Hukum tilakkhan (tiga corak umum)
Hukum Tilakkhana ini termasuk Hukum Kesunyataan ; berarti bahwa Hukum ini berlaku di mana-mana dan
pada setiap waktu. Jadi tidak terikat oleh waktu dan tempat.
1. Sabbe sankhärä aniccä
Segala sesuatu dalam alam semesta ini yang terdiri dari paduan unsur-unsur adalah tidak kekal. Umat
Buddha melihat segala sesuatu dalam alam semesta ini sebagai suatu proses yang selalu dalam keadaan
Uppada
(timbul)
Thiti
(berlangsung)
Bhanga
(berakhir/lenyap)
2. Sabbe sankhärä dukkha
Intisari Agama Buddha hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi-phala.or.id
Apa yang tidak kekal sebenarnya tidak memuaskan dan oleh karena itu adalah penderitaan.
3. Sabbe Dhammä Anattä
Segala sesuatu yang tercipta dan tidak tercipta adalah tanpa inti yang kekal/abadi.
Contoh dari sesuatu yang tidak tercipta adalah Nibbana.
Di samping paham anattä yang khas Buddhis terdapat juga dua paham lain yaitu :
1. Attaväda - Paham bahwa atma (roh) adalah kekal-abadi dan akan berlangsung sepanjang masa (tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).
2. Ucchedaväda - Paham bahwa setelah mati atma (roh) itu pun akan turut lenyap (tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).
Uraian secara matematika tentang ketiga paham tersebut adalah sbb. :
Attaväda
I. A + p = A + p
II. (A + p) + p1 = A + p + p1
III. (A + p + p1) + p2 = A + p + p1 + p2
IV. (A-p-p1-p2) + ... + pn = A + p + p1 + p2 + ... + pn
Ucchedaväda
I. A + p = Nihil
Anattä
I, A + p = B A = Atma, roh
II, B + p1 = C p = Pengalaman hidup
III, C + p2 = D I, II, III = Kehidupan ke I, II, III.
Contoh konkrit tentang paham anattä, misalnya kalau kita membuat roti. Roti dibuat dengan memakai tepung, ragi, gula, garam, mentega, susu, air, api, tenaga kerja dll.. Tetapi setelah menjadi roti tidak mungkin kita akan menunjuk satu bagian tertentu dan mengatakan : ini adalah tepungnya, ini garamnya, ini menteganya, ini airnya, ini apinya, ini tenaga kerjanya dst. Karena setelah bahan-bahan itu diaduk menjadi satu dan dibakar di oven, maka bahan-bahan itu telah berubah sama sekali.
Kesimpulan : Meskipun roti itu terdiri dari bahan-bahan yang tersebut di atas, namun setelah melalui proses
pembuatan dan pembakaran di oven telah menjadi sesuatu yang baru sama sekali dan tidak mungkin lagi untuk
mengembalikannya dalam bentuknya yang semula. Intisari Agama Buddha hal.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi-phala.or.id
LIMA KHANDHA
Dalam Agama Buddha diajarkan bahwa seorang manusia terdiri dari lima kelompok kehidupan/kegemaran
(Khandha) yang saling bekerja-sama dengan erat sekali. Ke lima kelompok kehidupan/kegemaran tersebut adalah :
1. Rupa - Bentuk, tubuh, badan jasmani.
2. Sañña - Pencerapan.
3. Sankhära - Pikiran, bentuk-bentuk mental.
4. Vedanä - Perasaan.
5. Viññana - Kesadaran.
Gabungan dari No. 2, 3, 4 dan 5 dapat juga dinamakan nama (bathin), sehingga seorang manusia dapat dikatakan
terdiri dari rupa dan nama.
Dalam menangkap rangsangan dari luar, maka bekerja-samanya lima khandha ini adalah sbb. :
1. Rupa - Kita menangkap suatu rangsangan melalui mata, telinga, hidung, lidah, tubuh yang merupakan bagian dari badan jasmani kita.
2. Viññana (citta) - Kita lalu akan menyadari bahwa bathin kita telah menangkap suatu rangsangan.
3. Sañña - Rangsangan tersebut mencerap ke dalam bathin kita melalui suatu bagian dari otak kita, mengenal obyek.
4. Sankhära - Rangsangan ini kita akan banding-bandingkan dengan pengalaman kita yang duludulu melalui gambaran-gambaran pikiran yang tersimpan dalam bathin kita.
5. Vedanä - Dengan membanding-bandingkan ini lalu timbul suatu perasaan senang (suka) atau tidak senang (tidak suka) terhadap rangsangan yang telah tertangkap melalui panca
indera kita.
Proses mental ini berlangsung sbb. :
Kesadaran Pencerapan Pikiran Perasaan.
Menurut Ajaran Sang Buddha, di dalam diri seorang manusia hanya terdapat lima khandha ini dan tidak dapat
ditemukan suatu atma atau roh yang kekal dan abadi. Dengan cara ini, maka anattä diterangkan melalui analisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar