Aliran Yogacara (Vijnanavada)
Pelopor : Asanga, Vasubandhu dan siswa Maitreyanatha
Inti ajaran :
1. Membabarkan ajaran ideasi semata (Vijnana-matra) yaitu segalanya adalah
konstruksi mental atau kesadaran belaka.
2. Menguraikan 10 corak khusus mahayana (Kitab Mahayana-samparigraha)
;
a. Gudang kesadaran (Alaya Vijnana) f. Moralitas
b. Ideasi-semata (Vijnana-matra) g. Meditasi
c. Pencapaian wawasan ttg ideasi semata h. kebijaksanaan
d. 6 paramita i. pengetahuan tak membedakan
e. 10 dasabumi j. Trikaya
3. Menganalisa obyek-obyek mental dan fenomena
Lima kelompok Vijnanavada :
a. 8 Citta Dhamma
b. 51 cetasika Dhamma
c. 11 rupa dhamma
d. 24 citta viprayukta sankhara
e. 6 asankhata dhamma
Berkembang di Jepang oleh Dosho (628-700)
37. Aliran Madyamika (Tri-Sastra/Sunyavada)
Pelopr : Nagarjuna dan Arya Dewa (Abad I-II), Buddhapalita-Bhavaviveka,
Candrakirti-Santidewa.
Aliran ini di Tiongkok dipelopori : Kumarajiva (Abad V)
Inti ajaran :
a. Menyangkal yg keliru dan menegakan yg benar.
b. Penekanan pada arti penting terhadap smavrtisatya dan paramartha-satya
(Semua kebenaran umum bila dilihat secara umum adalah benar, tapi dilihat
secara kebenaran akhir adalah tidak benar).
c. 8 metode untuk menyangkal secara dialetika, yaitu : Tidak dilahirkan,
tidak lenyap, tidak langgeng, tidak putus, tidak sama, tidak berbeda, tidak
dating dan tidak pergi.
Tri-Sastra (3 buah sastra) dalam aliran ini adalah :
1. Madhyamika Karika karya Nagarjuna
2. Dvadasa-dvara karya Nagarjuna
3. Sastra-Sastra karya Arya Deva.
Metode dialetika Nagarjuna (Prasangavakya) yaitu : Suatu argumen penyusutan
sampai kemustahilan, untuk mencapai pada suatu posisi madya yg bebas dari
semua nama dan ciri dilaur semua pikiran dan ucapan.
Berkembang di Tiongkok, Cina, Tibet, Korea dan Jepang
38. Aliran Avatamsaka (Lingkaran Bunga)
Pelopor : B. Sien Sou (577-640 Masehi) di Tiongkok
Inti ajaran :
1. Kesadaran manusia itu pada dirinya sendiri telah sempurna dan identik dg
Buddha.
2. Buddha dan segala yg berada adalah satu dan sama
3. Segala yg terdapat dalam dunia ini saling pengaruh-mempengaruhi
tergantung dan terkondisi, tapi sesungguhnya itu satu dan satu itu adalah
realitas yg mutlak.
4. Penekanan pada pengertian Dharmadhatu sbg kebenaran akhir atau mutlak
searti dg Tathagatagarbha (Rahim-Thatahagata) yakni apa yg membungkus atau
menyembunyikan Buddha.
5. Pengertian terhadap dasabhumi
Ciri khas aliran ini : Adanya pembagian waktu dan kelompok serta
penggolongan berbagai tingkatan aspek ajaran Buddha Vairocana (Avatamsaka
Sutra).
Lima penggolongan ajaran SB dlm Avatamsaka.
1. Aliran Hinayana
2. Aliran Mahayana permulaan
3. Aliaran akhir Mahayana
4. Aliran Mahayana diterangkan scara serentak (tanpa kata-kata)
5. Aliran Mahayana yg diterangkan secara sempurna
Lima pembagian waktu dan penggolongan aspek ajaran Buddha dlm Avatamsaka :
a. Aliran Hinayana : : mengenai Catur agamas Sutra sertaAbhidhammakosa
b. Ajaran Mahayana permulaan yg terbagi dua bagian :
1. Yogacara/vijnanavada; adanya golongan ichantika yg tidak memliki Buddha
Svabava (benih kebudhaan) sehingga tidak dapat menjadi Buddha.
2. Aliran Trisastra, yg menekankan pada penyangkalan pada semua elemen
Dharma (dharma sunyata) dan menendaskan bahw asemua mahluk mempunyai benih
kebuddhaan.
c. Ajaran akhir mahayana dg menekankan pada dharma tathata dan menegaskan
bahwa semua insan dapat mencapai samyaksambuddha dan menjadi Buddha.
d. Ajaran mahayana yg diterangkan tanpa kata-kata, dg latihan yg teki\un
tanpa banyak kata-kata serta menembus lsila, samadhi dan akhirnya mencapai
prajna (termasuk aliran zen.
e. Aliran mahayana yg diterangkan dg sempurna dan harmonis, ada dua
golongan ;
1. Ekayana dari Avatamsaka, ini diajarkan dg metode yg sama serta sejajar
dg triyana yaitu : Hinayana, mahayana yg bertahap, dan mahayana/ajaran
pelaksanaan segera mahayana.
2. Ekayana dari Avatamsaka yg berdiri sendiri, disini ajarannya lebih
tinggi daripada yg lain serta adanya keharmonisan yg total dari ekayana.
Enam sifat khusus dalam Avatamsaka :
1. Universalitas , tampak dlm lima skhandha
2. kekhususan, organ-organ yg ada berdaya tidak sama
3. keserupaan organ-organ serupa dan saling berhubungan dlm satu organisme
4. keanekaragaman setiap organ memiliki hubungan tertentu dg keseluruhan
5. gabungan semua organ berkerja sama saling melengkapi
6. perbedaan, setiap organ berkedudukan khusus dan melakukan fungsinyaa yg
memperbedakan.
Berkembang di Tiongkok.
39. Aliran Thien Tai (Nama Gunung Thien Tai di Tiongkok)
Pelopor : B. Ce Khai (531-597), Hui Wen dan Hui She
Berpedoman : Saddharma Pundarika Sutra, Amitartha Sutra, Nirvana, Maha
Parjnaparamita Sutra, Mahayana Sradhotpada Sastra.
Inti ajaran :
1. Setiap insan dapat mencapai kebuddhaan.
2. Segala sesuatu yg bersyarat tidak kekal (Anitya)
3. Segala sesuatu yg bersyarat adalah penderitaan (Dukha)
4. Segala Dharma/semua unsur tanpa aku (Anatman)
5. Nirvana adalah ketenangan abadi atau keadaan sejati
6. Semua unsur ditandai dg 10 corak kedemikian (Tathata) ;
“Bentuk demikian, sifat, wujud, kekuatan, perilaku, sebab, syarat, hasil,
pahala dan awal-akhir”.
7. Tiga kebenaran ; Kebenaran kosong, kesementaraan dan kebenaran tengah.
8. Mengemukakan 10 tingkatan alam ;
“Buddha, Bodhisatva, Pratyeka Buddha, Sravaka, Devata, Manusia, Asura,
Preta, Alam Binatang dan Penghuni Neraka”.
8 metode pengajaran sebelum dan sesudah masa Saddharmapundarikka dlm Tien
tai :
- sebelum :
1. Metode menerangkan secara seketika
2. metode menerangkan secara perlahan-lahan
3. metode yg sifatnya tersembunyi
4. metode pengajaran secara mistik
- Sesudah
5. Pelajaran tripitaka
6. pelajaran persatuan
7. pelajaran yg dirincikan
8. pelajaran keharmonisan agung
Lima pembagian waktu menurut Tien Tai :
1. Periode Avatamsaka : 3-7 hari SB menerangkan dharma yg amat sulit
dipahami oleh umat awam.
2. Periode agama sutra : selama 12 tahun SB menerangkan dharma yg mudah
ddipahami oleh umat awam
3. periode Vaipulya sutra : selama delapan tahun SB menerangkan ajaran yg
tercaantum dlm Lankavatara sutra, vimala kirti, nirdesa sutra,
svarnaprabhasa sutra.
4. periode prajna paramitha sutra : selama 22 tahun SB menerangkan
Mahaprajnaparamitha.
5. Periode Sadharmapundarika sutra : selama 8 tahun SB menerangkan Sadharma
Pundarika sutra, tetapi sebelum Parinibbana menerangkan Mahaparinirvana
sutra.
Berkembang di Asia Timur, Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam.
40. Aliran Tantra
Pelopor : Subhakarasinha, Vajarabodhi dan Amoghavajra
Inti ajaran :
3. Menekankan praktek mistik dalam usahanya mencapai persatuan dg kosmos
dan melalui sarana-sarana seperti sikap tubuh, konsentrasi pada ucapan dan
pikiran yg dibantu dg symbol religius lainnya.
4. Menekankan pada pengalaman pencerahan dg symbol 3 tubuh serta pentingnya
kesadaran.
5. Menekankan praktik mistik dg 3 aspek ; Mudra (Sikap tubuh dg
jari-berjalin), Dharani (syair-mistik)-Mantra (Sabda-mistik) dan
Konsentrasi (Yoga).
Empat mandala dlm tantra
1. Maha Mandala, gambar tempat kediaman para buddha dan makluk lainnya
2. Samaya mandala : juga tempat kediaman para Buddha dan makluk lainnyaa
ditambah dengan benda-benda duniawi
3. Dharma mandala: berbentuk bija aksara melambangkan para dewa dan ariya
lainnya
4. karma mandala gambar dari figur-figur buatan misalnya arca.
Empat macam aliran tantra
1. Kriya Tantra, bersifat keupacaraan dan bakti, keyakinan (saddha) lebih
menonjol dibandingkan prajna
2. Carya Tantra, keyakinan dan prajna seimbang
3. Yogatantra, dlm tingkat ini, proses kontenplatidf dan analitik lebih
berkembang, serta tumbuhnya perasaan kesamaan.
4. Anuttarayogatantra, penyadaran mistik akan kenyataan bahwa nirwana dan
samsara itu identik, yg memuncak dlm rasa kesamaan mutlak
TIga periode perkembangan Tantra Tibet :
a. Masa poermulaan
b. Masa pertengahan
c. masa permulaan gelar Dalai Lama di abad XVII hingga sekarang.
Berkembang di Tiongkok, Jepang, Tibet.
41. Aliran Chan (Zen)
Pelopor : Bodhi-dharma di Tiongkok
Inti filsafat atau ajaran :
1. Dia yg melihat Dhamma, melihat Buddha
2. Terangi hati dan lihatlah karakter diri sendiri
3. Pengertian ttg sunyata
4. Sesuatu yg diajarkan dilaur kata-kata dan disampaikan dari hati ke hati.
Sumber literature Zen antara lain :
1. Sutra Altar : ttg catatan dialog Zen dg Master Hui Neng
2. Sutra Intan : Pikiran jangan melekat pada apapun.
3. Lankavatara Sutra : pikiran, kebuddhaan, kekosongan
Arti kata ZEN : Bunyi bhs Jepang untuk mengucapkan huruf Ch’an dari bhs
Tiongkok (Kanji), sedangkan Ch’an adalah perubahan bunyi dari Ch’an-An yg
berasal dari kata Sansekerta yg berarti Dhyana.
Dhyana/Zen scr harafiah berarti duduk bersila dg badan tegak lurus seraya
memusatkan pikiran (bermeditasi).
SATORI : Sadar dlm arti yg umum. Satori mrp intisari dari Zen yaitu
pengertian yg baru terhadap kehidupan dan semua masalah duniawi.
Terbebasnya pikiran dari pandangan dualisme yg begitu terbiasa dan melekat
pada pikiran.
KOAN : - Bunyi bhs Jepang untuk mengeja kata “Kung An” dari bhs Tionghoa yg
secara harafiah “Kung” berarti umum dan “An” berarti masalah.
- Mrp Kata-kata yg harus dimengerti berdasarkan penghayatan.
- Mrp Ekspresi yg dipakai oleh kaum Zen, baik bhikhsu maupun upasaka
untuk menerangkan sesuatu yg harus dihayati berdasarkan pengalaman
hidupnya.
Enam Patriach dlm zen :
a. Patriach I : Bodhidharma (wft 532)
b. Patriach II : Hui Khe (487 – 593)
c. Patriach III : Sheng Chan (wft 606)
d. Patriach IV : Tao Sin (580-651)
e. Patriach V : Hung Jen (601-674)
f. Patriach VI : Hui Neng (638- 713)
Keyakinan dalam Zen Buddhisme :
Keyakinan Zen adalah pendekatan diri terhadap nilai-nilai yg absolut (TYME)
yg termanifestasi di dalam Dharma, tapi bukan sesuatu yg digembar-gemborkan
yg terpenting penembusan terhadap nilai-nilai hidup ini.
42. Aliran Sukhavati
Pelopor : Bodhiruci (503-535)
Berpedoman : Amitabha Sutra, maha Sukhavati Vyuha dan Amitayus Dhyana
Sutra.
Inti ajaran : Menitikberatkan bhakti terhadap Amithaba Buddha yg berdiam di
Sukhavati.
Dikatakan : ”Dia yg menyebut Namo amitabha Buddha dg kasih saying dan welas
asih kpd semua makhluk, semasa hidupnya tekun menyebut Namo Amitabha Buddha
dan menerapkan Pancasila Buddhis serta melaksanakan maitri Karuna, maka ia
akan terlahir di alam Sukhavati pada kehidupan sekarang maupun mendatang.
Berkembang di Tiongkok, Jepang.
43. Aliran Nichiren
Pelopor : B. Nichiren Daishonin (1222-1282)
Berpedoman :
1. Muryogikyo (Amirtartha S) ; Dharmagathayasa.
2. Hokkekyo (Sadharmapundarika S) ; Kumarajiva
3. Nehankyo (Nirvana S) ; Than Wu Chien
4. Wimukyo (Vimalakirti Nirdesa Sura)
Inti ajaran :
1. Memandang dunia yg penuh penderitaan dg tidak bersikap pesimis-negatif
melainkan dinamis- positif.
2. Mengajarkan 3 Hukum rahasia/gaib yaitu :
a. Gohonzo (Obyek sacral untuk pemujaan symbol)
b. Daimoko (Pembacaan mantra agung)
c. Kaidan (Penyembahan/pentahbisan)
44. Aliran Vinaya
Pelopor : B. Tao Hsu An (Abad VI M) pd Dinasti Tang
Inti ajaran : Menguraikan peraturan, terdiri dari 4 sumber Vinaya
(Catuh-Vinaya) :
1. Sarvastivada vinaya yg diterjemahkan kedlm bahasa Thionnghoa antara
tahun 404-406 M, oleh Punyatara dan terdiri atas 61 ciian.
2. Dharmagupta vinaya yg diterjemahkan kedlm bahasa Thionghoa antaraa tahun
405 M, oleh Buddhayasa dan terdiri atas 60 Ciian
3. Mahasanghika vinaya yg diterjemahkan kedlm bahasa thionghoa antara tahun
405 M, oleh Buddhabhadra dan terdiri atas 40 ciian
4. Mahisasaaka vinaya yg diterjemahkan kedlm bahasa Thionghoa antara tahun
423 M, oleh Buddhajiwa dan terdiri atas 30 ciian..
45. Pokok-pokok ajaran Mahayana ;
a. Ttg yg absolut dan Trikaya
b. Sunya-sunyata
c. Samvrti satya dan paramartha satya
d. Pudgala nairatmya dan Dharma nairatmya
e. Nirvana dan samsara
f. Bodhiosatva dan sad paramita
g. Dasa bhumi dan upaya kausalya
h. Dharmadhatu, Bhutakoti dan Tathata
i. Alam kehidupan dan jalan keselamatan
j. Alam
46. Persamaan dan Perbedaan Mahayana Dengan Hinayana
Persamaan :
a. untuk melepaskan diri dan mengikis dari lobha, dosa dan moha.
b. 4 kebenaran mulia dan 8 jalan utama
c. segala sesuatu yg bersifat fenomena adalah tidak kekal dan tanpa inti yg
kekal.
d. hukum sebab akibat yg saling bergantungan, hukum karma dan kelahiran
kembali.
Perbedaan :
1. Hinayana menggunakan bahasa Pali dan Sansekerta campuran sedangkan
Mahayana menggunakan bahasa sansekerta murni.
2. HInayana adalah sesuatu yg bersifat etika, moralitas dan sejarah,
sedangkan di dlm Mahayana bersifat religi dan metafisis, filsafat mahayana
terbentuk setelah parinirvana SB
3. menurut pandangan Hinayana, Nibbana bersifat individualistik, tetapi
bukan suatu penyangkalan melainkan suatu keadaan yg kekal damai, bahagia,
kesucian, menurut Mahayana nibbana adalah sesuatu pencapaian pengetahuan
sempurna, yaitu Prajna paramita atau kebuddhaan.
4. dlm Hinayana tidak terdapat konsep Sunyata dan alaya vijnana citta yg
terdapat dlm aliran Madhyamika dan Vijnnanavada dari Mahayana.
5. dlm Hinayana pengikutnya disebut Sravaka yg berusddaha menjadi arahat yg
akhirnya mencapai nibbana. Sedangkan dlm Mahayana pengikutnya disebut
Bodhisatva yg berusaha untuk mencapai Bodhio Pranidhi Citta dan Bodhi
Prastana Citta untuk mereka harus berjanji untuk mencapai Bodhi dan
akhirnya menjadi Buddha serta berusaha untuk kesempurnaan di dlm enam
paramita dan dasa bhumi tujuan terakhir mereka adalah menghayati paramatha
satya.
6. menurut Hinayana buddha muncul sekali dlm satu kalpa sedangkan menurut
Mahayana setiap mahluk mempunyai sifat kebudhaan yasng berasal dari
Tathagatagarbha, yaitu suatu perpaduan antara sifat buruk dan baik dan bila
sifat buruk telah dinetralisasi maka dia akan menajdi Tathagata.
7. di dlm Hinayana hubungan antara awam dan sangha sangat erat dan saling
mengisi. sedangkan di dlm Mahayana hubungan awam dg sangha tetap ada namun
juga ditekankan bahwa setiap umat awam juga seorang bodhisatwa.
47. Perbedaan Budhisme dasar (The Primitiv Buddhism) dg The shcool of
Buddhism :
The Primitive Buddhism yaitu semasa hidupnya SB, The shcool of Buddhism
yaitu masa munculnya aliran-alirana pemikiran dlm agama Buddha hal ini
terjadi pada konsili ke dua/Sangha Samaya II
48. Tokoh-tokoh Mahayna dan karyanya :
1. Asvagosa (Pembabar Mahayana I/penyair) :
a. Mahayna sraddhotpada sastra : Berisi ttg kebangkitan keyakinan Mahayana
terhadap bhuta-tathata dan dharma-kaya, yakni prinsip tertinggi yg mrp
wahana yg akan membawa keselamatan bagi yg meyakininya untuk meyeberangi
kelahiran dan kematian menuju nirvana.
b. Buddha-carita kavya : Berisi kisah riwayat SB serta pujian-pujian
terhadap SB.
2. Nagarjuna (Pemikir Buddhis I secara filosofis)
a. Mahapradnaparamita Sutra : Berisi sunyata, praktek Bodhisattva.
b. Ajaran kekosongan (Sunyata)
c. Pratitya-samutpada (perasaan saling bergantungan)
3. Arya Sanga/Asanga (Pelopor Vijnanavada) :
a. Saptadasabhumi Yogacarabhumi, Alaya Vijana
b. Sutralankara, Madhantavibhaga Sutra
c. Vajrachedikhasutra, Yogavibhaga Sastra
d. Mahayana Samparigraha Sastra
4. Vasubhandhu (Saudara Asanga) :
a. Abhidharma Kosa, Dasabumika Sastra
b. Nirvana Sastra, Vidyamatrasidhi Sastra
c. Sadharmapundarika Sutra, Aparimitayus Sutra Sastra
d. Vidyamatrasidhi, karmasidhiprakarana
49. Pokok-pokok Dasar Ajaran Mahayana ada 5 yaitu :
1. Tri ratna (Buddha, Dhamma, Sangha)
2. 4 Kesunyataan Mulia (Catvari Arya Satyani) dan 8 jalam utama (Hasta Arya
Marga)
3. Tiga corak utama (Anitya, Dukkha, Anatma)
4. Hukum Pratyasamudpada
5. Hukum Karma dan Kelahiran kembali
50. MANTRA berfungsi membantu dlm penghayatan akan kesatuan antara kosmos
dan seseorang yg mrp suatu proses psikofisik, dlm mengucapkan mantra perlu
konsentrasi mendalam dan meditasi agar mantra memiliki kekuatan.
Terbentuknya Mantra : Pada mulanya sebuah sutra panjang diringkas jadi
beberapa bait kalimat (Hrdaya), lalu diringkas jadi Dharani yg terdiri dari
1 atau 2 baris kalimat. Kemudian diringkas jadi mantra yg hanya terdiri
dari beberapa suku kata. Akhirnya mantra bisa diringkas lagi jadi bija
mantra (benih mantra) yg terdiri dari 1 suku kata tunggal.
51. Pandangan kaum Mahasangika berkenaan dg Vinaya :
Menurut kaum Mahasangika pandanganya sejalan dg pandangan SB yakni
menekankan makna batiniah ketimbang yg harafiah serta pelaksanaan yg sesuai
dg metode jalan tengah.
52. Masa munculnya Mahayana dan The School of Buddhism-The Primitif of
Buddhism
Munculnya Mahayana dlm sejarah agama Buddha dimulai sejak SB Parinibbana
dan hampir lengkap sejak abad I SM.
The Scool of Buddism : Masa atau periode munculnya sekolah-sekolah dlm
agama Buddha setelah konsili ke-2 sampai abad I M.
The Primitif of Buddhism : Masa Buddhism dasar, ketika SB masih hidup di
dunia.
53. Latar belakang munculnya Sarvastivada :
Munculnya Sarvastivada disebabkan karena Staviravada lebih menekankan pada
Sutra Pitaka, sedangkan kaum Sarvastivada lebih mengutamakan ajaran
Abidharma sehingga perpecahan tak dapat dielakan lagi.
54. Konsep tentang Sunyata :
Sunyata adalah suatu kekosongan yg mengandung pengertian filosofis dan
dialetik, karena pengertian kekosongan disini berarti penuh/kepenuhan dan
berisi. Jadi kekosongan bukanlah sesuatu yg nihilistic.
55. Alasan Gol. Staviravada terhadap Gol. Mahasangika sbg Bhikkhu Papa
(amoral) :
Berkenaan dg soal Vinaya yg mungkin dianggapnya memperlunak, tidak bisa
diterima.
Mahasangika menangkis tuduhan tsb dg mengajukan budaya spiritual Buddhis
yaitu menghindari pemanjaan diri yg berlebihan dan penyiksaan diri.
Dikatakan metode jalan tengah pun tercermin dlm sikap SB.
56. Pudgala Nairatmya dan Dharma-Nairatmya
Secara harafiah Pudgala-Nairatmya berarti insane/manusia yg tidak mempunyai
inti yg kekal, pengertian ini sesuai dg paham Sarve Dharma Anatma dari SB.
Dharma-Nairatmya berarti segala alam fenomena tanpa inti yg kekal.
57. Kemunculan Mahayana sesuai dg Hukum Evolusi Dialetika :
Hukum Evolusi Dialetika menunjukan bahwa fase yg tumbuh lebih lalu secara
potensial sudah terkandung dlm fase sebelumnya. Kemunculan Mahayana mrp
aktualisasi dari makna hakiki ajaran ajaran SB sebelumnya atau dg kata lain
di dalam madzab lainnya secara potensial sudah terkandung.
58. Deskripsi Tathagata Menurut Vajrachedika Prajna Paramita Sutra :
Tathagata tidak dapat dilihat dlm bentuk badan jasmani, sebab apa yg
dikatakan oleh Tathagata sbg bentuk badan jasmani sebenarnya bukan bentuk
badan jasmani. Dikatakan bahwa bentuk-bentuk ciri semuanya bukan sejati,
tapi hayalan saja. Jika kita memandang semua bentuk bukan perwujudan
bentuk, barulah dapat mengenal Tathagata.
59. Bodhisatva Ditinjau secara Dialetika :
Bodhisatva ialah makhluk suci sbg calon Buddha yg bertujuan menolong semua
makhluk.
Secara Dialetika tujuan ini mengandung makna bahwa keluar kpd makhluk lain
mengembangkan maitri karuna, tapi ke dalam diri sendiri ia mengembangkan
Vipasyana sehingga kedua tsb menjadi satu kestuan.
60. Samsara dan Nirvana menurut Filsafat Madyamika dari Nagarjuna :
Menurut Nagarjuna dikatakan bahwa Samsara dan Nirvana adalah sama, karena
apa yg menjadi batasan Nirvana juga batasan Samsara. Samsara mrp kenyataan
di dalam kehidupan. Nirvana bukanlah sesuatu yg berubah secara obyektif dan
yg berubah suatu kenyataan secara eksistensi, sedangkan keberadaan dan
kelangsungan semua Dharma adalah Sunna.
61. Hubungan Prajna-Karuna dengan Sunnata
Parjna adalah intuisi yg absolut dan mrp segi trasenden dari Sunnata.
Karuna adalah segi imanen Sunnata yg mrp prinsif aktif dari Sunnata dlm
alam semesta.
62. Golongan yg Memunculkan Istilah Hinayana dan Mahayna :
Istilah Hinayana dan Mahayana muncul dari golongan Mahasangika untuk
memperlihatkan superioritas ajarannya dibandingkan dg pandangan golongan
Staviravada. Sutra-sutranya disebut Agama Sutra terdiri dari : Dhirgagama
Sutra, Madyamagama Sutra, Samyuktagama Sutra dan Ekottarikagama Sutra.
63. Pengertian Bodhisatva Sila :
Bodhisatva Sila adalah aturan atau disiplin dlm Mahayana untuk melaksanakan
aturan kebodhisatvaan, yg terdiri dari 58 pasal meliputi :
a. Garukapatti (kesalahan besar) terdiri 10 pasal
b. Lahukapatti (kesalahan ringan) terdiri 48 pasal.
64. 3 Definisi Samvrti Satya (kebenaran umum) menurut Candra Kirti :
1. Secara kata-kata yg diartikan bahwa Samvrti menutupi seluruh sifat
sesungguhnya dari benda-benda sehingga mereka terwujud.
2. Hubungan yg saling berhubungan dari benda-benda, yaitu kerelatifan
mereka yg dihubungkan dg fenomena.
3. Sifat konfensional/umum seperti apa yg biasanya diterima oleh umum.
65. Konsep Dharmakaya menurut Madyamika dan Yogacara :
Alran Madyamika mengartika Dharmakaya sbg kekosongan, sedangkan Yogacara
mengartikan sbg yg Absolut.
66. Peranan Asvaghosa terhadap perkembangan Mahayana :
Asvaghosa adalah tokoh yg berjasa dlm pembabaran kebangkitan keyakinan
terhadap Mahayana , dlm risalahnya yg berjudul “Mahayana Sradhotpada
Sutra”. Ia mrp pembabar Mahayana pertama yg telah menggunakan istilah
Mahayana.
67. Isi kitab Vimalakirti Nirdesa Sastra :
a. Membahas masalah yg berhubungan dg filsafat dan Dharma SB yg dipandang
dari sudut seorang Upasaka bijaksana yg bernama Vimalakirti.
b. Membahas dan menekankan pengertian ttg pencapaian pembebasan yg dapat
dilakukan oleh setiap orang, asal rela melepaskan keterikatan dunia dan
spiritual.
68. Sanghyang Kamahayanikan menurut Dr. Arthur Fitz :
Sanghyang Kamahayanikan menguraikan ttg 4 hal yaitu :
a. Kehidupan moral dan tingkah laku dari seorang siswa dlm rangka
menyiapkan dirinya untuk kehidupan spiritual.
b. Penjelasan ttg Sad-Paramita
c. Adanya metode Yoga, dimana seorang siswa mempunyai hubungan lebih tinggi
dg spiritual.
d. Ajaran Esoterik ttg Dhyani Buddha, para Bodhisatva dll.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar